Sakit itu nggak pernah enak, apalagi sakit ketika jauh dari keluarga jadi harus melakukan apa-apa sendiri. Beli obat sendiri, cari makan sendiri, ke dokter sendiri.
Di hari ulang tahun saya pada hari Selasa lalu, saya bangun tidur dengan rada tenggorokan yang sedikit mengganjal. Sepertinya mau batuk. Karena hari itu saya akan pergi untuk business trip dilanjutkan dengan liburan, saya harus bawa obat batuk yang biasa saya minum. Sayangnya saya lupa membawanya dan ketika tiba di Bangkok batuknya menjadi lebih sering dan keras. Malamnya saya tidur seperti biasa namun keesokan paginya bangun dengan demam tinggi dan tenggorokan yang masih rada gatal.
Panik, saya chat teman saya yang dokter dan dilakukan diagnosis secara remote. Kemungkinan saya pharyngitis, tapi untungnya nggak separah yang sebelumnya. Itu salah satu sakit terparah saya dan masih kebayang betapa menderitanya kala itu. Demamnya sendiri katanya karena efek samping aja berhubung daya tahan tubuh saya lagi rendah. Saya diberikan beberapa rekomendasi obat untuk dibeli, paracetamol untuk demam dan beberapa obat untuk batuknya. Karena biasa demam, saya udah siap sedia paracetamol di tas. Sementara obat batuk karena lupa dibawa jadinya saya ke apotek. Di sana tidak ditemukan obat yang sesuai, jadinya selama di sana saya chat dengan teman sambil ngobrol dengan apotekernya.
Hari itu saya hanya bisa kerja setengah hari karena demam masih tinggi. Alhamdulillahnya keesokan hari demam sudah turun namun batuk malah makin parah. Saya masih bisa kerja seharian, namun batuk nggak berkurang walaupun sudah minum obat yang dibeli. Karena nggak mau liburan sambil sakit, hari Jumat saya setengah hari di kantor lalu ke rumah sakit setelah mendapatkan rekomendasi dari teman yang pernah ke rumah sakit di sini. Katanya dokternya ok bahasa inggrisnya jadi penjelasannya bisa dimengerti.
Rumah sakit-nya adalah BNH Hospital yang terletak di daerah Silom dan wow... bagus banget. Mahal deh pasti, tapi gapapa deh asal bisa ngobrol dengan dokter untuk tau diagonisis dan penyembuhannya. Setelah registrasi saya diarahkan ke lantai 4 bagian penyakit dalam. Untuk registrasi bisa bawa paspor atau bentuk identifikasi lainnya. Waktu itu saya kasih KTP karena lupa bawa paspor.
Nggak lama menunggu, saya didiagnosis. Penjelasan dokternya nggak jauh beda dengan temen saya, intinya ada infeksi di faring tepatnya nasopharynx/ nasofaring. Dia juga menjelaskan kalau batuk akan lebih sering dan keras di malam hari karena kepala menghadap atas saat tidur sehingga banyak cairan yang berkumpul di bagian tersebut. Semoga saya nggak salah jelasin.
Akhirnya dikasih 4 obat yakni antibiotik, untuk infeksi, untuk tenggorokan, dan untuk nyeri ketika batuk. Biayanya lumayan mahal juga ternyata, sekitar Rp1,5 juta sudah termasuk biaya konsulatasi dan obat.
Sudah 2 hari saya minum antibiotiknya tapi rasanya belum ada pengurangan. Batuk di malam hari masih keras juga jadi suka kebangun tengah malam. Let's see deh, berhubung kata dokternya bisa sampai 5 hari makanya dikasih obat sampai 5 hari.
Semoga bisa mendingan sebelum saya berangkat liburan. Nggak seru banget kalo sakit :(( Makan jadi susah pasti berhubung dilarang makan goreng-gorengan. Gimana dengan makanan favorit saya sewaktu liburan alias KFC? Tidaak.
Ngomong-ngomong keluarga, awalnya saya nggak ngomong kalo sakit takut mereka kepikiran. Makanya hari Rabu saya tiba-tiba ngirim chat ke group keluarga. Mama kayaknya ngerasa soalnya kayak bilang tumben mulai chat duluan :)) Waktu itu saya stres banget sampe mau pulang ke Jakarta aja. Kalo sakit emang enaknya deket keluarga supaya bisa lebih diperhatikan dan sembuh lebih cepat. Ketika sakit di Bandung dulu, Ayah dan Eja langsung berangkat ke Bandung buat nemenin ke dokter. Manja banget maapin, tapi gimana ya :') Akhirnya baru ceritain lengkap pas pulang dari rumah sakit deh.
Doain cepet sembuh ya biar nggak pusing mikirin kesehatan dan liburannya bisa enjoy!
BNH Hospital, Silom, Bangkok
Di hari ulang tahun saya pada hari Selasa lalu, saya bangun tidur dengan rada tenggorokan yang sedikit mengganjal. Sepertinya mau batuk. Karena hari itu saya akan pergi untuk business trip dilanjutkan dengan liburan, saya harus bawa obat batuk yang biasa saya minum. Sayangnya saya lupa membawanya dan ketika tiba di Bangkok batuknya menjadi lebih sering dan keras. Malamnya saya tidur seperti biasa namun keesokan paginya bangun dengan demam tinggi dan tenggorokan yang masih rada gatal.
Panik, saya chat teman saya yang dokter dan dilakukan diagnosis secara remote. Kemungkinan saya pharyngitis, tapi untungnya nggak separah yang sebelumnya. Itu salah satu sakit terparah saya dan masih kebayang betapa menderitanya kala itu. Demamnya sendiri katanya karena efek samping aja berhubung daya tahan tubuh saya lagi rendah. Saya diberikan beberapa rekomendasi obat untuk dibeli, paracetamol untuk demam dan beberapa obat untuk batuknya. Karena biasa demam, saya udah siap sedia paracetamol di tas. Sementara obat batuk karena lupa dibawa jadinya saya ke apotek. Di sana tidak ditemukan obat yang sesuai, jadinya selama di sana saya chat dengan teman sambil ngobrol dengan apotekernya.
Obat dari apotek
Hari itu saya hanya bisa kerja setengah hari karena demam masih tinggi. Alhamdulillahnya keesokan hari demam sudah turun namun batuk malah makin parah. Saya masih bisa kerja seharian, namun batuk nggak berkurang walaupun sudah minum obat yang dibeli. Karena nggak mau liburan sambil sakit, hari Jumat saya setengah hari di kantor lalu ke rumah sakit setelah mendapatkan rekomendasi dari teman yang pernah ke rumah sakit di sini. Katanya dokternya ok bahasa inggrisnya jadi penjelasannya bisa dimengerti.
Rumah sakit-nya adalah BNH Hospital yang terletak di daerah Silom dan wow... bagus banget. Mahal deh pasti, tapi gapapa deh asal bisa ngobrol dengan dokter untuk tau diagonisis dan penyembuhannya. Setelah registrasi saya diarahkan ke lantai 4 bagian penyakit dalam. Untuk registrasi bisa bawa paspor atau bentuk identifikasi lainnya. Waktu itu saya kasih KTP karena lupa bawa paspor.
Registrasi
Nggak lama menunggu, saya didiagnosis. Penjelasan dokternya nggak jauh beda dengan temen saya, intinya ada infeksi di faring tepatnya nasopharynx/ nasofaring. Dia juga menjelaskan kalau batuk akan lebih sering dan keras di malam hari karena kepala menghadap atas saat tidur sehingga banyak cairan yang berkumpul di bagian tersebut. Semoga saya nggak salah jelasin.
Ruang tunggu
Akhirnya dikasih 4 obat yakni antibiotik, untuk infeksi, untuk tenggorokan, dan untuk nyeri ketika batuk. Biayanya lumayan mahal juga ternyata, sekitar Rp1,5 juta sudah termasuk biaya konsulatasi dan obat.
Kasir
Diagnosis dan invoice
Sudah 2 hari saya minum antibiotiknya tapi rasanya belum ada pengurangan. Batuk di malam hari masih keras juga jadi suka kebangun tengah malam. Let's see deh, berhubung kata dokternya bisa sampai 5 hari makanya dikasih obat sampai 5 hari.
Obat-obatan
Semoga bisa mendingan sebelum saya berangkat liburan. Nggak seru banget kalo sakit :(( Makan jadi susah pasti berhubung dilarang makan goreng-gorengan. Gimana dengan makanan favorit saya sewaktu liburan alias KFC? Tidaak.
Ngomong-ngomong keluarga, awalnya saya nggak ngomong kalo sakit takut mereka kepikiran. Makanya hari Rabu saya tiba-tiba ngirim chat ke group keluarga. Mama kayaknya ngerasa soalnya kayak bilang tumben mulai chat duluan :)) Waktu itu saya stres banget sampe mau pulang ke Jakarta aja. Kalo sakit emang enaknya deket keluarga supaya bisa lebih diperhatikan dan sembuh lebih cepat. Ketika sakit di Bandung dulu, Ayah dan Eja langsung berangkat ke Bandung buat nemenin ke dokter. Manja banget maapin, tapi gimana ya :') Akhirnya baru ceritain lengkap pas pulang dari rumah sakit deh.
Doain cepet sembuh ya biar nggak pusing mikirin kesehatan dan liburannya bisa enjoy!
No comments:
Post a Comment