Monday, April 15, 2024

One Day

I'm really glad I survived today.

Kembali merenung bersama penguin. Males edit foto lagi jadi pake yang ada aja.

Hari Minggu kemarin (14 April) saya akhirnya memutuskan untuk nonton series One Day di Netflix setelah sekilas baca beberapa review yang bilang bagus. Makin ke sini makin anti-spoiler banget jadi sebisa mungkin baca review gak terlalu detail, begitu juga dengan nggak nonton teaser. Cuma namanya internet ya, ada aja yang kebaca. Keselnya adalah saya kayaknya salah nginget ending-nya, jadi bener-bener shock dan termenung pas nonton. Anyway...

Saya menyelesaikan nontonnya seharian, dan karena mulainya siang menjelang sore, saya baru selesai nonton jam 2 pagi. Bener-bener harus diselesaikan malam itu juga nontonnya karena selain I got hooked with the story, I have to know how it ends! I won't go into details about the plot and story karena banyak sumber lain yang bisa menceritakan lebih baik. Namun kenapa akhirnya saya sampai nulis post gini adalah karena series ini beneran bikin saya merenung. Plus menitikan air mata di episode terakhir. Makin tua udah makin emosional kayaknya, jadi makin sering nangis kalo nonton film/ series. But this one hit me differently.

Saya inget terakhir kali nonton dan nangis bahkan sampai sesugukan adalah nonton film Closer dari Belgia. Ada scene yang relate banget jadi bener-bener gak bisa nahan air mata dan terus bercucuran, karena saya ingat teman saya Ojan yang sempat saya tulis di sini.

The strange thing is, Sabtu malam kemarinnya (13 April) saya tidur dan di dalam mimpi saya ketemu Ojan. Suasanya lagi di kelas pas kuliah gitu kalo nggak salah inget, terus yaudah kita ngobrol aja sama yang lain juga. [Spoiler ahead]. Saya merenung setelah selesai nonton karena series ini sering banget menunjukkan the importance of having someone, at least to talk to -- di ending pas Dexter ditinggal Emma karena meninggal, di tengah series Dexter yang desperate banget nelpon Emma dari stasiun tapi nggak diangkat, both Emma dan Dexter yang masing-masing lagi struggling banget di waktu yang berbeda tapi lagi sibuk dengan urusan masing-masing. Terakhir kali ketemu Ojan dia seperti genuinely appreciate having someone to talk to, but I stupidly took it for granted. He must've felt so lonely at the end of his life.

Ada lagi scene labirin yang mereka berdua mencoba berjanji untuk terus jadi best friends, tapi Emma somehow yakin dengan Dexter menikah dan punya keluarga, priorities change and they will grow apart. It struck me hard remembering that time in Bangkok when I had a high fever and got no one to talk to. I didn't even text my parents because I know how stressful they are going to be and I can't afford that. So having someone to talk to is very important to me. That's also my main objective in building a relationship, which I sincerely wish will lead to a marriage lasting forever, happily.

So, there's that. Life goes on. Thanks One Day for a harsh wake up call to refocus my priorities as I enter my thirties.

I know this might look sad and also silly, but until I find my person, I guess you'll see more posts in similar tone as this one. Because at the end of the day, this is a part of my life story and I hope later down the road I can look back to these mellow posts, grinning like an idiot and cherishing it with my wife. 

3 comments:

  1. Hi ekky, ini ojan yang sama yang jalan2 ke Luang Prabang? dulu pas tau berita dukanya, ikut sedih jg.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi, ini Ojan yang berbeda dengan yang ke Luang Prabang.

      Delete
  2. Hai Ka Refky!! Aku kembali ke page jambulebalik setelah aku udah mau lulus S1. Been reading all your blogs since SMP hahaha 😭 thank you udah inspire aku buat explore dunia kak, karena kakak aku jadi termotivasi buat ikutan jd traveler, avgeek sampe miles hunter 😭. I’m glad kakak balik blogging lagi 🤣 semoga tetap bisa share keseruan traveling lagi ya kak!!! Xoxo

    ReplyDelete