Thursday, December 31, 2020

2020: Year in Review

Hari ini di tahun lalu saya mengakhiri post year in review tahun 2019 dengan kalimat "Let’s see what 2020 brings! Really excited!". Little did I know 2020 brings the very unexpected: a global pandemic.

Kalo biasanya tulisan year in review itu kebanyakan tentang perjalanan yang dilakukan sepanjang tahun, tahun ini beda karena saya "cuma" terbang 8 kali, itu juga business trip semua di bulan Januari dan Februari. Perjalanan terakhir di Februari itu ketika COVID-19 mulai menyebar, pesawat dan bandara sudah mulai sepi, serta ketika batuk di publik itu sudah sebisa mungkin dihindari supaya gak diliatin orang.

Dengan sangat naifnya di awal Maret saya tetap mengurus business visa supaya nggak perlu khawatir karena kalau business trip pas lewat imigrasi selalu menggunakan alasan liburan. Ini jadi sebuah pencapaian sendiri juga karena huru-hara pengurusannya sudah dimulai dari bulan Juni tahun lalu dan 9 bulan kemudian baru akhirnya stiker visanya tertempel di paspor. Karena suasana belum kondusif, saya tidak langsung berangkat. Ternyata 2 minggu setelahnya pemerintah Thailand mengumumkan lockdown dan semua orang asing tidak boleh masuk ke negaranya. Udah expired sekarang visanya tanpa saya pakai. Nasib.

Kasih foto iga bakar penyet-nya Warung Leko karena ini jadi salah satu highlight 2020 di mana belakangan ini saya jadi sering banget makan untuk membahagiakan diri sendiri...

Akibat Pandemi
Sebagai karyawan perusahaan teknologi yang berfokus pada bidang travel, pandemi memberikan pengaruh negatif yang sangat signifikan. Saya ketar-ketir ketika perusahaan mengambil keputusan untuk mengoptimisasi jumlah tenaga kerja yang dilakukan selama beberapa gelombang dalam beberapa minggu. Alhamdulillah rejeki saya masih di perusahaan ini. 

Sunday, November 29, 2020

27

Sudah tiga hari saya menginjak usia 27 tahun. Walaupun saya ingin untuk konsisten menuliskan postingan rutin tahunan setiap tanggal 26 November, belakangan lagi ada urusan yang cukup menyita waktu. Alhasil kemarin baru ada waktu luang sekitar 15 menit sebelum tanggal 26 November berakhir, itu pun udah keburu ngantuk. Jadilah baru bisa nulis sekarang.


Mendoakan untuk selalu dalam kondisi sehat tentu saja jadi highlight birthday wishes tahun ini, padahal 1-2 tahun terakhir banyakan doa supaya cepet dipertemukan dengan jodoh. Gimana mau ketemu jodoh kan orang lagi dikurung gini :))

Later that day saya dapet kiriman dari Priya, temen kerja pertama saya di kantor. Enak banget donatnya Union ini walaupun isinya terlalu beleberan. Terima kasih, Priya!


Saturday, October 3, 2020

Review: British Airways 777-200ER Economy Class London to Rio de Janeiro

Pesawat dari Brussels mendarat di Terminal 5, sama dengan pesawat selanjutnya menuju Rio de Janeiro. Walaupun demikian, saya tetap harus melakukan proses transfer yang menurut saya cukup rumit. Bandara Heathrow merupakan salah satu bandara tersibuk di dunia sehingga kala itu bagian transfer ramai sekali. Tahap pertama adalah melalui pengecekan boarding pass, kemudian tahap berikutnya adalah pengecekan barang. Pada tahap pengecekan barang ini liquid harus dipisahkan dan dimasukkan ke kantong Ziploc yang sudah disediakan. Jika ketika melewati x-ray mesin berbunyi, sepenglihatan saya proses pengecekan lanjutannya ribet sekali. Oleh karena itu pastikan semua kantong kosong, tidak ada logam di badan, serta tidak ada liquid yang tertinggal di tas.



Walaupun sama-sama Terminal 5, tidak semua gate berada di gedung utama. Terdapat satellite builing B dan C yang biasanya digunakan untuk penerbangan jarak jauh. Dari gedung utama ke satellite building bisa menggunakan kereta atau jalan kaki. Berhubung jauh, saya naik kereta ke Terminal 5C. Nuansa di Terminal 5C sangat jauh beda dengan gedung utama karena sepii.


Saya menghabiskan waktu transit yang hampir 5 jam dengan duduk-duduk di terminal sambil lihat pesawat.


Wednesday, September 30, 2020

Review: British Airways A321 Economy Class Brussels to London

Berhubung pesawat dari Brussels ke London dijadwalkan terbang jam 07.20, saya set alarm jam 05.00. Namun tetap aja sebelum jam 5 udah kebangun. Namanya tidur di bandara ya jadi nggak ada nyamannya, apalagi waktu itu udara cukup dingin. Akhirnya kucek-kucek mata, duduk, dan main handphone dengan memanfaatkan wifi gratis yang diberikan oleh bandara.


Counter check-in dibuka sekitar 2 jam sebelum berangkat. Dengan tiket yang saya miliki, saya mendapatkan jatah bagasi 32 kg. Bagasi saya akan diteruskan sampai tujuan akhir yakni Rio de Janeiro dan karena transitnya 5 jam, diberikan tag “LONG TRANSFER” juga. 


Setelah check-in dan melewati imigrasi, saya kelaparan karena baru inget kemaren cuma makan dari pesawat, snack di Thalys, dan waffle. Akhirnya beli panini yang ada telurnya seharga 7.95 EUR. Lumayan mengenyangkan ternyata karena porsinya gede. Karena haus, beli air mineral juga yang harganya 3.3 EUR cuma dapet 500 mL :(



Selesai makan saya berjalan menuju gate dan menyaksikan matahari mulai terbit.


Di gate sudah ada pesawat British Airways A321 yang akan membawa saya menuju bandara Heathrow di London.


Monday, September 28, 2020

Lima Tahun

Hari ini menandakan tepat lima tahun saya bekerja di kantor ini. Pekerjaan pertama, di tempat yang biasanya lekat dengan tenure singkat, saya masih bertahan! Berhubung ini merupakan sebuah milestone, jadi perlu diabadikan di-blog. Dulu sebelum mulai kerja sempet nulis post tentang cerita mahasiswa tingkat akhir yang mencari pekerjaan, kemudian nulis post lagi di weekend pertama setelah mulai bekerja.

Niatnya mau nulis post ini kemarin supaya bisa lebih rapi dan manis, namun terlalu menikmati akhir pekan hingga akhirnya baru nulis tepat di hari H. Mana seharian lumayan chaos jadi baru sempet buka blog jam segini. Hadeeh udah mau tengah malem nih, mata udah sepet, otak mulai konslet, nggak bisa nulis panjang. Udah kepikiran mau nulis beberapa cerita first jobber di sebuah start-up namun apa daya keburu ngantuk. Akhir minggu ini deh semoga bisa diluangkan waktu untuk menulis kelanjutan ceritanya.

Posisi pertama kerja

Sekarang saya hanya ingin memberikan tepukan ke pundak sendiri setelah melalui lima tahun di tempat saya bekerja sekarang. Perjalanannya naik turun banget kayak Ninja Hatori, mulai dari... sampai ke... ah nanti deh ceritanya ketika otak masih seger biar nggak ngelindur nulisnya :)) Nggak jelas dah nulis apa coba.

Supaya lebih ada faedahnya, saya ingin mengucapkan terima kasih ke orang yang telah memberikan saya kesempatan bekerja di tempat sekarang. Orang-orang yang selalu memberikan kesempatan dan ilmu untuk berkembang baik secara personal maupun profesional. Terima kasih juga buat Ayah dan Mama juga yang sudah mempercayakan keputusan yang saya ambil degan mengizinkan anaknya bekerja dengan menggunakan kaos dan jeans (sekarang udah pake kemeja terus sih #mature), bukan kemeja necis dan celana bahan.

Posisi terakhir kerja setelah melanglang buana berbagai lantai, sebelum akhirnya kantor pindah gedung tahun depan!

Kebiasaan deh sok-sok artis menang awards kebanyakan terima kasih. Segini dulu ya. Semoga bisa dilanjutkan ceritanya. Selamat lanjut bekerja tidur!

Cie strong team player (padahal mah template)

Saturday, September 26, 2020

Hari 2: Kunjungan Singkat di Brussels, Belgia

Saya tiba di Brussels Midi Station jam 20.00 dan jadwal penerbangan menuju London adalah pukul 07.20 keesokan harinya. Karena cuma sebentar di Brussels dan nggak banyak yang ingin dilihat, saya berencana untuk tidur di bandara aja. Namun ketika 2 kali pup di Doha dan Amsterdam saya khawatir badan saya perlu istirahat. Terlebih belum mandi juga dari pertama berangkat. Akhirnya ketika di lounge di Schiphol saya memesan hostel untuk menginap 1 malam di Brussels. Saya sudah cek bahwa kereta pertama dari Brussels Noord station menuju airport adalah jam 04.50 dan tiba 11 menit kemudian. Cukup lah buat check-in dan boarding pesawat yang berangkat jam 07.20 pagi.


Dari Brussels Midi saya naik kereta seharga 2.1 EUR menuju Sleep Well Hostel. Saya lupa apa yang diinfokan resepsionis ketika check-in, entah kalau besok tidak ada public transport atau semacamnya, yang jelas ternyata saya nggak bisa naik kereta untuk kejar pesawat pagi. Pilihannya hanya naik taksi seharga 25 EUR dari hostel ke bandara. Hadeeh ini aja nginep uangnya udah extra karena nggak ada di anggaran.


Tuesday, September 22, 2020

Batal ke Keukenhof dan Menuju Brussels dengan Thalys First Class

Ketika merencanakan liburan ini, kunjungan ke Keukenhof merupakan salah satu agenda utama karena saya tiba di awal Mei yakni musimnya tulip bermekaran. Namun ketika sudah memutuskan untuk melanjutkan ke Brazil dan Peru, saya menemukan bahwa tiket pesawat lebih murah jika terbang dari Brussels, bukan Amsterdam. Supaya bisa mengunjungi negara baru sekalian, akhirnya saya membatalkan rencana ke Keukenhof untuk melihat tulip dan membeli tiket kereta Thalys menuju Brussels.


Walaupun sudah landing di Amsterdam, pesawat saya tidak kunjung tiba di gate. Setelah beberapa tahun kemudian ketika baca blog Zilko saya tau kalau sepertinya saya mendarat di landasan Polderbaan yang memang jauh sekali dari terminal. Awalnya saya masih berminat untuk mencoba memaksakan ke Keukenhof, namun karena pesawat butuh waktu lama untuk tiba di gate akhirnya rencana tersebut benar-benar batal.

Ketika mendekati imigrasi, perasaan saya agak deg-degan karena sebelumnya saya ditanya cukup detail: berapa hari di Belanda, nginep di mana, dan diminta bukti reservasi hotel. Khawatir ditanya-tanya, kali ini saya pilih petugas yang lebih muda dengan asumsi tidak banyak nanya. Ternyata saya masih ditanya akan berapa lama di Amsterdam. Nggak mau menjelaskan lebih lanjut kalau saya akan pergi ke Brussels dalam beberapa jam, saya bilang 1 malam di Amsterdam. Kemudian dia menanyakan lagi akan ke mana setelah itu dan saya jawab bahwa saya akan terbang ke Rio de Janeiro. Reaksi dia “wow, you’re going to Rio. Enjoy partying there!” dan kemudian paspor saya dikembalikan sudah dengan cap masuk Belanda. Hore!

Berhubung kereta menuju Brussels baru akan berangkat jam 18.30 sore sementara waktu itu masih jam 15.00, saya sempet bingung mau ke mana. Sebenernya untuk ke kota cuma butuh 25-30 menit dengan kereta api, namun karena saya bawa koper yang besar dan harus bayar lagi, saya memutuskan untuk di bandara aja. Ternyata keputusan tersebut sangat tepat karena nggak lama setelahnya perut saya kembali sakit dan saya kembali mengosongkan perut dalam 30 menit mendatang.

Friday, September 18, 2020

Review: Qatar Airways 777-300ER Economy Class Doha to Amsterdam

Penerbangan berikutnya dalam liburan kali ini adalah dari Doha, Qatar menuju Amsterdam, Belanda. Saya transit di Doha selama 2 jam. Kali ini transitnya tidak lama karena 2 penerbangan ini berada dalam 1 tiket, sehingga jika pesawat sebelumnya terlambat atau delayed, pihak maskapai lah yang akan bertanggungjawab untuk mengantarkan kamu ke tujuan akhir.


Pengalaman transit yang nggak lama biasanya saya mudah lupa. Namun entah kenapa saya masih inget kejadian pagi itu. Setibanya di Doha saya langsung sibuk cari toilet karena perut saya sudah tidak enak. Ketika ketemu langsung duduk dan blasss keluar semua itu kayaknya makanan. Setelah lebih lega, saya berjalan menuju gate untuk melanjutkan penerbangan ke Amsterdam.


Penerbangan dari Doha dan Amsterdam menggunakan pesawat Boeing 777-300ER. Pesawat yang saya naiki kala itu adalah pesawat yang kelas ekonominya sudah dibuat lebih padat di mana konfigurasinya berubah dari 3-3-3 ke 3-4-3. Selain itu kursinya juga menjadi lebih tipis.



Monday, September 14, 2020

Review: Raffles Jakarta

Raffles Jakarta adalah salah satu hotel di Jakarta pengen banget saya coba untuk staycation karena merupakan salah satu hotel bintang 5 yang lebih mewah dari hotel bintang 5 lainnya berhubung membawa brand Raffles. FYI Raffles merupakan chain hotel yang asalnya dari Singapore yang sekarang sudah diakuisisi oleh Accor. Hotel di Jakarta sendiri berdiri tahun 2015 sehingga masih tergolong baru.


Di suatu hari Kamis pagi saya iseng buka Traveloka untuk cek apakah ada hotel yang turun harga untuk staycation hari Sabtu dan betapa kagetnya saya ketika lihat harga Raffles turun dari yang biasanya mulai dari Rp 3,4 juta jadi Rp 2,5 juta. 30% loh itu diskonnya. Udah termasuk sarapan pula untuk 2 orang! Karena belum pernah lihat hotel ini dengan harga segini ditambah saya ada beberapa kupon yang bisa dipakai, jadilah saya book pagi itu untuk stay 2 hari lagi.

Pre-arrival dan Check-in
Setelah selesai memesan hotel, malam harinya saya kirim email ke hotel (JAKARTA@raffles.com) untuk mencari tau apakah saya bisa melakukan early check-in. Hal ini biasa saya lakukan jika staycation karena pengen lebih lama di hotel karena waktu check-in normal adalah jam 14.00. Keesokan harinya saya mendapatkan balasan bahwa saya sudah bisa check-in dari jam 10.00!!! Kaget banget bacanya karena ini check-in terpagi saya. Sebelumnya saya dikasih check-in jam 12 oleh Grand Hyatt Jakarta dan tidak bisa dipastikan untuk early check-in ketika menginap di Sheraton Grand Gandaria City walaupun bisa masuk kamar 30 menit sebelum jam 14.00. Saya terkesan sekali dengan Raffles Jakarta yang sangat baik dengan memberikan check-in jam 10 pagi.


Setelah itu saya dikirimi email lagi tentang pre-arrival. Selain mengisi data pribadi yang digunakan untuk mempercepat proses check-in nantinya, saya juga memesan beberapa item seperti Foam Pillow, Neck Supporting Pillow, Praying Mat, dan HDMI Cable.


Karena berasa pagi banget kalo dateng jam 10, jadi saya baru berangkat dari rumah jam 10 dan tiba di hotel jam 10.45. Pagi itu driveway hotel sepi sekali, begitu juga dengan lobby hotel. Tidak ada orang yang “menyambut” ketika turun mobil dan mengarahkan sehingga saya rada bingung gimana masuknya. Terlebih ketika sudah melalui security check tidak ada yang mengarahkan ke resepsionis dan saya sok pede aja jalan terus. Sambil celingak-celinguk, akhirnya saya menemukan resepsionis di ujung sebelah kiri.

Lobby hotel ini berasa sekali megahnya dengan aksen karpet merah, chandelier biru yang besar, serta lukisan yang nggak kalah besar. Kursinya tergolong terbatas namun sisi positifnya adalah bisa mengurangi kerumunan di lobby.



Wednesday, September 9, 2020

Review: Qatar Airways A340-600 Economy Class Kuala Lumpur to Doha

Pertama kali terbang dengan A340-600!

Tidak lama setelah counter check-in Qatar Airways dibuka pada pukul 23.00 (3 jam sebelum jadwal terbang), saya langsung check-in untuk penerbangan saya menuju Amsterdam via Doha. Check-in berjalan mulus dan saya memasukkan koper saya ke bagasi. Penumpang Qatar Airways mendapatkan jatah bagasi seberat 30kg.

Jadwal penerbangan malam di KLIA

Sebelum masuk ke gate, saya mengunjungi toilet dulu untuk mengosongkan isi perut. Entah kenapa dulu suka takut sakit perut karena nahan pup kalo terbang lama. Selain nggak nyaman ketika pup di pesawat, saya juga nggak enak sama orang sebelah saya kalo harus mondar-mandir ke toilet berhubung saya sukanya duduk di deket jendela. Setelah menunaikan hajat, saya masuk ke gate dan sudah melihat pesawat A340-600!!

Boarding gate

Qatar Airways QR853
Kuala Lumpur (KUL) to Doha (DOH)
STD: 02.00
STA: 05.30
Airbus A340-600

Ini pertama kalinya saya naik flying pencil, julukan dari A340-600 karena bentuknya yang panjang. Boarding tepat waktu jam 01.00 dan saya excited banget! Pilih untuk duduk di kursi 16K yang posisinya di depan mesin supaya bisa lihat mesinnya. Kereen!

Quad engine!

Sunday, September 6, 2020

Hari 1: Terbang ke Kuala Lumpur dengan Malaysia Airlines

Karena masih belum jelas kapan saya bisa liburan lagi dan daripada blog ini kebanyakan debu, saya memutuskan untuk menceritakan perjalanan-perjalanan saya yang sebelumnya. Ceritanya akan dalam format runut seperti cerita liburan saya duluu banget (liburan ke Singapore, Hong Kong, Macau di tahun 2013 dan liburan ke Turki bareng Ayah di tahun 2014). Selain cerita per hari, saya juga akan melakukan review pesawat yang saya naiki.

Liburan pertama yang akan saya ceritakan secara detail adalah The Long Way to South America, yakni liburan di tahun 2016 di mana saya mengunjungi Brazil dan Peru serta beberapa negara di Eropa ketika transit. Saya sudah membuat beberapa tulisan sebelumnya tentang bagaimana akhirnya saya memilih Brazil dan Peru, detail tiket pesawat yang saya beli untuk liburan ini, serta cerita transportasi menuju Machu Picchu. Sisa cerita dari 12 hari perjalanan yang masih banyak itu akan saya tuliskan di blog ini untuk kenang-kenangan saya ke depannya. Kemungkinan besar akan ada detail yang saya sudah lupa, tapi semoga foto-foto dan screenshot yang saya ambil dan catatan yang saya punya bisa membantu mengingatkan ke momen liburan tersebut.

Buat yang baca tulisan ini, semoga bisa bermanfaat ya. Syukur kalo bisa meracuni untuk ikut liburan juga haha. Enjoy!

* * *

Hari yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Setelah puasa liburan selama 9 bulan (terakhir pergi pas liburan bareng Mama ke Hong Kong setelah wisuda), saya akan liburan lagi!! Hasil nabung dari gaji bakal saya bakar untuk liburan yang jauh ini haha.

Pesawat Malaysia Airlines yang akan membawa saya terbang ke Kuala Lumpur

Besar di keluarga yang entah kenapa pada seneng banget nganterin orang ke bandara, untuk liburan ini bukan cuma Mama dan adik saya yang ikut, melainkan tante, sepupu, dan nenek saya ikut! Orang pertama di keluarga yang bakal menjejakkan kaki di Amerika Selatan nih kayaknya :p

Dianterin keluarga!

Sunday, July 26, 2020

Akhirnya Ke Luar Rumah

Salah satu tunjangan yang diberikan di tempat kerja saya adalah travel allowance tahunan, di mana karyawannya bisa membeli tiket pesawat, hotel, atau produk lain di tempat kerja saya dan di-reimburse. Ada limitnya, tapi cukup untuk dipakai bersenang-senang. Tahun lalu saya pakai buat mondar-mandir ke Kuala Lumpur. Tahun ini rencananya mau dipakai untuk liburan di bulan April, namun karena dibatalkan jadi udah lewat semester pertama 2020 dan allowance saya masih utuh.

Oleh karena itu muncul lah ide untuk melakukan staycation weekend ini. Beberapa hotel pasang harga yang lumayan murah dibanding biasanya dan saya menjatuhkan pilihan ke hotel brand yang belum pernah saya coba sebelumnya: Sheraton Grand Gandaria City Jakarta Hotel. Hotelnya baru dibeli H-1 karena sebenernya saya masih rada takut ke luar rumah jauh-jauh. Namun dengan tekad untuk tetap menerapkan protokol-protokol kesehatan yang berlaku saya akhirnya berangkat buat staycation.


Ini kali pertama saya ke luar rumah dengan jarak lebih dari 1km. Pertama kali ngerasain macet lagi dan akhirnya liat lagi apartemen yang mulai berbentuk :)) Saya tiba di hotel jam 2 siang, 1 jam lebih cepat dari jadwal check-in namun untungnya sudah bisa mendapatkan kamar. Kondisi lobby sepi dan hanya ada 1 tamu lain yang sedang check-in. Keliatannya dari luar negeri karena resepsionisnya menjelaskan dalam bahasa inggris dan menyebutkan sedang liburan. Ngapain ya liburan lagi begini, mana ke Jakarta pula…

Friday, June 26, 2020

Huru-Hara Refund Tiket Pesawat Karena COVID-19

Siapa sangka 2020 bakal jadi se-berwarna ini! Dimulai dari banjir besar di Jakarta dan sekitarnya sampai kamar saya kerendem, dan sekarang dunia sedang mengalami pandemi COVID-19. Karena travel restriction ada di mana-mana, rencana liburan saya yang seharusnya di bulan April lalu dan Juli mendatang harus ditunda. Ada 10 reservasi tiket pesawat dengan 9 maskapai yang harus saya ubah atau bahkan batalkan. Berhubung lumayan beragam jenis tiketnya, saya mau menceritakan pengalaman saya mengurus ini semua.


Saya akan mengurutkan dari yang paling mudah sampai yang bikin istighfar dan memasuki masa “yaudahlah biarin, belom rejekinya”.

1. Japan Airlines Business Class
Metode: menggunakan miles Alaska Airlines Mileage Plan

Akhir Juli mendatang saya dan keluarga sudah berencana untuk berangkat ke Jepang untuk menyaksikan Summer Olympics 2020. Sejak pada 2018 tau ada “trick” stopover Japan Airlines yang membuat terbang ke Jepang dengan business class-nya Japan Airlines lebih terjangkau (pulang pergi sekitar Rp 9 juta per orang), saya pesen tiketnya dari September tahun lalu ketika reservasi untuk tanggal yang saya inginkan dibuka. Maklum harus jauh hari soalnya beli tiket untuk 3 orang.

Foto dari adek saya yang udah duluan coba JAL Business Class SkySuite III pas birthday trip dia tahun lalu

Ketika COVID-19 menjadi pandemi di bulan Maret, sejujurnya saya masih berharap kondisinya membaik. Namun sampai awal Juni masih belum ada tanda-tanda membaik bahkan Tokyo 2020 dibatalkan. Akhirnya hari Minggu lalu saya iseng cek reservasi tiket pesawat saya dan ternyata sudah dibatalkan juga penerbangannya. Langsung hubungi Alaska Airlines via Twitter (cepet banget jawabnya, sumpah!) dan diarahkan untuk hubungi via online chat (keren!). Dalam 13 menit tiket saya sudah dibatalkan, dan selesai chat saya buka account dan milesnya langsung masuk! Takjub banget beneran, malah jadi cari tiket-tiket berikutnya karena punya miles berlebih #eh. Tax and fees-nya sendiri masuk hari Rabu kemarin ke kartu kredit, sekitar 3 hari setelah saya minta refund. Salut dengan Alaska Airlines!

Online chat with Alaska Mileage Plan

Status per 25 Juni: refund sudah kembali, baik miles maupun taxes

Thursday, January 23, 2020

Milestones for the Blog!

Quick update to celebrate two milestones for the blog. After creating this blog a little over 11 year ago, few days back I noticed that this blog has more than 2 million page views! One thing to note is that the numbers aren't unique, meaning if someone continuously refreshing the page it will not count as 1 visit.


Milestone lain dari blog ini adalah bulan lalu, untuk pertama kalinya, saya mendapatkan uang dari AdSense!! Hahaha alhamdulillah ya. Padahal visit blognya cenderung berkurang dibanding tahun 2015-2017, namun ternyata namanya sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit berlaku di sini. Niatnya saya mau memasang AdSense ketika blog ini mendapatkan 1.000.000 page views, namun baru akhirnya terlaksana di akhir tahun 2018. Uangnya dipake buat bayar domain blog ini aja biar bisa sustainable haha. Jadi kalo liat ads di blog ini, di klik yah biar membantu menghasilkan pundi-pundi uang :p

Wednesday, January 1, 2020

Rumah Kebanjiran di Tahun Baru

Well, what an interesting way to start the new year...

Kebanjiran!

Seperti biasanya, saya nggak merayakan tahun baru. Baru pulang business trip ditambah emang males aja bawaannya jadi saya habiskan malam tahun baru dengan main laptop lalu ketiduran. Kebangun sekitar jam setengah 5 dan Ayah bilang kalau air di luar rumah udah tinggi dan kayaknya harus beberes. Sejak hari Selasa sore memang udah hujan sih, namun saya nggak nyangka kalo curahnya tinggi sekali dan menyebabkan air naik dengan cepat.

Air mulai meninggi namun belum masuk teras

Sekitar jam 5 Ayah dan Mama kembali meminta saya untuk mulai pindahin barang berhubung kamar saya paling rendah di rumah (lebih rendah dari ruang tengah). Saya iseng liat ke luar rumah dan wow air udah masuk ke teras, garasi, sementara hujan masih deras banget! Baru deh mulai berasa paniknya dan pindahin barang-barang ke luar kamar.

Pindahan