Thursday, June 16, 2022

Perjalanan ke Antartika: Itinerary di Antartika dan Argentina

Perjalanan ke Antartika dan Argentina awal tahun ini merupakan perjalanan saya yang paling lama. Saya berangkat dari Jakarta tanggal 27 Januari 2022 dan tiba lagi di Indonesia tanggal 1 Maret 2022 sehingga total durasi perjalanan adalah sekitar 33 hari. Kerja apa kok bisa jalan-jalan selama 33 hari? Alhamdulillah saya nggak perlu resign untuk liburan selama ini dan masih digaji utuh. Kantor saya masih menerapkan work from home yang bisa diubah menjadi work from anywhere selama kerjaannya beres. Setelah menjalani langsung, sebenernya lumayan kapok kerja remote dengan perbedaan waktu 10 jam. Berantakan banget pola tidurnya!
 
Berhubung durasi yang panjang, berbeda dengan tulisan itinerary biasanya, saya tidak akan menjelaskan detailnya per hari melainkan akan per destinasi.

El Chalten

Itinerary
27  29 Januari: Jakarta ke Buenos Aires
Perjalanan panjang dimulai. Saya terbang menuju Buenos Aires melalui Tokyo, Chicago, dan Houston. Tiket pesawat saya pecah jadi 2, yakni Jakarta ke Chicago dengan Japan Airlines dan Chicago ke Buenos Aires dengan United.

Naik Japan Airlines dari Jakarta ke Chicago via Tokyo-Narita

29 Januari – 8 Februari: Buenos Aires
Rencana awal adalah saya tiba di Buenos Aires tanggal 7 Februari, sehari sebelum cruise dimulai. Namun karena Omicron mulai merebak saya jadi parno kalo terlalu mepet dan akhirnya memutuskan untuk tiba lebih awal di Buenos Aires. Untungnya nemu hotel yang lumayan oke dengan harga murah juga, jadi perubahan rencana ini tidak membuat kantong saya bolong. Selama di Buenos Aires saya nggak banyak eksplor karena masih perlu kerja dan ceritanya mau transisi waktu dengan baik. Alhasil saya cuma eksplor deket hotel aja.
 
8 – 19 Februari: Buenos Aires ke Ushuaia untuk memulai cruise
Akhirnya saya mendarat di Ushuaia! Ushuaia merupakan bandara internasional paling selatan di dunia. Setibanya di bandara, ada pihak Poseidon Expeditions yang menjemput dan program dimulai. Ceritanya terpisah ya!

Pemandangan dari Arakur Hotel di Ushuaia

19 Februari: Ushuaia
Perjalanan dari Antartika berakhir dengan berlabuhnya kapal di Ushuaia Port. Sebelum melanjutkan perjalanan, saya jalan-jalan di kota Ushuaia yang tidak terlalu besar.
 
Ushuaia mural

19 – 22 Februari: El Calafate dan El Chalten
Setelah mengunjungi Patagonia di Chile, saya pengen datang ke Patagonia di sisi Argentina juga. Kota dengan bandara terdekat adalah El Calafate. Karena udah di El Calafate, hari pertama saya gunakan untuk ikut day tour ke Perito Moreno Glacier.

Perito Moreno Glacier

Keesokan harinya baru saya menuju El Chalten. Berhubung kapok karena capek banget pas day hike di Torres del Paine, Chile, kali ini saya nggak ambisius melakukan hal yang serupa yakni day hike ke Laguna de Los Tres. Selain itu saya nggak bisa nge-pas-in jadwalnya di weekend. Kan gak lucu kalo saya gak bisa kerja karena pegel sebadan-badan.
 
22 – 24 Februari: Puerto Iguazu
Iguazu Falls masuk ke daftar tempat yang harus saya kunjungi kali ini karena sebelumnya gak sempet ketika ke Brazil di tahun 2016.

Iguazu Falls

24 – 27 Februari: Buenos Aires
Karena kebagian weekend, akhirnya saya bisa eksplor ke beberapa tempat di Buenos Aires seperti Recoleta, Puente de la Mujer, dan Plaza de Mayo.

Buenos Aires

27 Februari – 1 Maret: Buenos Aires ke Jakarta
Perjalanan panjang kembali ke Jakarta namun merupakan yang tercepat antara Indonesia dan Amerika Selatan yakni 32 jam saja. Jika sebelumnya pake acara transit dan jalan-jalan sebentar di Eropa atau Amerika Serikat hingga total bisa 3 hari di jalan, kali ini cuma transit 2x tanpa meninggalkan bandara yakni di Sao Paulo, Brazil dan Istanbul, Turki.

Naik Turkish Airlines dari Buenos Aires ke Jakarta via Sao Paulo dan Istanbul

Visa
Untuk perjalanan kali ini saya membutuhkan 2 visa yakni visa Amerika Serikat (walaupun hanya transit tapi tetap butuh visa) dan Argentina. Karena punya visa Amerika Serikat yang masih aktif dan pernah dipakai dalam 2 tahun terakhir, saya bisa apply visa Argentina secara online yang penjelasannya bisa dibaca di tulisan berikut.
 
Uang
Setelah sekian lama hanya mengandalkan kartu kredit atau tarik tunai dengan kartu debit di ATM setibanya di destinasi, akhirnya saya tukar uang lagi. Hal ini karena di Argentina uang bisa menjadi 2x lipat nominalnya tanpa sulap tanpa sihir haha.
 
Di Argentina ada yang namanya “Blue Dollar rate”. Saya sejujurnya belum begitu nangkep kok bisa-bisanya ada rate ini, tapi pokoknya dengan rate ini uang lembaran US Dollar kalo ditukarkan ke Argentinian Peso (ARS) akan 2x lebih tinggi dari rate yang resmi. Rate resmi itu 1 USD = 105-110 ARS ketika saya di sana, tapi dengan Blue Dollar rate saya bisa mendapatkan rate 215 ARS di Buenos Aires dan 200 ARS di El Calafate. Katanya di El Calafate rate-nya lebih jelek karena lebih susah. Nggak tau bener apa nggak, tapi berhubung saya tetep untung jauh jadi terima aja haha. Saya menukarkan ke resepsionis hotel dan host Airbnb karena males cari cuevas/ toko yang punya blue dollar rate

Blue Dollar rate

Apakah legal? Sepertinya iya, karena uang yang didapatkan asli dan sudah lumayan biasa juga bagi turis asing. Cara yang mudahnya adalah dengan transfer ke Western Union, tapi karena di Indonesia ini lumayan ribet karena nggak bisa transfer via aplikasi dan harus ke counter, jadi saya bawa cash USD secukupnya.

Akomodasi
Karena masih harus kerja dan dengan jam yang lumayan ngawur waktu Argentina (jam 11 malam sampai jam 8 pagi), saya nggak bisa pilih hostel kalo mau hidup dengan tentram dan damai. Untungnya akomodasi di Argentina masih manusiawi untuk hotel.
 
Selama di Buenos Aires, saya menginap di Up Viamonte Hotel selama total 13 malam (10 malam di awal dan 3 malam di akhir perjalanan). Kamarnya luas, ada meja yang besar juga, ada cutleries juga jadi enak kalo delivery makanan dan makan di kamar. Saya bayar sekitar Rp400.000 per malam untuk 10 malam pertama dan Rp650.000 per malam untuk 3 malam terakhir.

Up Viamonte Hotel, Buenos Aires

Sementara itu di El Calafate dan Puerto Iguazu karena saya tidak menemukan hotel yang fasilitasnya bagus dan lokasi strategis dengan harga yang terjangkau, saya memutuskan untuk menginap di Airbnb. Untuk jenis “entire place” (bukan shared room), saya bayar sekitar Rp450.000 per malam di El Calafate dan Rp300.000 per malam di Puerto Iguazu.
 
Transportasi
Pada perjalanan kali ini saya mencoba banyak jenis transportasi mulai dari pesawat, mobil, bis, kapal, hingga kereta.
 
Untuk pindah kota saya selalu memilih untuk terbang supaya bisa mempersingkat waktu. Karena nggak mau pusing dan emang pilihan jadwal lebih banyak, saya selalu terbang dengan Aerolineas Argentina. Ada pilihan maskapai lain sebenarnya kayak JetSmart dan Flybondi, tapi jadwalnya nggak cocok dan harganya hanya beda sedikit. Plus dengan Aerolineas saya bisa mengumpulkan pundi-pundi receh miles ke SkyTeam yang saya putuskan untuk dikumpulin ke Flying Blue-nya Air France dan KLM karena suatu saat nanti pengen terbang dengan business class seat mereka yang model reverse herringbone. 

Aerolineas Argentina A330 di Ushuaia

Saya sama sekali nggak coba transportasi umum masal di Argentina karena membawa 2 koper plus ransel besar. Akhirnya berasa orang kaya tiap dari dan ke bandara selalu naik taksi. Nikmat banget yaAllah nggak usah nunggu dan gak pusing karena udah pesen dulu jadi cepet banget prosesnya. Lebih ikhlas juga naik taksi karena blue dollar rate tadi sih.. kalo nggak pasti kurang ikhlas bayarnya haha.
 
Di Buenos Aires ada Uber dan Cabify juga yang harganya lumayan mirip sama di Jakarta jadi nggak bikin miskin.
 
Aktivitas
Kalau dulu saya anti banget sama yang namanya ikutan tour, kali ini saya malah selalu ikutan tour karena terlalu ribet ngurusin persiapan ke Antartika. Sehingga untuk aktivitas di Argentina saya ikutan day tour supaya tidak menambah pusing dan duduk manis. Bahkan saya nggak mencoba bandingin harga kalo berangkat sendiri supaya ikhlas bayarnya haha.

Bus Nordic Tour di Puerto Iguazu

Untuk tour ke Perito Moreno Glacier saya pilih tour dari Tripadvisor. Saya ambil paket yang termasuk kapal supaya bisa lebih deket liat glacier-nya. Saya pilih ini tanpa sebelumnya tau bakal kenyang ngeliatin glacier di Antartika. Harganya USD70 (~Rp1.000.000) untuk tour dengan durasi 7 jam, berangkat jam 8 pagi dan kembali jam 3 sore. Biaya di luar tiket masuk National Park-nya seharga ARS1.260 (~Rp175.000).
 
Tour ke El Chalten saya pilih dari Viator yakni "Full Day Chalten Soft". Saya ambil paket paling standar karena emang nggak mau capek dengan banyak hiking. View-nya lumayan bagus kok walaupun emang nggak seseru day hike di Torres del Paine. Harganya USD80 (~Rp1.150.000) dan durasi tour sekitar 12 jam, berangkat jam 7 pagi dan Kembali ke El Calafate jam 7 malam.
 
Tour terakhir yang saya ambil adalah day tour ke Iguazu Falls. Harganya murah banget cuma Rp200.000, tapi emang buat transport dan kereta api di dalam National Park-nya aja sih. Tetep worth soalnya kalo naik taksi harganya bakal lebih mahal. Tiket ke National Park-nya sendiri belum termasuk dan dibeli secara online seharga ARS2.800 (~Rp385.000). Durasi hanya sekitar 7 jam, berangkat jam 8 dan kembali ke kota jam 3 sore.
 
Saya puas banget dengan semua tour yang saya pilih karena sesuai keperluan saya dan yang paling penting tinggal duduk manis. Bonusnya adalah lebih mengerti tentang apa yang dikunjungi karena dapet penjelasannya. Well, walaupun sekarang udah agak lupa juga sih…
 
SIM Card dan Paket Internet
Indosat gak dapet sinyal sama sekali di Argentina! Pusing banget kalo ketemu service yang perlu OTP. Untungnya Uber saya udah linked ke kartu kredit sehingga gak perlu OTP. Cabify gak bisa sign-up awalnya karena perlu OTP, begitu juga dengan food delivery service PedidosYa. Untungnya delivery service lain dan yang lebih bagus bernama Rappi yang bisa mengirimkan OTP ke WhatsApp jadi tetep bisa beli makanan.
 
Di hari ke lima saya akhirnya mencoba ke toko Movistar, salah satu telco besar di Argentina. Setelah panas-panasan antri di luar karena di dalam lagi penuh, begitu dapet giliran ternyata dibilang nggak bisa beli SIM card di sana dan diarahkan ke toko lain. Sayangnya saya nggak bisa menemukan toko yang dimaksud sehingga gagal mendapatkan SIM card.
 
Akhirnya saya bisa mendapatkan SIM card ketika selesai cruise dan jalan-jalan di Ushuaia. Kali ini saya coba masuk ke toko Claro yang lagi-lagi dibilang mereka nggak jual SIM card. Pas lagi jalan liat toko casing HP dan coba masuk ternyata dia jual SIM card Claro! Bisa dibantu pula untuk isi paket internet. Saya bayar ARS 350 untuk kartunya dan ARS 500 untuk paket internet 2 minggu, total sekitar Rp110.000 (tapi karena bayar pakai cash jadi sebenernya cuma bayar Rp55.000 hoho). Proses lumayan cepet dan nggak perlu registrasi untuk mengaktifkan lagi.
 
SIM card Claro

Makanan
Selama di Buenos Aires saya hampir selalu beli makan lewat Rappi karena bingung mau makan apa dan HP nggak ada paket internet buat translate segala menu yang dalam Bahasa Spanyol. Rappi ini sangat user-friendly bagi turis asing. Walaupun menunya banyak dalam Bahasa Spanyol, aplikasi dan customer service-nya dalam Bahasa Inggris jadi nggak bikin pusing kayak PedidosYa.
 
Karena sering order, saya akhirnya beli semacem premium package yang benefitnya adalah free delivery. Lumayan banget karena sekali delivery minimal ARS120 sementara harga package-nya adalah ARS799 untuk 30 hari, mana ada bonus free HBO Max sebulan. Lumayan bisa makan sambil nonton The Office. Hari terakhir di Argentina saya cek berapa banyak penghematan saya dan jumlahnya tembus ARS2,500! Makanannya sendiri beragam, tapi saya kebanyakan pesen Chinese food karena porsinya gede-gede dan ada nasi.

Sayangnya di El Calafate dan Puerto Iguazu nggak ada Rappi atau PedidosYa, jadi saya harus cari makan ke luar dan seringnya jadi beli sandwich aja. Sempet makan roasted chicken yang enak banget dengan porsi gede dan harga murah juga sekitar ARS1.180 (~Rp161.000). Lumayan buat dua kali makan.

Nasi (yang kering banget) dan ayam

Untuk makanan khas, saya baru tau kalo Argentina itu ternyata terkenal dengan steak-nya. Ini juga hasil dengerin orang Amerika yang ngomel ke agent United pas flight dari Houston ke Buenos Aires dan menyebabkan flight-nya delay 12 jam. Orang ini udah reservasi di restoran sejak 3 bulan sebelumnya dan jadinya gak bisa dipake. Katanya daging sapi di Argentina ini khas banget. Berhubung saya sukanya daging yang dimasak menjadi rendang, sepertinya akan kurang cocok dan tidak bisa menikmati kelezatannya… haha. Makanan populer lainnya adalah milanesa atau suprema (ayam/ sapi/ pork), bentuknya kayak semacem katsu. Makanan baru yang saya coba paling cuma dessert/ cookie yang bentuknya kayak macaron tapi tengahnya caramel. Manis banget!
 
Oh iya tidak lupa makanan yang selalu saya coba di mana pun kalo ketemu: KFC! Lumayan 3 potong dan kentang plus minum seharga ARS880 (~Rp120.000) bisa 2-3x makan.

KFC (satu ayamnya udah dimakan)!

Demikian lah ringkasan itinerary dan detail perjalanan saya selama di Argentina. Semoga bisa membantu kalian dalam merencanakan perjalanan ke sana.

3 comments:

  1. Bisa-bisanya nukerin dolar amerika dapet banyak, kamu memang luar biasa. Work from anywhere-nya jauh bingit ya dari ujung bumi haha.

    Postingan ini mengobati kerinduanku akan traveling. Makasih ya udah posting cerita perjalanan ke Amerika Selatan yang kesekian kalinya.

    ReplyDelete
  2. hotel tempat nukerin blue dollar nyha dmn???

    ReplyDelete
  3. Wah baru tau ada Blue Dollar rate dari post kak Eky ini! Meskipun karena durasi perjalanan yang panjang dan masih harus sambil work from anywhere tapi cerita perjalanannya selalu seru. Semangat menulis cerita perjalanan terus kak Eky :) Ditunggu juga kak kalau ada cerita staycation lagi hehe~

    ReplyDelete