Thursday, July 5, 2018

Panduan Liburan di Luang Prabang, Laos

Di akhir liburan ke Siem Reap, Ojan dan saya membicarakan rencana liburan berikutnya. Berhubung Ojan kelihatan excited banget sama yang berbau budaya dan sejarah selama di Seim Reap, saya melemparkan ide untuk ke Luang Prabang. Dia belum pernah denger Luang Prabang sebelumnya dan langsung googling. Nggak lama kemudian, dia langsung setuju untuk menjadikan Luang Prabang sebagai destinasi liburan berikutnya.

Haw Pha Bang, Luang Prabang, Laos

Tanggal keberangkatan dipilih di bulan Agustus karena di Indonesia ada long weekend :p Namun begitu coba cek harga tiket pesawat, mahal banget bahkan kalo pilih AirAsia. Penerbangan langsung dari Kuala Lumpur ke Luang Prabang yang biasanya seharga Rp1.1 juta – Rp1.7 juta pulang pergi, untuk tanggal yang kami pilih harganya hampir Rp9 juta! Mungkin belom dimasukin harga murahnya, pikir kami waktu itu.

Beberapa minggu kemudian setelah rutin ngecekin harga tiket yang tak kunjung turun, saya membaca kabar bahwa penerbangan AirAsia ke Luang Prabang akan berhenti beroperasi mulai 1 Juli 2018. Argh! Karena udah keburu pengen ke sana, akhirnya Ojan dan saya memutuskan untuk mempercepat keberangkatan ke awal Juni. Demi tiket yang harganya masih masuk budget.

Mount Phousi

ITINERARY
Hari 1: Jakarta – Kuala Lumpur – Luang Prabang
Saya terbang ke Kuala Lumpur dan di sana ketemu Ojan yang terbang dari Singapore. Transit sekitar 4 jam dan kami menghabiskan waktu dengan menyusun rencana perjalanan di Luang Prabang. Setelah terbang sekitar 3 jam, kami mendarat di Luang Prabang. Terletak di bagian utara Laos, kota ini masuk ke dalam daftar UNESCO Heritage Site dikarenakan berhasil menjaga dan merawat campuran nilai-nilai budaya dan struktur antara Laos dan Kolonial Eropa.

Setelah istirahat sejenak di hotel, kami bergerak menuju Mount Phousi untuk menikmati sunset. Mount Phousi merupakan tempat paling populer di Luang Prabang untuk melihat sunset dan juga sunrise. Untuk mencapai viewing platform-nya, kalian harus mendaki 300+ anak tangga. No pain no gain, right? Sayangnya hari itu berawan sehingga tidak terlihat semburat jingga di langit Luang Prabang.

Tangga menuju Mount Phousi

Ketika langit sudah gelap, kami turun dan berkeliling Night Market yang terletak di Sisavangvong Road dan makan malam di dekat sana.

Night Market

Hari 2: Luang Prabang
Sekitar jam 5.30 pagi kami ke luar hotel dan menuju jalan utama di kota Luang Prabang untuk melihat Alms Giving Ceremony. Setiap pagi hari banyak biksu akan berjalan di jalan utama untuk mengumpulkan alms berupa makanan dari warga sekitar. Kami memilih untuk menyaksikan Alms Giving di seberang Wat Sene.

Alms Giving Ceremony

Wat Sene

Selesai Alms Giving Ceremony, kami menuju salah satu tujuan utama di Luang Prabang yakni Kuang Si Waterfall. Terletak 30 km di barat daya Luang Prabang, kami naik motor ke sana selama 45 menit. Kuang Si buka jam 8 pagi setiap harinya dan sangat disarankan untuk sampai di sana pagi hari karena masih sepi. Waktu itu kami tiba sekitar jam 8.30 dan masih sepi banget.

Kuang Si Waterfall - Biggest

Kuang Si Waterfall

Setelah puas main air di sana, kami balik ke Luang Prabang jam 11.30 dan langsung tepar pas sampe hotel. Jam 3 kami baru keluar lagi untuk mengunjungi Wat Xieng Thong.

Wat Xieng Thong

Sunset cruise menjadi aktivitas berikutnya. Karena belum melakukan pemesanan, kami ke tengah kota dan memilih salah satu tour agent di sana. Cruise berlangsung selama 1 jam dan lagi-lagi tidak terlihat matahari tenggelamnya karena ketutupan awan. Apes amat yak.

Sunset cruise

Main di Bamboo Bridge sambil nunggu sunset cruise

Kami kembali ke Night Market untuk belanja (malam sebelumnya cuma liat-liat doang) dan makan malam.

Hari 3: Luang Prabang – Kuala Lumpur – Jakarta
Hari terakhir di Luang Prabang :( Niatnya mau Alms Giving lagi tapi batal karena kecapean. Alhasil baru keluar hotel jam 9 untuk mengujungi kompleks Royal Palace.

Royal Palace

Jam 1 kami check-out dari hotel dan menuju bandara untuk terbang ke Kuala Lumpur. Setelah transit sekitar 3 jam dan makan di NZ Curry House (favorit saya di klia2), Ojan terbang ke Singapore dan saya terbang ke Jakarta untuk kembali memulai rutinitas.

Luang Prabang Airport - Departure Hall

PENGELUARAN
Kalo liburan sama Ojan rasanya males nyatet pengeluaran karena dia yang bakal ngitungin. Total pengeluaran kira-kira Rp5 juta untuk 3 hari 2 malam, mirip dengan pengeluaran di Siem Reap.
  • Tiket pesawat AirAsia Jakarta – Kuala Lumpur PP Rp1.750.000 per orang
  • Tiket pesawat AirAsia Kuala Lumpur – Luang Prabang PP Rp1.350.000 per orang
  • Hotel 2 malam Rp300.000 per orang
  • Selama di saya saya tarik uang senilai Rp1.400.000 dan hampir habis :p
Lagi-lagi tiket pesawat merupakan pos pengeluaran terbesar. Berhubung AirAsia yang selalu menjadi pilihan penerbangan termurah udah nggak terbang lagi ke Luang Prabang, kalo mau neken harga tiket pesawat bisa memilih SilkAir. Saya baca ada yang dapet tiket PP dari Singapore ke Kuala Lumpur cuma 99 SGD (~Rp1.1 juta) untuk penerbangan 2017 dari harga yang biasanya lebih dari Rp4 juta. Pilihan lain adalah terbang naik AirAsia ke Vientiane sekiar Rp1.1 juta untuk PP dari Kuala Lumpur lalu naik bis malam sekitar 9 jam ke Luang Prabang.

VISA                                                                                                                                                                                                      
Sebagai pemegang paspor Indonesia, visa tidak diperlukan untuk masuk Laos. Dapet jatah bebas visa untuk kunjungan selama 30 hari. Cukup mengisi arrival form saat tiba di Laos untuk melewati imigrasi. Saat keluar Laos, jangan lupa isi departure form ya.

Arrival immigration form Laos

UANG
Laos memiliki mata uang sendiri yakni Kip (LAK). 1 Kip senilai Rp1,7. Berbeda dengan Kamboja yang walaupun punya mata uang sendiri namun menerima USD secara luas dan resmi, di Laos pembayaran yang sering digunakan adalah Kip. Karena di Indonesia nggak ada penukaran ke Kip, saya nggak bawa cash pas ke Laos dan baru narik uang di ATM.

Di bandara Luang Prabang ATM terletak di luar arrival hall (tapi masih nempel sama gedung bangunannya). Seperti biasa, saya menggunakan kartu debit Mandiri untuk tarik uang. Saya pilih ATM secara random dan ternyata ada biaya 3% untuk penarikan.

ATMs at Luang Prabang Airport (LPQ)

Buat kalian yang nggak tenang kalo nggak bawa cash, saya saranin untuk bawa USD dan tuker di bandara. Kenapa USD? Karena kurs yang lain jeblok kalo dituker ke Kip, termasuk SGD. Kenapa di bandara? Karena rate-nya yang lebih bagus dari di kota dan nggak ada fee. Baru sekali saya nemu money changer di bandara yang rate-nya bagus banget karena sama persis dengan rate di Google (search “1 USD to Kip”).

AKOMODASI
Kami memilih Villa Chitchareune Boutique Hotel untuk penginapan selama 2 malam. Harganya oke untuk private room yakni Rp300.000 per malam. Lokasi agak masuk gang tapi masih di sekitar jalan utama.

Villa Chitchareune Boutique Hotel Deluxe Room

Kamar cukup luas sekitar 24 meter persegi dengan design-nya terlihat bagus dan terkesan megah karena ceiling-nya yang tinggi. Tapi pas sudah lebih lama di dalem kami menemukan flaw dibalik design yang bagu tersebut yakni tembok toilet yang tidak sampe atas. Jadi kalo lagi panggilan alam suaranya kemana-mana. Bisa diakalin dengan setel musik tapi sih :p

Harga yang kami pesen sudah termasuk sarapan tapi kami nggak pakai. Kelihatannya basic breakfast macam roti, sereal, buah, dan telur. Untuk fasilitas, hotel tidak memiliki kolam renang. Overall saya masih tetep recommend hotel ini karena harga yang murah, kamar yang luas dan megah, serta lokasi yang oke.

TRANSPORTASI
Kami memilih motor sebagai moda transportasi selama keliling Luang Prabang. Untungnya pemilik hotel punya motor untuk disewain, jadi kami nggak ribet untuk cari di pusat kota. Harganya 100.000 Kip per hari. Lebih tepatnya 24 jam sih berhubung kami bayar 200.000 Kip untuk sewa dari hari pertama jam 4 sore sampai hari ketiga jam 12 siang.


Untuk urusan bensin, kami hanya isi 1x (awalnya bensin berisi setengah tangki) seharga 20.000 Kip dan dapet sekitar 2 liter. Parkir di tempat wisata (Kuang Si, Royal Palace, Wat Xieng Thong) mudah karena ada penanda lokasi parkir di dekat pintu masuk. Sementara kalo mau ke Night Market atau makan di restoran di tengah kota bisa parkir di pinggir jalan aja. Pihak hotel menyediakan gembok untuk roda, jadi kalo motor ditinggal agak lama kami pasang gembok karena demikian pesan dari mereka.

Dari dan ke bandara kami menggunakan van dari hotel dengan harga 50.000 Kip per orang sekali jalan.

PAKET INTERNET
Karena akan sewa motor, jadi kami perlu terhubung ke internet selama di sana untuk akses Google Maps. SIM card bisa didapatkan di arrival hall bandara maupun di tengah kota. Walaupun saya sempet baca blog yang bilang beli di tengah kota lebih murah, kemarin saya malah lebih mahal. Di bandara harga termurah untuk paket 4 hari adalah USD 3 (~25.000 Kip), sementara saya beli di tengah kota harganya 50.000 Kip. Awalnya saya seneng pas liat harga di tengah kota cuma 10.000 Kip untuk paket 4 hari, tapi kata petugasnya itu belum termasuk SIM card-nya yang seharga 40.000 Kip. Untuk harga di airport saya kurang tau udah all-in atau belum.

MAKANAN
Sama seperti saat liburan di Siem Reap, Ojan udah mempersiapkan makanan khas Laos yang dia mau coba beserta tempatnya. Dia dapet rekomendasi dari halaman berikut. Makanan yang kita coba ada larb (banyak jenis sayuran dicampur dengan protein ayam atau daging), Khao Soi (noodle soup), dan Khao Jee (baguette).

Khao Soi

Beef Larb

Sementara saya makanannya lebih konservatif yakni fish soup (enak banget!) dan semacem pepes ikan.

Mekong Fish Soup

Pepes Ikan

Banyak banget makanan yang dijual di Night Market. Ojan suka banget sama coconut pancake seharga 5.000 Kip. Mirip sama surabi sih kalo di Indonesia. Selain itu kami juga cobain food stall all you can eat seharga 15.000 Kip setelah baca rekomendasinya di internet. Ternyata eh ternyata, menunya vegetarian doang. Jadi cuma Ojan yang beli sementara saya icipi-icip aja.

Coconut Pancake

Vegetarian all you can eat

Untuk harga bervariasi banget, kalo di food stall pinggir jalan jualan baguette dan noodle soup harganya berkisar 15.000 – 20.000 Kip (~Rp25.000 – Rp 34.000), sementara kalo di restoran harganya berkisar 30.000 – 70.000 Kip yang kami pesen.

Menurut saya ya sama aja makanannya dengan tempat lain, maklum bukan foodie. Tapi menurut Ojan yang foodie dan suka masak, makanan di Laos ini jauh lebih enak dari Siem Reap.

WISATA
Sebenernya di bagian itinerary di atas saya udah kasih tau tempat wisata apa aja yang saya kunjungin. Ini saya rekap aja ya tempat-tempatnya.

Kuang Si Waterfall: sesuai namanya, tempat ini merupakan air terjun. Ada beberapa spot air terjun di sini, dan menurut saya paling bagus adalah yang paling atas. Kami sempet naik bukit untuk lihat sumber air terjunnya, tapi karena kecapean dan berasa nggak ada ujungnya, kami puter balik. Warna air di Kuang Si ini bagus banget, btw! Harga tiket masuk: 20.000 Kip.

Turquoise colors in Kuang Si Waterfall

Kuang Si Waterfall

Royal Palace: Dulu tempat ini merupakan istana raja, tapi sekarang sudah berubah fungsi jadi national museum. Di kompleks Royal Palace ini terdapat Haw Pha Bang, bangunan yang menurut saya paling cantik di Luang Prabang (foto pertama di tulisan ini). Harga tiket masuk: 30.000 Kip.

Wat Xieng Thong: tempat ini merupakan monastery dan di dalam kompleksnya terdapat beberapa structures kayak stupa dan rumah. Harga tiket masuk: 20.000 Kip.

Mosaics at Wat Xieng Thong

Alms Giving Ceremony: aktivitas warga lokal yang dilakukan setiap pagi hari dimana mereka memberikan alms (berupa makanan) ke biksu yang berjalan di sepanjang kawasan Luang Prabang.

Alms Giving Ceremony

Menurut saya, Luang Prabang merupakan kota yang laid back sekali. Sangat cocok buat kalian yang mau rehat sejenak dari aktivitas dan lebih menikmati hidup. Kotanya masih tenang dan walaupun sudah banyak turis yang berkeliaran, jumlahnya masih bisa ditoleransi (beda dengan Siem Reap yang serame Bali).

Ada yang sudah pernah ke Luang Prabang? Apakah ada tempat favorit kamu yang belum saya kunjungi di liburan kemarin?

8 comments:

  1. Wah, bagus banget yah mas air terjun kuang si-nya... Kok nggak ada yang lagi nyebur yah di air terjunnya ?!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yess, bagus air terjunnya!

      Ada kook tapi nggak masuk di foto aja biar ceritanya air terjun pribadi :p

      Delete
  2. Luang Prabang (dan Vientiane) ini adalah bucket list Asia Tenggara yang belum terwujud. Impian gue sih naik sleeper train dari Bangkok ke Vientiane via Nong Khai, naik bus ke Luang Prabang, terus balik naik pesawat via KL atau SIN. Tapi ya kalo seperti itu akan membutuhkan waktu lama #FakirCuti #ArabMaklum :D

    Gunungnya enak ya, udah ada hiking trail yang aman. Walaupun nggak dapet semburat jingga, pemandangannya tetep keren kok, bro. Gue baru tau ada sunset cruise, berapaan per paket? Gue selalu suka menikmati sungai di perkotaan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rute via Bangkok sebenernya juga plan gue dulu banget buat mengunjungi Laos. Tapi karena nggak pernah sempet berhubung cuma punya cuti sedikit akhirnya selalu jadi wacana. Untuuung aja AirAsia sempet buka rute Luang Prabang jadi bisa langsung terbang ke sana dari Kuala Lumpur dan makan banyak waktu :D

      Sunset cruise kemaren sekitar 10 USD per orang, gue berdua udah males nawar jadi nurut aja. Kayaknya bisa turun sampe 4-5 USD deh :))

      Delete
  3. mas .. cari hotel nya dr booking.com kah?

    blog nya keren" bgt isinya!

    ReplyDelete
  4. Hai Ekky, boleh minta ijin pinjem photo Arrival immigration form Laos?, waktu kesana lupa photo, nanti ditulis creditnya.

    ReplyDelete