Hari ini di tahun lalu saya mengakhiri post year in review tahun 2019 dengan kalimat "Let’s see what 2020 brings! Really excited!". Little did I know 2020 brings the very unexpected: a global pandemic.
Kalo biasanya tulisan year in review itu kebanyakan tentang perjalanan yang dilakukan sepanjang tahun, tahun ini beda karena saya "cuma" terbang 8 kali, itu juga business trip semua di bulan Januari dan Februari. Perjalanan terakhir di Februari itu ketika COVID-19 mulai menyebar, pesawat dan bandara sudah mulai sepi, serta ketika batuk di publik itu sudah sebisa mungkin dihindari supaya gak diliatin orang.
Dengan sangat naifnya di awal Maret saya tetap mengurus business visa supaya nggak perlu khawatir karena kalau business trip pas lewat imigrasi selalu menggunakan alasan liburan. Ini jadi sebuah pencapaian sendiri juga karena huru-hara pengurusannya sudah dimulai dari bulan Juni tahun lalu dan 9 bulan kemudian baru akhirnya stiker visanya tertempel di paspor. Karena suasana belum kondusif, saya tidak langsung berangkat. Ternyata 2 minggu setelahnya pemerintah Thailand mengumumkan lockdown dan semua orang asing tidak boleh masuk ke negaranya. Udah expired sekarang visanya tanpa saya pakai. Nasib.
Kasih foto iga bakar penyet-nya Warung Leko karena ini jadi salah satu highlight 2020 di mana belakangan ini saya jadi sering banget makan untuk membahagiakan diri sendiri...
Akibat Pandemi
Sebagai karyawan perusahaan teknologi yang berfokus pada bidang travel, pandemi memberikan pengaruh negatif yang sangat signifikan. Saya ketar-ketir ketika perusahaan mengambil keputusan untuk mengoptimisasi jumlah tenaga kerja yang dilakukan selama beberapa gelombang dalam beberapa minggu. Alhamdulillah rejeki saya masih di perusahaan ini.
Walaupun diawali dengan gusar berminggu-minggu dan selain yang sempet saya sedikit singgung di tulisan sebelumnya, saya merasa masih tergolong ke dalam orang yang beruntung di masa pandemi ini.
Pertama, Ayah, Mama, Eja, dan saya belum pernah terindikasi terinfeksi COVID-19. Well, kita belum pernah tes yang proper juga sih... Ayah dan Eja beberapa kali rapid test karena keperluan pekerjaan yang masih tidak sepenuhnya bisa dari rumah, sementara Mama dan saya belum pernah sama sekali. Walaupun pada sempet sakit, namun gejala yang nampak bukan gejala COVID-19 dan alhamdulillah dalam 3-5 hari sudah membaik. Saya bener-bener sangat bersyukur keluarga masih diberikan kesehatan sampai sekarang.
Kedua, fleksibilitas yang diberikan kantor untuk bekerja sepenuhnya dari rumah. Di masa awal WFH saya sempet kesel banget karena orang-orang nggak begitu responsif dan ketika menjelaskan sesuatu jadi lebih ribet (sebelumnya bisa langsung samperin ke meja lalu coret-coret). Terlebih saya dapat assignment baru yang stakeholder-nya baru juga jadi perlu waktu untuk menemukan ritme kerja yang tepat.
Namun seiring berjalannya waktu saya malah jadi suka banget sama work from home arrangement ini. The biggest advantage adalah tidak perlu alokasi waktu, uang, dan tenaga untuk commuting! Wah ini akhirnya bener-bener berasa banget sih kalo commuting di Jakarta itu makan waktu dan melelahkan. Biasanya saya bangun jam 5, berangkat jam 6.30, sampai kantor jam 7.30, pulang kantor jam 6, dan sampai rumah lagi jam 7. Sekarang saya bisa bangun jam 6 lalu mulai kerja sampai se-selesainya. Mandi, number 2, makan, diselipin di waktu kosong. Jadi bisa dikatakan nggak ada waktu yang terbuang. Pengeluaran pun lebih sedikit karena kalau saya lagi nggak dianter/ jemput dan harus naik GrabBike biaya-nya Rp30-40ribu sekali jalan.
Kekurangannya yang saya rasakan pasti sama dengan yang lain juga, yakni sulitnya misahin antara waktu kerja dan waktu istirahat. Saya biasa kerja dari jam 6 pagi sampai 9 malam karena "nature" kerjaan saya sekarang yang cukup menyita waktu. Rekor saya adalah bangun jam 4 pagi, langsung kerja, dan baru selesai jam 12 malem. Ajaibnya keesokan harinya kondisi tubuh saya biasa-biasa aja padahal seringkali demam setelah begadang.
Nggak kangen dengan suasana kantor :p
Ketiga, karena pengeluaran bulanan berkurang dan semua liburan saya batal, akhirnya saya mulai berinvestasi! Belum rapi banget "plan"-nya, tapi akhirnya setelah mendapatkan ilmunya dari Teteh Anisa, temen saya yang udah melek dengan investasi, plus nonton YouTube, saya memberanikan diri untuk memulai karena katanya teman terbaik investasi adalah waktu. Tahun depan insyaAllah bisa lebih rapi dan rajin, aamiin. Btw karena gak liburan dan mulai investasi, gawatnya saya mulai berpikiran "buat apa liburan ketika uangnya bisa diinvestasikan untuk masa depan?" :((
Terakhir, saya "bersyukur" karena pandemi jadi orang tua saya tidak segencar itu nanyain kapan nikah. Gimana nikah, ketemuan aja susah kan lagi jaman begini :p Bisa buying time dulu deh haha
Here's hoping for a better 2021!
Pengin banget bilang I feel you untuk paragraf-paragraf di atas. Huhu. So many lessons to learn in 2020, ya. Semoga tahun ini segala rencana dimudahkan. Dan tentunya, semoga bisa jalan-jalan lagi. :")
ReplyDeleteAamiin untuk wishes-nya!
DeleteUdah lama banget gak baca jambukebalik, ternyata saya udah ketinggalan banyak. Tapi bener banget dibagian terakhir. Karena pandemi, pertanyaan itu jadi gak pernah ditanyain 😆
ReplyDeleteHehe selamat membaca cerita-cerita lainnya.
Delete