Friday, August 29, 2014

Eja's Solo Travel: Macau & Hongkong (1)

Seperti yang sudah sedikit gue sebut di post sebelum ini, adek gue sudah tiga kali ke luar negeri dengan mandiri. Setelah umrah dan jalan-jalan ke Bangkok sama gue, dia ngajak temennya buat liburan ke Singapore berdua. Setelah itu dia mulai keracunan jalan-jalan. Dengan dalih "refreshing setelah UN", dia berangkat ke Singapore bulan April kemaren—kali ini sendirian. Disana dia sepertinya seneng banget jalan-jalan sendirian, dan semuanya berjalan lancar. Walaupun dengan bodohnya dia beli Burger King tapi mesennya yang bacon. Nggak ngerti dia kalo bacon itu babi.
Solo traveling Eja pertama ke Singapore

Setelah beberapa kali menerima ucapan maaf dari layar komputer karena belum diterima di perguruan tinggi pilihannya, akhirnya dia mendapatkan ucapan selamat dari ITS. Dia langsung seneng banget! Kemudian lagi-lagi dia berdalih "refreshing setelah serangkaian tes masuk", dan akhirnya memutuskan untuk liburan sendiri ke Hong Kong dan Macau. Uangnya pake uang sendiri! Gue juga kaget sih awalnya, tapi dia bilang kalo dia udah nabung buat Eropa Januari 2015 yang sebelumnya sudah direncanakan namun harus tertunda karena jadwal liburan kita yang nggak sama. Lagian juga kita sama-sama nggak enak ke Ayah kalo harus bayarin tiket, sementara bayar uang masuk kuliah aja udah mahal. Yaudah jadi adek gue memutuskan untuk menggunakan uangnya tersebut buat liburan ke Hong Kong dan Macau.

Long story short, dia udah di kosan nih. Tapi karena baru banget, jadi TV juga belom dibeliin sama emak bapak. Tambah lagi kenyataan kalo internet kosannya belom jalan. Jadilah gue iseng-iseng bilang ke dia buat ceritain liburannya kemaren, lumayan kan daripada bengong. Tak disangka tak dinyana, ternyata ceritanya lumayan panjang! Hahaha.

Karena sayang kalo gue baca sendiri, jadi gue post disini aja yaa siapa tau bermanfaat infonya. Sekalian buat memotivasi kalian juga, masa kalah sih sama adek gue yang umurnya belom 18 tahun tapi udah jalan-jalan sendirian, dengan uangnya sendiri pula!

Okay, here goes.

Eh, bentar deh. Mau manas-manasin dulu.
Tadi pagi nemu ini masaaa
WHAAAAT?!

GYAAAAHHH!!! PENGEN GAK??? SINGAPORE-PARIS PP SGD365 (~Rp 3.500.000)
Tapi udah gabisa dibeli sekarang :( Sedih gak? Gue juga nggak kedapetan sih, tambah sedih deh :(

Okay, now here goes.

Wednesday, August 27, 2014

AirAsia Mengubah Hidup Saya

Setelah turun dari angkot, saya langsung mengencangkan tali ransel sebelum akhirnya mulai berlari ke Komplek Angkatan Udara Husein Sastranegara, Bandung. Pesawat dijadwalkan lepas landas pukul 11.00, sementara pukul 10.00 saya masih berada di dalam angkot menuju Bandara Husein Sastranegara. Rasanya sudah lemas saja membayangkan perjalanan solo traveling pertama saya harus dibatalkan karena ketinggalan pesawat. Terlalu banyak pengorbanan yang sudah dilakukan, mulai dari uang yang sudah dikeluarkan untuk tiket dan akomodasi, hingga harus merelakan nilai salah satu mata kuliah menjadi ala kadarnya karena saya tidak bisa hadir dalam pengambilan nilai tugas besar.

Saat saya mulai berlari, tukang ojek yang berada di dekat gerbang komplek berteriak “Mas, bandara? Ojek aja, jauh ke dalemnya!”. Saya langsung naik ke motor dan tukang ojek melaju dengan kencang setelah saya bilang bahwa pesawat saya sebentar lagi terbang. Sesampainya di bandara, saya kembali berlari mencari pintu keberangkatan internasional. Rasanya sudah seperti menjadi peserta The Amazing Race yang harus berlari-lari di bandara agar tidak ketinggalan pesawat. Untungnya Bandara Husein Hastranegara tidak begitu besar sehingga dalam 15 menit saya sudah berada di ruang tunggu sambil mengatur nafas.

Pengumuman masuk pesawat kemudian terdengar dan saya berjalan menuju pesawat. Saya sangat senang namun deg-degan karena ini adalah pertama kalinya saya ke luar negeri sendirian. Ada juga rasa tidak percaya karena akhirnya saya bisa jalan-jalan ke negeri orang yang sudah lebih maju dibandingkan Indonesia. Rencananya, perjalanan perdana sendiri saya ini akan mendatangi negara yang tergolong maju di Asia, yakni Singapura dan Hong Kong.
Pesawat AirAsia yang mengantarkan saya ke Singapura


Thursday, August 14, 2014

Kisah Berburu Gunung Fuji

Ini rusa apa gunung, kok diburu?

Sebagai seorang pejalan yang paling demen mendatangi dan memandang serta berfoto di depan sesuatu yang khas dari destinasi yang sedang dikunjungi, tentu saja melihat Gunung Fuji is one of my to-do-list di Jepang. Jadilah itinerary dirancang sedemikian rupa sehingga dari 3 hari di Tokyo, 1 hari didedikasikan untuk daytrip melihat Gunung Fuji. Kenapa daytrip? Karena Fuji kalo diliat dari Tokyo itu susah, jadi lebih baik ke daerah yang emang deket sama Fuji. Orang-orang biasanya dateng ke Hakone atau Kawaguchiko. I decided to go with the latter karena alasan dari sana lebih bagus view-nya.
Contoh pemandangan Fuji dari Kawaguchiko (eh bener nggak?) (sumber)

Tapi seperti biasa, manusia hanya bisa berencana dan tiket murah Tuhan lah yang menentukan. Cerita singkatnya, gue kehabisan bis Willer Express dari Kyoto ke Tokyo dengan harga yang sesuai budget. Akhirnya gue cari cara lain biar bisa tetep masuk budget.

Berarti gue harus cari cara ekonomis buat liat Fuji. Tiba-tiba kepikiran "kenapa nggak liatnya dari pesawat? Kan dari Osaka ke Tokyo bakal ngelewatin Fuji. Pasti keliatan lah Fujinya". Dan setelah googling, bener aja emang bisa keliatan asal duduk di bagian yang tepat. Dengan beberapa pertimbangan dari segi budget, akhirnya gue mutusin buat naik pesawat aja. Kenapa? Kalo naik pesawat dan udah keliatan Fujinya, berarti gak perlu ke Kawaguchiko lagi. Lebih hemat itungannya, ini juga udah mempertimbangkan biaya ke dan dari airport. Bedanya emang gak sampe ¥1000 sih, tapi kayaknya belom banyak yang liat Fuji dari pesawat. Jadi boleh deh dicoba.

Friday, August 8, 2014

Merhaba Türkiye : Day 3&4 - Selçuk & Izmir

Introduction (part 2)
Day 0 - Departure and Layover in Kuala Lumpur
Day 1 - Rush in Doha and Turkey Journey Begins
Naik Hot Air Balloon di Cappadocia, Turkey!
Day 2 - Göreme
Day 3 - Pamukkale
Day 3&4 - Selçuk & Izmir
Day 4&5 - Istanbul

Minggu, 25 Mei 2014
Setibanya di Selçuk, gue dibangunin sama supir dan disuruh ngikutin 2 turis Jepang karena dia juga nginep di Urkmez Hotel. Saat mau turun dari mobil, Sofi ngasih bingkisan ke gue dan gue cukup terharu :”) Sayangnya gue nggak nyiapin apa-apa bahkan nggak kepikiran juga, jadi gue bilang maaf karena nggak bisa ngasih sesuatu ke dia. Kemudian turun dan mobil melanjutkan perjalanan buat cari hotel.
Di dalam bis menuju Selçuk

Urkmez Hotel nggak begitu jauh dari drop-off point. Selesai check-in, kita masuk kamar. Disini kamarnya jauh lebih sederhana dari hotel sebelumnya, tapi ini salah satu hotel yang masuk budget dengan rating di atas 8 di booking.com, jadi pilih ini sajalah. Disini istirahat sebentar, kemudian ke stasiun buat pesen tiket kereta.

Buat ke stasiun (bahasa Turki-nya: Gar) kereta dari hotel ini sangatlah mudah. Keluar hotel, belok kanan dan kemudian lurus saja. Nanti ketemu jalan raya, nyebrang, dan taraaaa sampe deh di stasiun. Stasiun Selçuk ini ternyata kecil juga ya, dan cuma ada 1 loket. Disitu gue bilang mau beli tiket buat besok dan si mbak-nya nunjuk ke kaca tanpa ngomong dan tanpa senyum. Judes banget :( Ternyata tiket kereta baru bisa dibeli di hari yang sama dengan keberangkatan.
Stasiun Selçuk

Kemudian kita duduk bentar di stasiun sambil nunggu maghrib, karena di seberang rel ada masjid. Solat disana ternyata nggak begitu rame pas magrib, kayaknya cuma 7 orang lah yang ikutan jama’ah. Kelar solat kita cari tempat makan, tapi karena nggak nemu yang pas akhirnya kita balik aja ke hotel buat tidur.

Senin, 26 Mei 2014
Bangun tidur jam setengah 6 ternyata kelaperan, dan sarapan masih jam 8. Akhirnya ubek-ubek tas karena Twix kemaren masih belom dimakan. Kemudian bebersih dan memutuskan buat jalan kaki keliling Selçuk. Udara pagi itu adeeeem banget dan langitnya biruuuu banget. Gini kali ya rasanya liburan di musim semi? Cuaca cerah dan menyenangkan, nggak kegerahan karena angin semilir, belom pohon sama bunga yang suka nongol di sekitar Selçuk.
Taman di Selçuk

Friday, August 1, 2014

Visa Jepang? GRATIS*!


Sebenernya post ini dibuat akhir Juni, tapi karena ini rahasia jadi baru di post setelah gue berada di Jepang.

*) hanya untuk mahasiswa S1 di Indonesia

Sebagai pemegang paspor biasa Indonesia, gue membutuhkan visa buat masuk ke Jepang. Sebenernya pada pertengahan Juni udah muncul berita bahwa warga Indonesia sudah dibebasin visanya buat masuk Jepang, dengan catetan paspornya sudah berbentuk e-passport yang pake chip. Berhubung paspor gue baru akan diperpanjang pada pertengahan tahun 2016, jadilah gue harus bikin visa. Lagipula peraturan bebas visa itu masih belum tau mulai kapan bakal diterapinnya, jadi marilah kita ngurus visa Jepangnya. Lagian kalo approved bisa dapet stiker visa yang ukurannya 1 halaman penuh, lumayan lah buat menuh-menuhin visa. Gratis juga kan visanya. LOH, GRATIS?! Iyadooong. Kenapa bisa? Mari dibaca lanjutannya.