Monday, August 28, 2023

Drama Mendapatkan Visa Zambia

Berdasarkan info yang saya dapatkan dari internet, pemegang paspor Indonesia bisa mendapatkan visa Zambia secara online. Berikut adalah pengalaman saya mengajukan aplikasi visa Zambia secara online.

Knife Edge Bridge yang pertama kali saya liat pas nonton The Amazing Race US Season 1

Menyiapkan dokumen
Merujuk informasi di halaman https://eservices.zambiaimmigration.gov.zm, berikut adalah dokumen yang diutuhkan untuk mengajukan visa turis

Wajib dilampirkan:
  • Scan halaman identitas paspor
  • Cover letter ditujukan ke Director General of Immigration
  • Pasfoto
  • Booking tiket pesawat
Yang opsional adalah hotel booking.

Cover letter ini saya cari template-nya di internet dan berikut adalah surat saya. Mungkin bisa disesuaikan kalimatnya sesuai dengan kondisi masing-masing.

TO: 
Director General of Immigration
Depart of Immigration of Zambia

SUBJECT: Visa for tourism purpose

[Date]
Dear Director General of Immigration, 

I would like to apply for a single-entry visa to enter Zambia.

I will arrive in Zambia on 8 August 2023 from Zimbabwe at Victoria Falls and return to Zimbabwe on the same day. During my visit, I will be visiting Victoria Falls in the Zambia side.

I will be staying in Zimbabwe side of the Falls at The Victoria Falls Deluxe Suites.

Yours sincerely,
[Name]
Mengisi formulir secara online
Begitu buat account di https://eservices.zambiaimmigration.gov.zm, formulir yang perlu diisi cukup mudah dan standar seperti data diri, tanggal kedatangan, di mana menginap, dan semacamnya.






Dokumen yang perlu di-upload

Dokumen yang dibutuhkan juga di-upload di bagian yang sudah ditentukan. Untuk tiket pesawat karena saya menjelaskan di cover letter bahwa saya akan day trip ke Zambia untuk melihat Victoria Falls dan saya menginap di Zimbabwe, saya melampirkan tiket Johannesburg – Victoria Falls (Zimbabwe) dan Victoria Falls (Zimbabwe) – Windhoek. Hotel pun saya lampirkan reservasi di Zimbabwe.

Ternyata ini langkah yang salah karena kemudian saya diminta upload tiket pesawat dengan ketentuan yang akan saya jelaskan di bawah.

Membayar visa
Ada beberapa jenis visa yang tersedia seperti ordinary visa (single entry, double entry, multiple entry), KAZA visa, transit visa, business visa, dan day tripper visa. Sebenernya berdasarkan rencana perjalanan saya day tripper visa ini lebih cocok karena saya akan berada di Zambia kurang dari 24 jam serta masuk dan keluar dari border yang sama. Namun jenis visa ini tidak bisa diajukan secara online. 

Ada juga KAZA Visa yang bisa digunakan untuk masuk multiple entry ke Zimbabwe, Zambia, Botswana, dan Namibia. Jatohnya pun lebih murah dibanding apply visa masing-masing. Sayangnya pemegang paspor Indonesia tidak bisa mendapatkan visa jenis ini, sehingga harus apply masing-masing.

Nice try pilih KAZA visa dan gagal

Beberapa jenis visa Zambia

Untuk visa Zambia, berikut adalah harga visanya.
  • Single entry: USD25
  • Double entry: USD40
  • Multiple entry: USD75
  • Transit visa: USD25
  • KAZA visa: USD50
  • Day tripper visa kalo nggak salah harganya sekitar USD20.
Biaya visa Zambia

Biaya tambahan visa

Untuk pembayaran ada sedikit biaya tambahan sehingga saya membayar USD25.28 untuk single entry visa. Pembayaran bisa menggunakan kartu kredit. Setelah itu akan dikirimkan bukti pembayaran/ receipt ke email dan ada instruksi untuk mencetak konfirmasi ini dan ditunjukkan di border nantinya.

Menunggu visa terbit
Saya mengajukan visa tanggal 2 Juli 2023 dan pada tanggal 4 Juli mendapatkan email bahwa ada dokumen yang harus saya revisi, yakni tiket pesawat harus keluar dari Zambia.

Notifikasi di email

Detail alasan

Status di website visa

Kemudian di hari yang sama saya kembali login ke website visa dan upload tiket pesawat sesuai yang diminta. Sehingga dari yang awalnya tiket saya Johannesburg – Victoria Falls (Zimbabwe) – Windhoek berubah menjadi Johannesburg – Victoria Falls dan Livingstone (Zambia) – Windhoek. Tiket Johannesburg – Victoria Falls sudah issued namun Livingstone – Windhoek dummy booking.

Berhubung saya mendapat respon yang cepat, saya berpikir bahwa keputusan pun akan cepat didapatkan. Kalo baca pengalaman orang, biasanya 5 hari kerja sudah dapat keputusan. Sayangnya bahkan setelah 2 minggu sejak saya revisi dokumen saya masih belum mendapatkan kabar. Status di website pun masih “submitted”. Sempet kepikiran apakah sebenernya diminta tiket pesawat masuk dan keluar dari Zambia, tapi nggak bisa saya benerin lagi.

Status di website visa

Saya mulai kirim email hampir setiap minggu ke email-email yang saya temukan di website eVisa seperti:
  • pro@zambiaimmigration.gov.zm
  • zambiavisa@zambiaimmigration.gov.zm
  • immilusakario@zamnet.zm
  • immighq@zamnet.zm
  • zambiavisa@zamnet.zm
Namun tidak ada balasan sama sekali. Kalo dipikir sekarang seharusnya saya coba nelpon ke pihak sana mungkin bisa dapet jawaban.


Sampai beberapa hari sebelum berangkat ke Zambia saya masih belum mendapatkan visa dan status di website pun masih “submitted”. Berhubung saya bisa mendapatkan visa on arrival Zimbabwe dengan sangat mudah, entah kenapa saya mikirnya bisa visa on arrival juga untuk Zambia. Toh saya cuma mau mengunjungi negaranya sebentar doang untuk melihat Victoria Falls dari sisi Zambia.

Drama visa di border Victoria Falls
Setelah puas liat Victoria Falls dari sisi Zimbabwe dan basah-basahan, saya diantar tour guide menuju border Zimbabwe. Proses keluar Zimbabwe sangat lancar dan berikutnya saya “diserahkan” ke orang lain yang akan mengantar ke border Zambia. Sekitar jam 10.30 saya memasuki wilayah Zambia. Ada sedikit deg-degan tentang visa, tapi masih tenang.


Imigrasi Zambia ketika saya tiba kosong melompong sehingga saya tidak perlu antri. Saya kasih paspor dan bilang mau apply day tripper visa. Pada saat itu saya sudah merelakan USD25.28 yang saya bayar untuk visa online dan sudah menyiapkan USD20 untuk bayar day tripper visa. Begitu petugas melihat paspor saya, dia bertanya ke temannya apakah pemegang paspor Indonesia bisa mendapatkan visa on arrival atau nggak.

You have to apply visa before you get here,” katanya yang membuat saya berasa disamber gledek. Saya memastikan lagi apakah bisa apply on arrival atau nggak karena hanya mau mengunjungi Victoria Falls aja dan bakal balik ke border ini lagi beberapa jam kemudian. Petugas yang sama kemudian mengambil sebuah folder yang berisi visa policy dan menunjukkan kepada saya bahwa Indonesia tergolong negara jenis ketiga yang berarti harus mendapatkan visa sebelum tiba di border dan tidak bisa mendapatkan visa on arrival. Jeger.

Driver saya yang menemani agak bingung karena dia baru tau ada orang yang bermasalah tentang visa di border. Saya cuma bisa bilang sorry karena bikin dia nunggu. Untungnya hari itu saya sendirian, jadi gak bikin orang lain susah kalo harus nungguin.

Berhubung saya udah apply online tapi belum dapet kabar lebih dari satu bulan kemudian, saya bilang hal ini ke petugas yang sama. Di waktu yang bersamaan saya buka tas dan cari bukti pembayaran visa yang sudah saya print. Petugas mengambil paspor dan bukti pembayaran tersebut dan memberikannya ke petugas yang lain untuk dicek. Saya diminta menunggu di pojokan.


Saya lihat petugas kedua mondar-mandir di balik loket sambil buka WhatsApp dan sesekali menelpon. Berhubung ngomongnya nggak dalam Bahasa Inggris, saya nggak paham apa yang diomongin. Supaya gak sedih banget, saya mikirnya dia lagi hubungin orang yang bisa cek aplikasi saya untuk approve visanya. Karena kalo mikir aneh-aneh yang ada sedih kalo gak bisa masuk. Nanggung banget udah di border. Driver saya yang awalnya balik ke parkiran dan nunggu di mobil pun balik lagi ke loket hanya untuk menemukan saya masih berdiri karena belum ada update dari petugas.

Sekitar jam 11 petugas kedua memanggil saya ke loket dan bertanya kenapa tetep ke border padahal belom dapet visa. Dengan polosnya saya jawab saya kira bisa dapet visa on arrival sama kayak Zimbabwe… Harapan saya mulai pupus ketika saya melihat petugas kedua tersebut duduk di mejanya dan mengerjakan hal lain. Yah mungkin belom rejeki saya ke Zambia… Driver saya kembali nyamperin dan izin untuk jemput orang lain di border Zimbabwe untuk dibawa ke border Zambia. Dia bilang ke saya untuk nunggu aja di sini kalo visanya udah jadi.

Selama di pojokan saya berdiri dan terus mencoba menatap para petugas supaya mereka nggak lupa kalo nasib saya masih belom jelas. Akhirnya jam 11.35, satu jam setelah saya sampai di border, petugas ketiga melambaikan tangan untuk memanggil saya ke loket. Dia bilang bahwa mereka lagi menghubungi orang kantornya supaya aplikasi saya bisa di-review. Katanya mungkin akan ada keputusan dalam 3-5 menit ke depan dan saya diminta untuk cek email atau cek website visa secara rutin. Apesnya banget di Zimbabwe dan Zambia ini eSim yang saya beli nggak bekerja sama sekali, jadi saya bilang ke petugasnya saya gak ada akses internet. Dengan berbaik hati dia bilang akan dicekin.


Sepuluh menit berlalu namun masih belum ada kabar. Hingga akhirnya jam 12 siang saya kembali dipanggil ke loket dan dikabarin bahwa visa saya sudah approved. Alhamdulillaaahh!!! Lega dan seneng banget dengernya karena saya bisa mengunjungi Zambia dan tidak dideportasi. Petugas yang sama kemudian memastikan beberapa data dan menanyakan berapa lama saya di Zambia dan di mana saya menginap. Setelah itu dia memroses visa saya dan memberikan cap di paspor. Tidak ada visa dalam bentuk stiker. Untung banget saya datang di hari kerja jadi bisa dibantuin untuk diproses visanya. Kalo saya dateng weekeng mungkin bakal dideportasi dan disuruh balik lagi pas hari kerja. Alhamdulillah lagi.

Entry stamp Zambia

Notifikasi email approval

Detail visa dengan foto yang diambilnya dari HP petugas kayaknya karena bukan pake pasfoto yang saya upload

Masalah berikutnya adalah driver saya nggak kelihatan batang hidungnya. Sempet kepikiran untuk jalan kaki ke luar border tapi gak tau sejauh apa dari border ke entrance gate Victoria Falls-nya. Udah gitu bingung nanti baliknya gimana ke hotel. Akhirnya saya memutuskan untuk menunggu aja dan ketika nunggu dengan ajaibnya tiba-tiba saya dapet sinyal internet! Karena cuma GPRS, buka gmail pun gak bisa untuk kirim email ke tour operatornya buat ngabarin kalo saya nunggu di imigrasi. Setelah dapet notifikasi WhatsApp, saya coba kirim WhatsApp ke adik saya untuk bantuin email dan cariin nomer tour-nya, siapa tau bisa saya WhatsApp. Pas banget saya lagi WhatsApp-an sama operator, driver saya muncul! Jadilah sekitar jam 12.40 kami berdua jalan ke luar imigrasi Zambia. Ternyata entrance gate Victoria Falls-nya deket banget, hampir nempel sama area imigrasi. Gapapa lah nunggu 40 menit asal gak nyusahin orang dan dapet guide pas di dalem Victoria Falls, plus dianterin balik ke hotel.

Pada akhirnya saya cuma di Zambia selama sejam lebih sedikit dan jam 2 udah kembali jalan kaki bareng driver menuju exit border Zambia. Nunggu visa dan driver hampir 2,5 jam tapi jalan-jalannya cuma 1 jam. Gapapa lah asal bisa lengkap ngeliat Victoria Falls-nya dari sisi Zimbabwe dan Zambia. Di Zambia pun ada jembatan yang saya inget banget pas nonton The Amazing Race US season 1 dan pertama kali saya tau ada tempat namanya Victoria Falls. Worth it, tapi semoga ke depannya gak pernah ngerasain drama visa lagi. Aamiin! 

Dari pengalaman saya, sepertinya pelajaran yang bisa diambil adalah:
  • Tiket pesawat yang dilampirkan harus masuk dan keluar dari Zambia
  • Kalo ada masalah dengan pengajuan, harus coba telepon pihak imigrasinya jangan cuma email aja
  • [Tidak disarankan dan belum pasti] kalo mau nekat berangkat tanpa visa, usahain dateng pas hari kerja supaya pihak imigrasi mudah koordinasinya dengan rekan-rekan mereka yang mungkin berada di Lusaka
Semoga pengalaman saya ini membantu pemegang paspor Indonesia yang berniat berkunjung ke Zambia!

No comments:

Post a Comment