Tuesday, December 31, 2019

2019: Year in Review

Tahun 2019 ini merupakan tahun yang sangat menarik buat saya. Banyak ups and downs di tahun ini yang bikin saya seneng banget, kaget banget, stress banget, kesel banget, dan banget-banget lainnya. Sebagai orang yang hidupnya lempeng-lempeng aja, melewati hal-hal tersebut di tahun ini rasanya membuat saya lebih “dewasa”. Dewasanya saya pakaikan tanda kutip karena nggak ada yang bisa ngukur, tapi Eky 4-5 tahun lalu pasti bakal uring-uringan nggak berkesudahan ketika “masalah” hadir di tahun ini.

Halo dari Patagonia!

Mulai dari bagian travel ya karena hampir semuanya seneng!! Malah nggak ada sedihnya sih rasanya. Sama seperti tahun lalu, alhamdulillah tahun ini saya naik pesawat tiap bulan!!! Nggak tanggung-tanggung, tahun ini pecah rekor baru yakni 101 kali naik pesawat dengan jarak terbang total 155.046 miles! Ini lebih banyak 71% untuk segmen dan 92% untuk jarak. Bahkan jarak terbangnya hampir sama dengan total jarak terbang tahun 2017 dan 2018 digabung yakni 157.292 miles. Amazing!

Suka banget sama foto ini. pesawatnya, lighting-nya, awannya, dan semuanya

Berikut adalah beberapa highlight perjalanan saya di tahun 2019.
  • New countries visited (in order): Oman, Chile, United States of America, Ecuador, Colombia, Monaco, Andorra, and Myanmar
  • Number of miles flown: 155,046 miles
  • New airlines (in order): Jetstar Asia, Oman Air, Thai Airways, Thai Lion Air, Thai Smile, Cathay Dragon, Avianca, Vietnam Airlines, Air India, Lufthansa, Swiss, Vueling, Finnair, Hong Kong Airlines, and Myanmar Airways International --> this shows that I focused more on aviation in 2019 :D
  • New aircraft (in order): Airbus A320neo, Boeing 787-10, and Boeing 747-8i
  • Another three times on first class (similar amount like last year), but a whopping 31 times on business class while previous year only 5 times. What an amazing experience!
  • Sekitar sepertiga business class adalah dengan Malaysia Airlines karena harga "promo banget" Rp500 ribu PP Jakarta - Kuala Lumpur. Niatnya mau ngejar status British Airways Executive Club Silver (oneworld Sapphire), tapi karena salah itung periode assessment jadi tier point-nya kagak nyampe 600
  • Setelah setia banget sama Qatar Airways sejak 2016, tahun ini nggak naik Qatar sama sekali

Sunday, December 29, 2019

Birthday Trip 2019: Dua Kali ke Eropa Dalam 7 Hari!

Melanjutkan tradisi yang saya coba bangun sejak tahun 2016, tahun ini saya merayakan ulang tahun sambil jalan-jalan lagi. Berhubung ulang tahunnya tergolong spesial yakni ke-26 di tanggal 26, saya berusaha membuatnya memorable juga (cari-cari alasan).

Karena bacot panjang, tulisan kali ini lebih ke tahap perencanaan dan preview dulu, nanti akan ada post terpisah mengenai perjalanannya serta review pesawatnya.

Lufthansa First Class

Berhubung belakangan ini saya sedang mengurus market Thailand, jadwal libur saya juga mengikuti libur di sana. Sejak bulan Agustus saya sudah mulai memikirkan birthday trip ini karena di awal Desember ada tanggal merah 2 hari. Lumayan!

Rencana awal tentu saja adalah keinginan terbesar tentang pesawat yang belum terwujud, yakni mandi di pesawat. Namun setelah saya hitung-hitung termasuk biaya yang dibutuhkan untuk membeli miles, trip ini di luar budget haha ketawa sedih. Jadinya harus ditunda dulu. Pilihan berikutnya adalah mencoba Lufthansa First Class. Kenapa? Karena first class-nya terlihat sangat elegan ditambah bakal banyak pengalaman baru yang akan saya rasakan seperti mencoba First Class Terminal di Frankfurt, naik mobile Porsche dari lounge ke pesawat, mendapatkan amenity kits La Prairie yang mahal, serta memiliki bebek dari First Class Terminal!

Porsche ride from "lounge" to plane

Duckies!

Merencanakan Terbang dengan Lufthansa First Class
Setelah mempelajari beberapa cara termudah dan termurah untuk mencoba Lufthansa First Class, saya memutuskan untuk mengumpulkan miles melalui program Lifemiles-nya Avianca. Ini juga yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk membeli tiket business class untuk eksplor beberapa negara diAmerika Selatan ketika liburan ke Amerika Serikat. Sekali mendayung dua-tiga produk dicoba :p

Lufthansa First Class Signage

Sunday, December 1, 2019

Sakit Saat Jauh dari Keluarga

Sakit itu nggak pernah enak, apalagi sakit ketika jauh dari keluarga jadi harus melakukan apa-apa sendiri. Beli obat sendiri, cari makan sendiri, ke dokter sendiri.

BNH Hospital, Silom, Bangkok

Di hari ulang tahun saya pada hari Selasa lalu, saya bangun tidur dengan rada tenggorokan yang sedikit mengganjal. Sepertinya mau batuk. Karena hari itu saya akan pergi untuk business trip dilanjutkan dengan liburan, saya harus bawa obat batuk yang biasa saya minum. Sayangnya saya lupa membawanya dan ketika tiba di Bangkok batuknya menjadi lebih sering dan keras. Malamnya saya tidur seperti biasa namun keesokan paginya bangun dengan demam tinggi dan tenggorokan yang masih rada gatal.

Panik, saya chat teman saya yang dokter dan dilakukan diagnosis secara remote. Kemungkinan saya pharyngitis, tapi untungnya nggak separah yang sebelumnya. Itu salah satu sakit terparah saya dan masih kebayang betapa menderitanya kala itu. Demamnya sendiri katanya karena efek samping aja berhubung daya tahan tubuh saya lagi rendah. Saya diberikan beberapa rekomendasi obat untuk dibeli, paracetamol untuk demam dan beberapa obat untuk batuknya. Karena biasa demam, saya udah siap sedia paracetamol di tas. Sementara obat batuk karena lupa dibawa jadinya saya ke apotek. Di sana tidak ditemukan obat yang sesuai, jadinya selama di sana saya chat dengan teman sambil ngobrol dengan apotekernya.

Obat dari apotek

Tuesday, November 26, 2019

26

This year is a special birthday since I'm turning 26 on 26!

Birthday cake dari hotel

Berbeda dengan tahun lalu dimana saya gegoleran seharian di Qsuite selama 14 jam, tahun ini saya harus mengingat perkataan "roda itu berputar". Walaupun saya tetap bisa terbang di hari ulang tahun, kondisinya cukup berbeda dibanding tahun lalu. Dari ini...

Qsuite!

Menjadi ini...
Sama-sama ungu dikit lah...

But no complaints! Tetep senang karena bisa merayakan ulang tahun di pesawat lagi. Yay!

Sunday, November 24, 2019

Frequent Flyer Membership Status in 2019: Berantakan!

Baru sadar bulan November ini belom nge-blog. Rasanya udah nge-blog banyak ternyata semua di bulan Oktober. Berhubung lagi belum terkumpul niatnya untuk ngedit foto beberapa penerbangan terakhir yang menarik untuk di-review, saya mau nulis tentang bagaimana kondisi frequent flyer membership saya di tahun 2019 ini karena belakangan suka mikirin mau fokus ke mana karena berantakan banget!!!

Kunci utama dari frequent flyer membership adalah memilih program yang tepat sesuai kebutuhan kamu. Ada program yang mudah untuk mendapatkan status elite namun redeem miles-nya mahal, ada program yang miles redemption-nya menarik namun susah untuk dapat status elite. Setelah tau kebutuhannya, hal berikutnya yang harus diperhatikan adalah pola perjalanan kamu. Apakah selama ini ada kecenderungan untuk memilih airlines tertentu? Apakah airlines tersebut tergabung ke global alliance (oneworld, Star Alliance, atau SkyTeam)? Apakah airlines tersebut beroperasi di airport yang sering kamu gunakan? Apakah rute airlines/ partnernya ada ke destinasi yang kamu inginkan?

Redeem miles untuk terbang dengan business class

Selama 2016-2018 saya setia banget sama Qatar Airways, hingga saya bisa jadi member Gold di Privilege Club-nya selama 2 tahun. Sayangnya Qatar Airways tega banget sama member-nya karena bikin perubahan yang nggak manusiawi tanpa pemberitahuan yang cukup hingga akhirnya saya nggak mau loyal lagi ke mereka. Selama 2018-2019 jadinya saya terbang sesuai kebutuhan dan menyebabkan kondisi berantakan sekarang ini. Saya akan jelaskan satu per satu frequent flyer status yang saya miliki, mengapa saya memilikinya, dan rencana saya ke depannya.

Thursday, October 24, 2019

Pengalaman Perpanjang Paspor Elektronik

Wah ternyata saya bisa merasakan paspor habis sebelum masa berlakunya berakhir! Paspor pertama saya berakhir masa berlakunya dengan menyisakan sekitar 8 halaman kosong, dan sekarang paspor kedua saya habis halamannya dalam 3 tahun 3 bulan. Sebenernya masih ada bagian kosong untuk cap, tapi karena ada keperluan yang memerlukan halaman kosong jadi mau nggak mau harus bikin paspor baru.

Paspor baru!

Pengambilan Nomor Antrian Online
Setelah membaca beberapa blog terbaru tentang pembuatan dan perpanjangan paspor, kantor imigrasi Jakarta mengharuskan pemohon untuk memiliki nomor antrian terlebih dahulu. Nomor antrian ini bisa dipilih secara online.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan registrasi di halaman ini (https://antrian.imigrasi.go.id). Data yang dimasukkan standar dan mudah dilakukan. mereka inginkan.

Setelah melakukan pendaftaran, kalian harus memilih di mana permohonan dilakukan dan kemudian memilih slot tanggal yang diinginkan. Setelah konfirmasi data, kalian telah resmi memiliki nomor antrian.

Tips:
  • Lakukan registrasi ini di hari Senin – Kamis karena hari Jumat website jadi lemot banget berhubung kuota permohonan ditambahkan hari ini dan orang-orang rebutan untuk mendapatkan jadwal yang
  • Kuota dibuka setiap minggu. Kalian harus standby hari Jumat siang minggu sebelumnya (info yang saya baca, tepatnya jam 2 siang) karena kuota baru untuk minggu depannya dibuka di waktu tersebut. Misal kalian ingin mengajukan permohonan hari Senin, 4 November 2019, maka kalian harus standby jam 2 siang pada hari Jumat, 1 November 2019.
  • Saya sendiri lupa untuk standby jam 2 siang dan baru akses sekitar jam 6 sore. Akses lewat komputer lemot banget bahkan untuk sign-in aja susah. Saya coba lewat aplikasi dan untungnya lebih lancar. Jadi saya sarankan untuk download aplikasinya.
  • Kantor Imigrasi Jakarta Selatan sangat populer sehingga ketika saya bisa akses, slot Senin dan Selasa sudah habis. Akhirnya saya memilih Jakarta Pusat dan bersyukur karena setelah membandingkan dengan pengalaman teman di Jakarta Selatan dan Barat, lewat Pusat ini lebih cepat pembuatannya. Nanti saya jelaskan di bagian bawah.
  • Ada beberapa bagian di design aplikasinya yang tidak user friendly, misalnya setelah memilih jadwal pertanyaan kebutuhan untuk pembuatan baru atau perpanjangan. Saya otak-atik pilih perpanjangan selalu gagal pas pengisian data. Akhirnya saya pilih pembuatan baru setelah baca di Twitter nggak masalah pilih yang mana pun di tahap ini.
  • Terdapat aturan yang sangat ketat yakni setiap pemohon hanya bisa mendapatkan antrian online 1 kali dalam 30 hari. Berdasarkan penjelasan yang saya baca di Twitter, ini dikarenakan banyak orang yang setelah dapat nomor antrian tidak datang di jadwal yang mereka pilih sehingga buang-buang kuota padahal banyak yang butuh antrian. Karena masalah design yang nggak oke tadi, setelah saya mendapatkan nomor antrian saya menyadari jenis antrian saya termasuk ke pembuatan baru, bukan perpanjangan. Oleh karena itu dengan polosnya saya batalkan nomor antrian dan salah saya juga nggak membaca dengan detail warning-nya. Hasilnya saya panik karena butuh paspor urgent namun nggak bisa dapet nomor antrian.
  • Alhamdulillah ada info di Twitter yang bilang kalau kejadian seperti ini, bisa buat akun anggota keluarga dalam satu kartu keluarga lalu ditambahkan diri kamu sendiri ke dalam daftar pemohon. Akhirnya saya buatin account pakai data KTP adik saya dan berhasil mendapatkan nomor antrian. Namun pastikan anggota keluarga ini nggak akan perpanjang paspor di tanggal berbeda dalam rentang 30 hari setelah kalian perpanjang.

Wednesday, October 23, 2019

Rabu, 23 Oktober 2019

Wah udah lama ternyata nggak nulis blog tentang kejadian di suatu hari. Tadi jadinya ngecek-ngecek tulisan lama yang wow menarik sekali hidupku jaman dulu semuanya diceritain kayak nggak ada beban haha. Terakhir nulis di tahun 2011, kemudian ada cerita kejadian dalam satu hari penuh di tahun 2009 seperti ini ini ini dan ini.

Tadi lagi bengong di jalan terus kepikiran untuk bikin cerita tentang hari ini berhubung menarik dan bikin mikir. Semoga suatu saat nanti saya bisa baca lagi tulisan ini dan senyum-senyum sendiri :)) Here goes.

Hari ini saya lagi berada di Bangkok, Thailand, karena ada urusan kerjaan. Saya berangkat hari Minggu (20 Oktober) dan balik ke Jakarta hari Kamis (24 Oktober). Entah kenapa lupa banget kalo hari ini (Rabu, 23 Oktober) merupakan hari libur. Jadi pas hari Senin set meeting, ada yang nyamperin dan bilang "Can we reschedule the meeting? Wednesday is public holiday". Ups! Kemaren sempet kepikiran mau day trip ke Myanmar tapi nggak jadi karena alhamdulillah masih waras untuk nggak hambur-hamburin uang dan udah janjian juga buat pergi bareng sama Ojan ke sana. Jadilah hari ini seharian di hotel aja menikmati kasur sambil ndusel.

Bangkok!

Berhubung di Indonesia masih hari kerja normal, jadi ya masih balesin orang untuk discuss juga. Selain itu ada meeting lewat Google Hangout dan baru kelar sekitar jam 2 siang. Kelar call, laper banget dan langsung beberes buat cari makan. Biasanya kalo makan di food court deket hotel. Makanannya murah (50-80 Baht), rasanya udah cocok, dan tempatnya bersih juga. Tadi entah kenapa nggak kepikiran dan maunya ke mall aja, bosen kali ya?

Saturday, October 19, 2019

Apa yang Seharusnya Dirasakan Setelah Spa?

Saya bukan orang yang suka “memanjakan” badan lewat pijat atau spa. Paling yang pernah saya lakukan adalah minta dikerokin Mama kalo berasa masuk angin, itu juga tiap dikerokin selalu uget-uget sampe suka ditabok punggungnya karena nggak bisa diem. Abis dikerokin, saya hampir selalu bisa merasakan kalau badan menjadi lebih segar dan entah kenapa yang awalnya berasa mau sakit, nggak berasa lagi. Oleh karena ini juga di dua perjalanan terakhir saya yang jauh ke Chile dan Amerika Serikat, saya menyempatkan untuk minta dikerokin sama Mama biar badannya lebih enak.

Kalo mendengar kata "spa", yang ada dipikiran saya adalah sebuah kemewahan. Beda dengan pijat atau urut yang terdengar lebih merakyat. Oleh karena itu seumur hidup baru 4 kali ngerasain spa dan itu semua gratisan. Nggak ikhlas rasanya ngeluarin uang untuk spa atau pijat ketika dikerokin Mama masih gratis :p

Dalam post ini saya mau menceritakan keempat pengalaman spa karena setelah spa selalu bingung apa yang seharusnya saya rasakan.

Spa 1: Four Seasons Hotel Jakarta
(full body, 45 menit)

Ketika staycation di Four Seasons Jakarta di tahun 2017, ternyata paket yang saya beli termasuk full body massage selama 45 menit untuk 2 orang. Berhubung waktu itu saya nginep sendiri, bisa digabung waktunya jadi 90 menit. Namun sayang karena lupa reservasi jadi slot waktunya habis.

Jujur waktu itu excited dan penasaran juga dengan yang spa ini karena baru pertama kali. Ketika datang ke lobby spa-nya, diarahkan ke ruangan oleh masseuse-nya. Saya diberikan bungkusan berisi beberapa barang dan diminta ganti baju, terus dengan begonya saya nanya “ini saya nggak pakai apa-apa nanti pas dipijat?” Masseuse-nya menjelaskan kalo di dalam bungkusan terdapat disposable underwear yang bisa dipake, jadi nggak telanjang bulet.

Spa Room

Kelar melepaskan pakaian, saya keluar dan diminta duduk dan merendam kaki ke baskom berisi air hangat dan campuran garam laut, kemudian masseuse-nya mulai memijat kaki. Setelah mungkin sekitar 5-10 menit, saya diminta naik ke kasur (atau papan?) pijat dan diminta tengkurap. Enak banget mijetnya sampe saya sempet ketiduran dan dibangunin ketika massage-nya selesai.

Saturday, October 12, 2019

Pengalaman Mengurus Visa Amerika Serikat

Dalam rangka liburan ke Amerika Serikat, saya harus mengurus visanya yang mahal dan punya momok kuat atas kesulitannya. Padahal statistiknya bilang sekitar 90% warga Indonesia diterima pengajuan visa Amerika-nya. Segitu bikin parnonya tapi.

Brooklyn Bridge, New York

Berikut adalah cerita saya mengajukan aplikasi visa Amerika Serikat untuk keperluan liburan.

Pengisian Formulir DS-160
Langkah pertama yang saya lakukan kemarin adalah mengisi form DS-160 di halaman berikut https://ceac.state.gov/genniv/default.aspx.

Berikut adalah halaman depan web untuk mengisi form DS-160. Di sebelah kanan ada pilihan untuk memulai mengisi formulir dan melanjutkan pengisian formulir. Berhubung pengisiannya panjang dan entah kenapa waktu itu saya sempat time out formulirnya, jadi bersyukur ada fitur melanjutkan pengisian formulir supaya nggak harus ngulang dari awal.


Begitu memulai mengisi formulir, akan diberikan nomor registrasi yang sebaiknya disimpan karena akan dibutuhkan jika mau melanjutkan pengisian formulir dan mau melakukan pemilihan jadwal interview.


Waktu saya ngisi formulir, setiap halaman saya screenshot biar bisa di-share di sini. Namun sayangnya saya cari-cari tapi tidak bisa menemukannya. Barusan mau coba isi formulir ulang tapi males banget karena panjang. Ini saya kasih hint aja apa yang ditanya karena bener-bener lengkap dari data personal, keluarga, tujuan ke Amerika Serikat, dan sebagainya. Pertanyaannya emang terlihat banyak, tapi sama aja dengan visa Australia atau Schengen namun lebih detail.


Monday, September 23, 2019

A Perfectly Balanced Trip: First Class and Back to South America

Hari Rabu kemarin saya baru saja tiba di Indonesia setelah melakukan perjalanan selama 13 hari. Perjalanan tersebut bisa dikatakan perjalanan yang paling mendekati sempurna versi saya. Apa kriteria perjalanan sempurna? Sebagai orang yang suka liburan, sebuah perjalanan harus mengunjungi tempat baru dan sebagai orang yang suka transportasi terutama pesawat, sebuah perjalanan harus memenuhi setidaknya salah satu dari: naik maskapai baru, naik jenis pesawat baru, naik premium class (business atau first class). Nah, perjalanan kemarin memenuhi keduanya:
  • Saya mengunjungi tiga negara baru: Amerika Serikat, Ekuador, dan Kolombia
  • Saya naik business class, bahkan first class!
Quito, Ecuador

Di awal saya bilang kalo perjalanan ini “mendekati” sempurna. Sedikit kekurangannya adalah perjalanan yang terlalu singkat (yes I know, udah 13 hari padahal, tapi tetep aja kurang). Karena terlalu singkat ini destinasi yang saya kunjungi di masing-masing negara belum maksimal, terutama Kolombia. Saya pengen banget ke Cartagena, tapi nggak keburu jadi hanya mengunjungi Bogota. Ecuador juga ternyata banyak banget tempat yang oke. Well, there will always be next time. Aamiin!

Cathay Pacific First Class

Hadiah Tahun Baru dari Cathay Pacific
Pada pagi hari tanggal 1 Januari 2019, saya bangun tidur sekitar jam 6 waktu Malaysia. Kala itu saya sedang menumpang menginap di apartment teman yang sedang bekerja di sana. Seperti biasa setelah bangun tidur handphone-lah yang saya cari. Ketika membuka website yang rutin saya buka setiap harinya, jantung langsung deg-degan karena ada info tiket pesawat Cathay Pacific first class dari Vietnam ke Vancouver pulang-pergi seharga USD 1,000!!! Beberapa keinginan saya tercapai dari topik tersebut: mengunjungi Vancouver (untuk ke Alberta) dan naik first class Cathay Pacific.

Saturday, August 3, 2019

Pengalaman Terbang dengan Thai Airways

Setelah beberapa kali naik Thai Airways antara Jakarta dan Bangkok, saya mau melakukan review penerbangan tersebut di kelas ekonomi. Semoga bisa komprehensif dan akurat karena udah ada lebih dari 2 data point (eaa scientific banget).

Boeing 787-8 at Jakarta Airport CGK

Check-in
Di Jakarta, counter check-in Thai Airways terletak di pier B. Dari pengalaman saya ini counter selalu rame walaupun udah dateng pas baru buka yakni 3 jam sebelum berangkat. Sehingga jangan lupa untuk online check-in ya karena antriannya selalu lebih pendek. Dengan online check-in kalian juga bisa pilih kursi. Sementara itu di Bangkok terletak di pier H dan J. Berhubung ini hub-nya Thai Airways, jadi counter-nya banyak dan proses check-in lebih cepat.

Check-in counter di Jakarta

Penumpang kelas ekonomi mendapatkan jatah bagasi sebanyak 20kg – 30kg, tergantung jenis tiket yang dibeli. Kalau tiketnya promo hanya dapat 20kg, sementara kalau tiket normal dapat 30kg. Sehingga harus diperhatikan ya sebelum packing berapa banyak bagasi yang didapatkan.

Boarding dan Disembark Pesawat
Ini harus saya tulis terpisah karena salah satu aspek kekurangan minor Thai Airways. Di Jakarta, boarding biasanya di gate 5. Lumayan jauh dari imigrasi, jadi usahain waktunya cukup untuk berjalan ke gate. Selayaknya maskapai full service lainnya, proses boarding dan disembark dari pesawat menggunakan garbarata (aerobridge) untuk kenyamanan penumpang.

Nah namun di Bangkok boarding dan disembark SELALU di remote area. Landing jam 11 malem kan capek kalo mesti naik bis lagi, mana airport-nya gede banget jadi suka jauh perjalanan dengan bisnya. Berasa naik bis dari Bangkok ke Pattaya.

Kalo kata temen yang punya kenalan orang Thai Airways, malem hari suka nggak dapet gate karena banyak flight long haul ke Eropa dan Australia yang lebih butuh aerobridge. Oke dimengerti, lah tapi saya 2x boarding jam 7 pagi juga tetep aja dikasihnya remote area padahal gate ada yang kosong.



Sunday, July 28, 2019

Mendadak Chile: Tiket Pesawat dan Dramanya

Nggak tahan dengan godaan tiket PP ke Eropa Rp4jutaan, akhirnya saya beli tiket PP dari Jakarta ke Paris di bulan November. Rencananya mau ke beberapa negara Eropa yang belum saya kunjungi kayak Portugal, Andorra, Monaco, Malta, San Marino, dan Luxembourg. Iya, saya jenis orang yang maruk kalo liburan maunya langsung ke banyak destinasi. Sayang waktu itu Traveloka belum punya fitur multi-city (tapi sekarang udah!) jadi saya belinya tiket PP ke Paris. Ketika mau menyusun rencana pindah kota di Eropa, saya lihat kok harganya mahal banget. Sebelumnya saya suka cek tiket dari Paris ke Porto naik Ryanair harganya bisa Rp200ribuan, tapi kok ini di tanggal saya Rp2,5 juta?! Nggak cuma rute tersebut, semua rute yang saya butuhkan harganya naik dari kisaran Rp200ribu – Rp800ribu ke di atas Rp1,2 juta semua! Setelah diselidiki, ternyata tanggal liburan saya barengan dengan Easter Break di Eropa jadi demand travel di sana lagi tinggi.

Jadinya ke Chile buat liatin beginian. Tidak menyesal.

Saya udah kurangi negara yang mau dikunjungi supaya nggak banyak pindah naik pesawat, tapi kok tetep Rp5jutaan tiket pesawatnya. Mana naiknya low cost carrier semua. Akhirnya saya iseng cek-cek tiket ke benua lain yang pengen saya kunjungi tapi tanpa visa karena waktu itu udah bulan Februari: Colombia, Chile, dan Kenya. Tiket ke Colombia sekitar Rp11 juta, Chile dan Kenya sekitar Rp10 juta. Dari tiga itu paling pengen ke Chile dan cocok banget karena tiketnya naik Lufthansa yang menggunakan 747-8i dari Frankfurt ke Buenos Aires (sebelum lanjut dengan LATAM ke Santiago). Pengen banget naik 747-8i! Udah gitu pulangnya bisa naik 777-300ER-nya Swiss Air Lines rute Sao Paulo – Zurich! #AvGeek-ing

Jadinya cuma lewat doang di Paris

Namun waktu itu saya nggak langsung beli tiketnya karena dari lubuk hati terdalam masih berharap bisa turun harganya. Pas udah mantep mau beli demi menyenangkan belahan diri saya yang suka pesawat, harganya naik jadi Rp15 juta! Langsung uring-uringan beberapa hari lah saya haha kayak bocah.

Sunday, June 9, 2019

3 Alasan Memilih Airbnb Ketimbang Hotel atau Hostel

Jika sedang berlibur sendiri, saya akan hampir selalu pilih untuk menginap di hostel karena harganya yang jauh lebih murah dan berhubung saya akan lebih sering jalan-jalan jadi tidak membutuhkan banyak privasi. Walaupun belakangan saya mulai merasakan butuh kamar mandi sendiri, tapi berhubung harganya beda jauh jadi ya pilih hostel lagi.

Berbeda kalau liburannya dengan keluarga atau liburan sendiri tapi nggak pengen banyak jalan-jalan, hotel menjadi pilihan saya. Alasannya tentu karena butuh kenyamanan yang lebih. Ini juga milihnya telaten banget supaya bisa dapet hotel yang paling oke alias best value for money.

Namun selain hostel dan hotel, udah beberapa kali saya pilih untuk menginap di Airbnb. Airbnb memiliki konsep berupa penyewaan kamar, apartemen, rumah, atau villa kepada penginap. Saya baru 4 kali mencoba Airbnb, mungkin masih tergolong sedikit dengan yang lainnya yang suka banget nginep di Airbnb karena lagi nge-trend belakangan ini. Sebenernya saya nggak begitu suka menginap di Airbnb karena berasa numpang di rumah orang, walaupun udah pilih yang entire place. Oleh karena itu saya coba cari benang merah dari keempat pengalaman saya memilih Airbnb tersebut dan menemukan bahwa ada tiga alasan utama mengapa saya akhirnya memilih untuk menginap Airbnb.

Cancun, Mexico

Friday, May 31, 2019

Terbang dengan Oman Air 787 Business Class dari Muscat ke Jakarta

Sebagai orang yang rutin baca One Mile at a Time, saya jadi kebanyakan bermimpi pengen naik business dan first class berbagai maskapai. Seneng karena bisa merasakan jadi orang penting dalam beberapa jam, sedih karena harga business dan first class itu mahal banget jadi sebenernya suka sayang sama uang (atau miles) yang dikeluarkan.

Setelah Ben menuliskan review business class-nya Oman Air dan kemudian mengeluarkan daftar jenis kursi business class terbaik, saya penasaran dengan Apex Suite yang reviewnya bagus sekali dan dinobatkan sebagai kursi business class terbaik kedua, di bawah Qsuite (yang terima kasih karena “racun” dari dia juga saya pernah mencobanya).


Oleh karena itu begitu Oman Air kasih harga yang murah ditambah promo dari Traveloka yang menyebabkan tiket PP dari Jakarta ke Paris bisa didapatkan dengan harga Rp 4,5 juta dan terlebih lagi Oman Air punya program bid upgrade dimana penumpang bisa membayar untuk upgrade dari ekonomi ke bisnis, saya langsung issued tiket. Sempet bingung mau bid upgrade apa nggak karena harganya sama kayak tiket PP padahal business class-nya cuma 1 aja dari 4 flight, tapi akhirnya saya memutuskan untuk bid dan dapet! Daripada saya pusing karena kepikiran bayar upgrade 1 flight seharga tiket PP ke Eropa, saya memutuskan untuk melihatnya dari sudut lain, yakni bayar tiket PP ke Eropa Rp 9 juta, bisa cobain salah satu business class terbaik dunia!

Disclaimer: saya akan banyak melakukan perbandingan dengan Qatar Airways karena jujur ekspektasi saya tinggi berhubung bayar (walaupun diskonan) dan saya beranggapan Oman Air ini sedang membenahi diri supaya bisa sejajar level prestige-nya dengan Middle East 3 (Emirates, Etihad, Qatar Airways). Selain itu saya beberapa kali naik Qatar Airways juga jadi lebih tau apa yang bisa didapatkan oleh penumpang business class.

CHECK-IN
Tiba di Muscat International Airport, saya menuju area khusus penumpang business dan first class yang terletak di pojokan. Nggak semegah area check-in-nya Qatar Airways di Doha, tapi tetep berasa eksklusifnya. Sebagai penumpang business class saya mendapatkan jatah bagasi seberat 50kg. Karena saya member Sindbad Silver, dapet tambahan 10kg lagi jadi total 60kg.



Banyak terdapat kursi yang bisa dipakai sambil nunggu. Namun karena malam itu kosong, jadi proses check-in berjalan dengan cepat. Selesai check-in, ada jalur imigrasi khusus. Security check sebenernya masih sama lokasinya dengan penumpang lain, tapi ada 2 line yang dikhususkan untuk penumpang premium.


LOUNGE
Naik satu lantai untuk menuju business class lounge-nya Oman Air. Ini akan saya tuliskan review-nya terpisah, tapi secara singkat: makanan enak (banget!), kursi banyak, design cantik, tapi berasa sempit (sepertinya karena ceiling yang rendah).

Oman Air WY849
Muscat (MCT) to Jakarta (CGK)
STD: 02.20 (GMT+4)
STA: 13.20+1 (GMT+1)
Boeing 787-9

BOARDING AND CABIN
Boarding sangat berantakan prosesnya. Semua penumpang dipersilakan masuk ke pesawat secara bersamaan yang menyebabkan langsung pada rusuh. Aneh banget karena 3 penerbangan saya sebelumnya dengan Oman Air mempersilakan penumpang business class serta elite member Sindbad (frequent flyer programnya) untuk masuk pesawat terlebih dahulu.

Terdapat 30 kursi business class yang terbagi menjadi 2 bagian, yakni bagian depan (antara pintu pertama dan kedua) ada 24 kursi dalam 4 baris dan 1 baris terletak bagian belakang setelah pintu kedua. Kursi business class memiliki layout 2-2-2.

Denah kursi (source)




Monday, May 20, 2019

Sekarang Beli Tiket Pesawat Multi-city Bisa Lebih Murah Lagi!

Breaking News: akhirnya sekarang udah bisa pesen tiket pesawat multi-city di Traveloka!!!

Apa artinya? Sebagai pencinta diskonan, berarti sekarang beli tiket multi-city juga bisa lebih murah lagi karena dapet diskon tambahan! Selama ini saya pesen tiket multi-city cuma bisa dari website airlines atau online travel agent luar kayak Expedia yang nggak memberikan diskon. Untungnya masalah ini sudah tidak berlaku dengan tersedianya fitur multi-city di Traveloka. Alhamdulillah!

Oke sebelum saya menjelaskan bagaimana cara mendapatkan diskonnya, saya jelaskan dulu apa itu tiket pesawat multi-city. Sebenernya saya udah sering banget sih menjelaskan, bahkan sering kasih tau harga tiket yang miring banget setelah otak-atik multi-city ini. Contohnya adalah tiket PP ke Eropa yang bisa didapatkan dengan harga di bawah Rp 5 juta dan ini udah berulang kali kejadian yakni Rp 4 jutaan ke Turki tahun 2013, lalu Rp 4 jutaan ke Eropa tahun 2015, serta Rp 4 jutaan lagi ke Eropa tahun 2017.

Budapest, Hungary

Apa itu penerbangan multi-city?
Sesuai namanya, multi-city berarti kamu bisa mengunjungi beberapa kota dalam 1 tiket pesawat. Bingung? Oke saya jelasin lebih lanjut.

Kalau sebelumnya kamu tau tiket pesawat itu cuma bisa dibeli untuk sekali jalan (contoh: Jakarta – Amsterdam) atau pulang pergi ke kota yang sama (contoh: Jakarta – Paris – Jakarta), dengan multi-city kamu bisa beli tiket dengan 2 destinasi seperti Jakarta – Amsterdam lalu pulangnya Paris – Jakarta. Menarik banget kan?! Sangat bermanfaat buat kamu yang mau eksplor banyak tempat di destinasi liburan. Dengan fitur ini, kalo kamu mau jalan-jalan di Eropa yang pasti pengennya mengunjungi semua negara (berlebihan), kamu bisa masuk dari kota A dan keluar dari kota B. Nggak perlu deh buang-buang waktu dan uang untuk balik ke kota A lagi.

Zaanse Schaans, Amsterdam, Netherlands

Saturday, May 11, 2019

Pengalaman Transit di Muscat, Oman: Berat di Ongkos!

Akhir tahun lalu saya beli tiket ke Paris secara impulsif karena harganya yang murah, sekitar Rp4,4 juta dengan maskapai Oman Air. Jika perjalanan saya dari Jakarta ke Paris dengan Qatar Airways memakan waktu 19 jam, kali ini perjalanan memakan waktu 34 jam. Sekitar 8 jam perjalanan dari Jakarta ke Muscat dan 8 jam lagi dari Muscat ke Paris, sisanya selama 18 jam dihabiskan transit di Muscat. Ini karena Oman Air hanya memiliki 1 penerbangan setiap hari dari Muscat ke Jakarta dan Paris.

Sultan Qaboos Grand Mosque, Muscat, Oman

“Biarin lah, murah ini tiketnya. Lumayan bisa sekalian liat-liat Muscat,” pikir saya waktu beli tiketnya. Tapi ternyata salah! Karena dengan tiket Rp4,4 juta, saya menghabiskan tambahan lebih dari setengahnya yakni sekitar Rp2,4 juta untuk 2 kali transit di Muscat. Ini jatuhnya malah lebih mahal dibanding maskapai Etihad yang harga tiket PP-nya Rp4,8 juta kala itu dengan waktu transit di Abu Dhabi yang sekitar 3 jam saja.

Oman Air B787-9

Apa detail pengeluaran saya selama di Muscat?

Visa
Sebagai pemegang paspor Indonesia, saya harus memiliki visa untuk memasuki Oman. Untungnya visa bisa didapatkan saat tiba di Muscat (visa on arrival) atau secara online. Berhubung saya males apply online, jadi saya apply ketika mendarat saja. Apa bedanya? Pertama, harga. Harga visa sama-sama 5 Omani Rial (~Rp190.000), namun kalau apply di bandara ada biaya administrasi sebesar 1 OMR (~Rp38.000). Pembayaran di bandara bisa menggunakan kartu kredit atau tunai. Kedua, menurut saya yang males persiapan pilihan apply di bandara lebih praktis karena gampang banget. Tinggal datang ke meja pengurusan visa, kasih paspor, kasih uang, jadi! Hanya butuh waktu sekitar 5 menit dan nggak perlu print visa seperti kalau apply online. Kalo maunya apply online, bisa lewat halaman ini.

Visa receipt

Berhubung saya 2 kali transit 18-19 jam di Muscat, jadi biaya yang saya keluarkan adalah 12 OMR (~Rp456.000).

Sunday, April 28, 2019

Pengalaman Pertama Trekking di Torres del Paine, Patagonia, Chile

Berawal dari melihat gambar Las Torres (The Towers) sekitar 2 tahun lalu, saya berkeinginan untuk melihatnya secara langsung. Sehingga begitu saya memilih untuk menuju Patagonia, melakukan trekking untuk melihat The Towers hampir pasti harus dilakukan.

Maap kotor, susah editnya biar kabutnya ilang terus emang gak jago photoshop :(

Tentang Trekking di Torres del Paine
Di Chilean Patagonia terdapat beberapa jenis trekking berhari-hari, yakni W Trek, Q Trek, dan O Trek. Hal yang membedakan ketiganya adalah rute yang diambil dan durasi yang dibutuhkan.

Rute W, O, dan Q Trek (source)

Karena sadar atas kemampuan fisik dan keterbatasan waktu, nggak mungkin saya melakukan salah satu dari ketiganya. Untungnya ada jenis trekking lain yang hanya membutuhkan waktu sehari, yakni day hike to the base tower. Akhirnya saya cari tau lebih lanjut dan memutuskan untuk melakukan ini karena dengan ini saya bisa melihat The Towers secara langsung.

Day trekking ini memiliki jarak 20 kilometer (saya ambil rata-rata aja, ada yang bilang 17 - 24 km) dari awal hingga selesai. Jalur yang digunakan saat berangkat dan kembali adalah sama, sehingga jarak sekali jalan adalah 10 kilometer. Durasinya berkisar dari 7 jam hingga 10 jam, tergantung kecepatan trekker. Medan yang ditempuh bervariasi tingkat kesulitannya, mulai dari rendah hingga tinggi, mulai dari jalan datar sampai kemiringan 45 derajat, mulai dari jalan setapak hingga jalan penuh bebatuan.

Rute trekking ke Mirador Las Torres (Lookout Base Tower)

Saturday, April 13, 2019

Lounge Review: Al Safwa First Class Lounge Doha

Salah satu manfaat terbang di kelas non-ekonomi adalah mendapatkan akses ke lounge sambil menunggu penerbangan. Qatar Airways memiliki beberapa lounge di Doha, yakni:
  • Business Class Lounge: untuk member Privilege Club tier Silver dan Gold serta oneworld Sapphire
  • First Class Lounge: untuk member Privilege Club tier Platinum serta oneworld Emerald
  • Al Mourjan Business Lounge: untuk penumpang business class Qatar Airways dan maskapai oneworld lain
  • Al Safwa First Lounge: untuk penumpang first class Qatar Airways dan maskapai oneworld lain
Setelah pernah mencoba ketiga lounge pertama, akhirnya saya bisa mencoba “true” first class lounge-nya Qatar Airways!

Location
Dari departure area, penumpang bisa menuju Al Safwa yang terletak 1 lantai di atas. Petujuk yang diberikan cukup jelas, terutama kalau sudah ketemu boneka beruang kuning raksasa. Setelah tiba di atas eskalator, akan disambut oleh petugas di main reception desk. Saya bilang main karena sebenernya ada pintu masuk lain, yakni kalau penumpangnya melakukan check-in dari Doha dan melewati imigrasi khusus. Nanti akan ada akses terpisah untuk langsung menuju Al Safwa tanpa perlu ke main departure area. Ekslusif!

Main reception


Reception desk direct from immigration

Sunday, March 31, 2019

Office Graduation Trip Part 2: Yogyakarta

Akhir pekan kali ini saya habiskan di Singapore untuk menghadiri pernikahan Valerie dan Jason. Pas lagi bengong nungguin boarding dalam rangka pulang kemudian tersadar bahwa saya belum nulis tentang liburan ketika Valerie resign dari kantor.

Secara nggak resmi, setelah Office Graduation Trip part 1 ke Singapore dalam rangka merayakan lulusnya Tazkia dari kantor, kami berdelapan berniat untuk selalu jalan-jalan bareng ketika ada yang lulus dari kantor. Sebulan setelah Tazkia lulus, Valerie mengikuti langkahnya.

p.s.: Mereka berdua akhirnya kembali lagi ke kantor tercinta walaupun di cabang berbeda. Masih belum ditentukan apakah kita akan liburan kembali ketika mereka resign lagi.

Yogyakarta dipilih karena harga tiketnya yang terjangkau. Sebenernya antara Yogya atau Kuala Lumpur, tapi semua ngerasa nggak banyak yang diliat di Kuala Lumpur. Setelah destinasi serta tanggalnya ditentukan, Valerie dengan sangat sigap langsung pesen hotel.

Hotel Adhisthana Yogyakarta

Hari 1
Semua ambil flight pagi dari Jakarta kecuali saya. Hal ini dikarenakan saya ada undangan ke nikahan temen, jadi ambil flight yang siang supaya bisa datang ke resepsinya dulu. Begitu tiketnya udah dibeli saya baru sadar kalo resepsinya adalah di keesokan hari… Ruginya double deh, udah hilang setengah hari di Yogya, nggak bisa dateng ke nikahan temen juga :(

Wednesday, February 27, 2019

Itinerary Liburan di Negara-Negara Balkan

Sebenernya perjalanan ini terjadi bukan karena saya pengen banget ke Balkan. Melainkan karena saya pengen menggunakan benefit free upgrade dari economy class ke business class sebagai Gold Member-nya Qatar Airways Privilege Club. Sama ceritanya dengan liburan ke Polandia dan Baltik di tahun sebelumnya. Setelah bongkar pasang rute supaya nemu harga tiket Qatar Airways yang bisa upgrade ke business class dan menggunakan Qsuite, terpilihlah destinasi liburan di negara-negara Balkan.

Mostar, Bosnia and Herzegovina

ITINERARY 
Hari 0: Jakarta – Hong Kong
Terbang pagi hari dari Jakarta ke Hong Kong lewat Singapore. Walaupun niatnya nunggu di bandara aja selama di Hong Kong, tapi akhirnya bosen dan ke kota karena pesawat dari Singapore mendarat jam 5 sore sementara pesawat ke Doha baru akan terbang tengah malam. Menyempatkan diri ke tengah kota untuk ngetes seberapa wide lensa baru. Sengaja foto di tempat yang sama supaya keliatan bedanya hahaha noraknya.

Hari 1: Hong Kong – Sarajevo – Mostar (Bosnia & Herzegovina)
Tengah malam terbang dengan Qatar Airways menuju Doha sebelum lanjut ke Sarajevo. Penerbangan sekitar 8,5 jam dari Hong Kong ke Doha dan 5,5 jam dari Doha ke Sarajevo. Setelah perjalanan panjang, akhirnya saya mendarat di Sarajevo jam 11 pagi.

Economy class rasa business class :))

Menyempatkan keliling kota Sarajevo dengan jalan kaki dan geret koper karena nggak nemu tempat penitipan koper di tengah kota. Sehingga keliling di Old Town aja dan ngeliatin burung dara di sekitar Sebilj.

Old Town Sarajevo

Sarajevo

Sekitar jam 3 sore saya menuju terminal untuk naik bis selama 3 jam ke Mostar. Sampai Mostar langsung ke hostel dan tidur.