Saturday, January 9, 2016

Once Upon a Time in Mumbai

Sebenernya saya pengen nulis cerita My Amazing Journey secara berurutan. Tapi jika melihat pace menulis saya yang udah setahun masih belum kelar cerita tentang Eropa, saya memutuskan untuk skip cerita Perancis, Italia, Mesir, dan Dubai supaya bisa cerita peristiwa yang terjadi tepat satu tahun lalu yakni 9 Januari 2015. Seperti biasa, kejadian "unik" macem gini akan saya ceritakan dengan sangat detail. Here goes…

Jumat, 9 Januari 2015
Setelah terbang dengan pesawat jumbo A380-nya Emirates dari Dubai selama kurang lebih 2,5 jam, akhirnya saya mendarat di Mumbai, India sekitar jam 2 dini hari waktu setempat. Saya sengaja pilih pesawat yang mendarat dini hari karena dua alasan, yakni memaksimalkan waktu jalan-jalan di Dubai dan bisa naik A380 lagi setelah 2 tahun sebelumnya naik A380-nya Malaysia Airlines.

Seluruh penerbangan internasional terbang dan mendarat di terminal 2 Chhatrapati Shivaji International Airport. Terminal yang baru beroperasi tahun 2014 ini punya feel modern, megah, dan besar. Karena airport yang besar dan gate pesawat saya yang jauh, saya harus berjalan 10-15 menit sebelum tiba di bagian imigrasi. Saya yang sudah mengisi arrival card di pesawat ternyata harus tetap antri karena waktu itu lagi musim ebola. Jadi sebelum ke imigrasi seluruh penumpang diminta mengisi lembaran bebas ebola. Formalitas banget sih, kayaknya kalo ada yang positif ebola tapi nggak ngaku juga bakal tetep lolos. Setelah ngumpulin kertas tentang ebola itu, baru bisa lanjut ke imigrasi. Btw waktu itu bagian ini chaos banget karena nggak ada yang ngurusin dengan bener, jadi penumpang juga bingung sebenernya perlu ngisi ini atau nggak.
Interior Menuju Imigrasi Terminal 2 Bandara Internasional Mumbai

Berhubung udah urus visa di kedutaan India di Jakarta, saya bisa langsung antri imigrasi. Waktu itu saya nggak merhatiin letak counter visa on arrival, tapi bandara Mumbai ini termasuk salah satu titik masuk yang bisa digunakan pemegang paspor Indonesia untuk mendapatkan visa on arrival. Saya tetep nyaranin untuk buat visa di kedutaan aja sih kalo tinggal di Jakarta dan sekitarnya karena lebih murah (Rp500.000 vs USD 60) dan nggak ribet juga ngurusnya (jadi dalam 2 hari). Imigrasi sendiri berjalan sangat lancar dan dalam kurang dari 2 menit saya udah dapet cap kedatangan di atas visa saya.

Kelar dengan imigrasi, berikutnya adalah ambil bagasi. Belt-nya ini… wow! Saya nggak merhatiin belt lain, tapi belt flight saya waktu itu gede banget. Entah ini khusus untuk pesawat A380 aja atau emang semua belt-nya begitu. Beltnya ini ada 2 tempat kemunculan bagasi, di ujung kanan dan ujung kiri. Saya emang jarang bawa bagasi sih, jadi nggak pernah merhatiin di bandara-bandara sebelumnya. Tapi ini baru pertama kali liat yang ada 2 tempat keluar bagasi dalam 1 belt. Dengan adanya 2 tempat keluar ini, pesawat jumbo macem A380 yang penumpangnya 400-500 orang bisa lebih singkat waktu tunggu bagasinya.
Baggage belt

Walaupun demikian, tetep aja luama banget nungguin bagasi saya keluar. Saya sempet parno kalo bagasi saya lupa dipindahin dari flight Cairo-Dubai ke flight Dubai-Mumbai karena waktu transit yang sekitar 20 jam dan ketinggalan di Dubai. Tapi untungnya setelah 45 menit kedua bagasi saya muncul juga.

Karena kali ini saya cuma transit di Mumbai, jadi saya harus check-in untuk penerbangan berikutnya ke New Delhi. Sebenernya penerbangan domestik ada yang berangkat dari terminal 2 juga, tapi cuma flight-nya Air India (semacem Garuda-nya India). Karena ada yang lebih murah, jadi saya pilih yang murah aja. Waktu itu pilihan jatuh ke GoAir. Di bandara Mumbai, GoAir menempati terminal 1A bersamaan dengan Air India Regional dan Jet Airways.
Arrival Hall

Berbeda dengan bandara Changi Airport yang antarterminal-nya bisa naik skytrain gratis, terminal di bandara Mumbai ini saling berjauhan. Jadi untuk pindah dari satu terminal ke yang lain, harus naik kendaraan lagi. Mirip sama kondisi terminal-terminal di bandara Manila deh yang buat pindahnya harus lewat jalan umum dulu. Untungnya buat kalian yang transit aja (punya reservasi tiket lanjutan di hari yang sama), pihak bandara Mumbai menyediakan bis gratis. Sebagai orang yang cinta gratisan, tentu saya memilih ini.
Area Menunggu Free Shuttle

Sayangnya dari beberapa sumber yang saya baca, kalo mau pake gratisan ini kalian nggak boleh keluar pintu airport. Jadi begitu keluar custom, kalian ikutin petunjuk free shuttle ke terminal domestik. Hal inilah yang menyebabkan saya nggak bisa lihat arsitektur CSIA yang kece banget :(
Eksterior Terminal 2 Chhatrapati Shivaji International Airport, Mumbai, India (source)

Interior Terminal 2 Chhatrapati Shivaji International Airport, Mumbai, India (source)

Setibanya di ruang tunggu free shuttle, kalian harus semacem registrasi dulu dengan nunjukin bukti reservasi lanjutan. Sepertinya free shuttle ini 24 jam, tapi nggak ada jam-jam keberangkatan yang pasti. Kalo kalian emang urgent (transit yang sangat singkat), mending naik auto rickshaw/taksi aja pindah terminalnya. Perjalanan dari Terminal 2 ke Terminal 1B itu sekitar 15-20 menit (waktu itu masih dini hari jadi lancar banget), dan dari Terminal 1B dan Terminal 1A itu kurang dari 5 menit.

Bandara-bandara India ini punya aturan yang menurut saya annoying banget. Sebenernya bagus sih karena sebelumnya pernah ada kasus terorisme di airport. Sama kayak di Indonesia sih sebenernya, dimana yang boleh masuk ke bagian check-in cuma yang punya reservasi tiket aja. Cuma bedanya adalah penumpang baru boleh masuk 3-4 jam sebelum keberangkatan. Kalo masih lebih dari itu, sayang sekali kalian nggak boleh masuk. Hal inilah yang menyebabkan semua airport di India nggak bisa diinepin, kecuali kalian transit dan nggak perlu keluar pintu bandara. Untungnya waktu itu begitu saya nyampe udah dalam rentang 3-4 jam, jadi saya bisa nunggu di dalem.
Suasana Terminal 1A Bandara Mumbai

Walaupun udah boleh masuk ke check-in area, saya nggak bisa drop bagasi karena baru bisa check-in 2 jam sebelum berangkat. Jeda waktu 1 jam itu saya pake untuk internetan sambil nge-charge HP serta powerbank. Di Terminal 1A ada free wifi, tapi untuk bisa akses kalian mesti ke meja informasi, nulis beberapa info diri (nama, nationality, dan no. flight kalo nggak salah), baru dikasih akses.

Sekitar jam setengah 6 counter check-in dibuka dan saya langsung antri. Begitu giliran saya, saya masukin 2 bagasi. Setelah keduanya ditimbang, ternyata masih masuk jatah free baggage GoAir yang 15 kg itu. Petugasnya bilang, "Masih cukup kok. Jadi percuma nih beli additional 5 kg-nya." Huuu, lumayan padahal Rp200.000 kebuang percuma :( Setelah check-in, selain dikasih boarding pass kalian juga akan dikasih 1 tag untuk tas yang dibawa ke kabin. Tag ini sifatnya harus, mesti, wajib, dan fardhu ain. Kalo nggak ada tag ini di tas kalian, nanti pas security check disuruh balik lagi ke tempat check-in.
Boarding Pass GoAir

Kemudian saya melangkah ke security check. Setelah lewat security check saya jalan-jalan aja di dalam departure area sambil liat-liat. Berhubung masih pagi, jadi belum banyak toko yang buka. Tapi food court udah buka dan beberapa stall udah jualan. Berhubung masih kenyang abis makan di pesawat, saya liat-liat doang. Setelah capek, saya memutuskan untuk ke gate aja dan nunggu boarding di sana.

Pesawat saya waktu itu dijadwalkan take-off jam 07.50, dan boarding dimulai jam 07.10. Saya nyampe gate sekitar jam 06.30 lalu sibuk main hp mumpung ada internet gratisan juga. Gate di terminal 1A itu mirip dengan terminal 3 Soekarno-Hatta, jadi 1 ruangan gede ada beberapa gate dan waiting room-nya nyampur untuk gate-gate tersebut. Berbeda dengan terminal 2 Soekarno-Hatta dan Changi yang setiap gate punya waiting room masing-masing. Sekitar jam 6.45 saya stop internetan untuk hempat baterai berhubung nggak nemu charger di deket saya. Akhirnya saya kantongin HP saya dan supaya aman saya peluk ransel.

Kemudian saya terbangun. Ternyata saya ketiduran. Setelah seharian kemarin tidur cuma 4 jam di lazy chair bandara Dubai karena pesawat dari Cairo baru mendarat di Dubai lewat tengah malam, ditambah seharian full jalan-jalan di Dubai (dan capek banget karena jalan kaki hampir 5 kilometer), ditambah lagi dengan flight malem dari Dubai ke Mumbai yang di dalemnya saya malah nggak tidur sama sekali malah nonton 22 Jump Street, badan saya lelah dan butuh sedikit memejamkan mata. Namun ternyata begitu saya bangun…

…ruang tunggu di deket gate saya sepi banget. Nggak ada penumpang lain, nggak ada petugas. Saya lihat layar info di gate, dan tertulis GATE CLOSED. Saya cek jam di HP dan menunjukkan pukul 07.55. Seketika saya lemes…

Lemes saking nggak percaya betapa bodohnya saya ketinggalan pesawat dua kali dalam suatu perjalanan. Belum lagi fakta bahwa saya ketiduran dalam jarak 5 langkah dari gate pesawat. Nggak habis pikir kenapa saya bisa tidur sepules itu, sampe nggak denger sama sekali grasak-grusuk orang boarding.

Saya langsung panik banget. Karena baru bangun tidur juga kali ya, jadi belum siap menerima kenyataan kalo ketinggalan pesawat UNTUK KEDUA KALINYA. Saya langsung setengah berlari cari petugas GoAir untuk minta dibukain pintu berhubung saya udah di gate sejak 1 jam lalu. Tapi iya sih saya juga sadar nggak bakal bisa, orang saya lihat pesawatnya lagi ditarik mundur mau posisi take-off. Petugas tersebut meminta saya untuk kembali ke security check, bilang kalo ketinggalan pesawat supaya boarding pass-nya di-cancel dan bilang ke check-in counter, siapa tau ada kemungkinan dipindahkan ke flight berikutnya.

Lagi-lagi saya setengah berlari ke security check. Pikiran saya udah blur banget waktu itu. Mau nangis cuma ya kok malu diliatin orang. Setelah dapet cap CANCELLED di boarding pass saya, saya menuju counter check-in dan cari meja yang kosong. Saya bilang kalo saya ketiduran di deket gate, jadi ketinggalan pesawat, apakah bisa pindah ke flight berikutnya. As expected, the answer is no. Petugasnya bilang, "Padahal kamu berkali-kali dipanggil namanya, tapi nggak ada yang muncul. Jadinya kami tinggal karena sudah jadwalnya take-off. Bagasi kamu sudah kami turunkan, tunggu di sini aja nanti ada petugas yang ambilin. Ada 2 tas kan?"

Saya cuma bisa mengangguk lesu.

Sama seperti kejadian ketinggalan pesawat yang pertama, rasanya saya mau langsung beli tiket pulang aja ke Jakarta. Tapi sayang udah di India masa nggak ke Taj Mahal. Mana waktu itu tiket Mumbai-Jakarta lebih mahal daripada Mumbai-New Delhi. Akhirnya saya mutusin beli tiket baru ke New Delhi saat itu juga. Terima kasih wifi airport yang nggak ngadat, beli tiket baru berjalan dengan lancar. Sayangnya 1.6 juta rupiah harus melayang dari kepemilikan saya *sedih lagi*

Waktu itu saya dapetnya tiket SpiceJet untuk flight jam 10.05. Berarti saya cuma punya waktu 1,5 jam sebelum pesawat take-off. Nggak lucu kalo saya ketinggalan pesawat lagi!! Oleh karena itu setelah petugas datang dan mengembalikan kedua tas saya, saya langsung lari ke luar terminal untuk pindah ke terminal 1B. Karena lagi super buru-buru, nggak mungkin saya nungguin bis gratisan yang datengnya nggak jelas kapan. Jadi saya nyamperin petugas kebersihan dan nanya gimana cara tercepat untuk ke Terminal 1B, apa saya bisa lari aja <— ini saya beneran nanya gini. Dia jawab naik auto rickshaw (bajaj) aja, harganya nggak mungkin lebih dari 100 rupee (~Rp 20.000) katanya. Masih aman kalo gitu, semalem di Dubai saya nuker sisa dirham dan dapet 300 rupee.

Saya langsung nyetop tukang auto dan nggak pake nanya harga apalagi nawar saya langsung naik dan bilang ke terminal 1B secepatnya.
Naik Auto Rickshaw (Bajaj)

Begitu udah mau nyampe terminal 1B, saya nanya ke abangnya berapa harganya. Terus dia bilang "500 rupee".

Seketika badan saya lemes lagi. Mati gue, kurang dong uangnya?! Bloon juga sih lagian main naik aja nggak pake nanya harga dulu!!

Saya ngomong dengan nada memelas "Pak saya baru nyampe jam 2 pagi tadi, ini barusan ketinggalan pesawat jadi baru keluar uang buat tiket baru. Uang di dompet saya nggak sampe 500 rupee…". Saat itu saya udah siap-siap buat lari aja kalo diturunin di tengah jalan, toh udah keliatan juga terminalnya jadi nggak begitu jauh. Tapi ternyata abangnya bilang yaudah yang ada aja berapa. Dengan bodohnya saya malah jujur banget dan bilang ada 300 rupee di dompet. Jadilah diminta semua uangnya…

Dengan dompet kosong tanpa Rupee sepeserpun, saya masuk ke check-in area SpiceJet. Setelah dapet boarding pass, saya langsung ke security check dan duduk di deket gate. Kali ini saya nggak boleh ketiduran lagi!!!
Boarding Pass SpiceJet

Pas lagi nunggu saya sendu lagi terus mikir kenapa liburan kali ini apes banget. Udah ketinggalan pesawat ke Eropa dan mesti beli tiket baru, hampir dirampas (?) di Mesir, sekarang ketinggalan pesawat lagi karena ketiduran. Akhirnya saya ambil handuk kecil lalu menutupi muka dan… terisak pelan. Kalo udah ingusan, saya ke kamar mandi supaya bisa nyerosot dengan leluasa.

Karena nggak mau bikin keluarga kepikiran, saya mutusin buat nggak ngabarin mereka. Jadilah yang saya lakukan saat nunggu: bengong-terisak-buang ingus dan diulang sampai boarding call. Sesaat setelah boarding dimulai, tiba-tiba saya kepikiran lebay: gimana kalo flight saya kenapa-kenapa terus orang yang saya kenal nggak ada yang tau sama sekali kalo saya ada di dalem situ???? Lebay banget tapi ini sempet terlintas di pikiran saya. Oleh karena itu sambil antri boarding saya sibuk cari wifi. Bahkan sampe masuk bis untuk ke pesawat pun saya masih berharap dapet wifi supaya seenggaknya bisa kasih tau adek. Sayangnya wifi baru ke-lock pas bis udah jalan dan langsung lenyap sinyalnya pas buka whatsapp...
Boarding SpiceJet Menuju New Delhi

Alhasil selama penerbangan saya berdoa supaya bisa sampe di New Delhi dengan selamat. Karena lelah banget, akhirnya saya ketiduran nggak lama setelah pesawat take-off.  Saya kebangun sekitar 1.5 jam kemudian saat pesawat mulai descend di New Delhi. Nggak lama kemudian pesawat mendarat di New Delhi. Alhamdulillah...
Eksterior Terminal Domestik Bandara New Delhi

Di tulisan yang saya buat setelah ketinggalan pesawat Etihad ke Eropa, saya berharap kejadian tersebut merupakan ketinggalan pesawat pertama dan terakhir yang saya alami. Tapi lagi-lagi, manusia boleh berharap tapi kalo lagi apes ya apes aja udah. Sebelumnya saya pernah iseng mikir "gimana ya rasanya kalo nama saya dipanggil berkali-kali lewat pengeras suara di airport". Well, my imagination became reality... Hal yang dapat dipelajari dari kejadian ini:
  1. Jangan ketiduran di waiting room yang terletak kurang dari 5 langkah dari gate.
  2. Selalu nyalain alarm di handphone, set waktunya ke waktu boarding.
  3. Kalo takut ketiduran, ada baiknya boarding pass ditaro di kursi samping, siapa tau ada penumpang yang notice kalo mulai boarding dan bangunin kita.
  4. Ekstrimnya mungkin kalian bisa buat tulisan di kertas semacem "I AM A PASSENGER OF FLIGHT XY123. KINDLY WAKE ME UP AT 6AM FOR BOARDING. THANK YOU." dan tempel di punggung/badan/jidat.
  5. Selalu kabarin keluarga kalo ada perubahaan rencana. Nggak mau kan kalo kenapa-kenapa tapi keluarga nggak tau sama sekali?
Dengan dipublishnya tulisan ini, semoga yang baca bisa lebih awas sehingga nggak ada yang ngalamin kejadian kayak saya. Harus diakui ini konyol campur ble'e sih sebenernya :)) FYI tanggal 9 Januari ini tanggal ulang tahun paspor saya loh. Jadi waktu dapet cap imigrasi India rasanya seneng si paspor bisa diajak keluyuran pas ulang tahun-nya *yea I heard how pathetic that sounds*. Tapi ternyata malah di tanggal yang sama untuk pertama kalinya saya dapet cap CANCELLED di boarding pass :')

Apakah kalian pernah ngalamin ketinggalan pesawat? Atau selama ini selalu aman-aman aja tapi pernah hampir ketinggalan pesawat? Cerita doong :D

27 comments:

  1. Hai, Refky, kisahnya seru nih, bikin ikut deg2an.

    Kalau saya sekarang selalu mengabarkan kepada keluarga/orang terdekat mengenai kode pesawat yang akan saya tumpangi sesaat sebelum boarding. Dan Alhamdulillah sampai sekarang belum pernah ketinggalan pesawat :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Gio, thanks for reading yaa!

      Yep yep, saya juga biasanya selalu ngabarin sih tapi kemarin karena lagi stress juga dan nggak mau bikin mereka kepikiran anaknya ketinggalan pesawat (lagi!) akhirnya saya mutusin untuk nggak bilang, tapi ujungnya nyesel sih...

      Delete
  2. Wedew, nyebelin juga ya kalau ketinggalan pesawat begitu...

    Terkadang memang begitu sih, hal yang kurang enak terjadi ketika kita sudah merasa "aman" (sudah duduk dekat di gate, merasa aman, eh malah tidak sengaja ketiduran dan bisa ketinggalan pesawat)...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha nyebelin bangetttt :))

      Sekarang jadi malah makin awas kalo di airport, udah di gate-pun masih nyalain alarm supaya nggak kejadian lagi *knock on wood*

      Delete
  3. salam kenal, suka baca tulisan2 Refky, informatif dan seruuuu. ditunggu terus tulisannya:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Riana, salam kenal juga yaa.
      Waah terima kasih udah suka baca blog ini. Semoga tetep suka sama tulisan-tulisan saya :D

      Delete
  4. Ahh thanks for your kind words, Yudi. Beneran senyum-senyum sendiri bacanya :))
    Semoga tulisan saya bisa terus dan makin menginspirasi ya supaya makin cepet liburan ke luar negerinya, aamiin :D

    ReplyDelete
  5. haha.. tapi ini yang buat perjalanan seru campur haru siih, wah salam kenal :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Putri, salam kenal juga :D
      Hahaha true sih, tapi kalo disuruh milih seru dalam bentuk begini atau datar mending datar deh :))

      Delete
  6. 'Puk puk, Ekky' - bacanya sambil nyesek juga ya.

    Seumur2 br buru2 di airport waktu penerbangan dari CGK - DMK (transit SIN) pake singa merah. Ternyata di dlm terminal ga ada counter transit, jd mesti keluar dulu, trus ke check-in counter di luar ... dan ternyata udah closed, eh tp bisa krn bilang penumpang transit, trus abis itu lari2 lagi ke dlm ... untungnya blm boarding. Jd berpikir, apa mestinya check-in dulu ya pas di CGK haha.

    Anyway ... ditunggu blog post selanjutnya. Sbnrnya baca yg ini, mau bilang 'seru' kok malah ga enak ya huehehe *kabuuur*

    :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huu iya nyesek banget.

      Wah kok singa merah bisa nggak jelas gini sih policy-nya?! Btw waktu itu saya sempet naik singa merah juga SIN-CGK, dan flightnya terusan dari SGN (Ho Chi Minh City). Waktu itu kayaknya penumpangnya nggak boleh keluyuran, jadi abis keluar pesawat langsung disuruh antri boarding lagi.

      Delete
  7. haduuh, kalo aku udah nangis tuuuh, ga kebayang deh :(
    pernah ketinggalan pesawat, soalnya salah masuk tol, mau ke SH malah masuk tol yang ke tangerang kota

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga pengennya nangis tapi malu hahaha
      Aaahh kok bisa salah tol? Naik taksi kah? Terus jadinya beli tiket baru atau batal perjalanannya?

      Delete
  8. gw jg pernah pertama kali keluar negeri trip singapore malaysia thailand tahun 2012. kirain bandra kl sama kyak bnara singapore yg jaraknya dekat dan bsa naik mrt. ternyata salah alhasil krn sy pikir sy tdk bakalan ke kl lgi ya udah jalan2 aja dulu nanti 2 jam sebelum keberangkatan baru ke airport. eh ternyata.. ga tau gw kalo proses check in itu panjang and bandara luar negeri itu lebih gede dri indonesia. dan pikiran kl ke bandara paling 30 mnt
    nyampe.. eh ternyata naik bus lama dan gw udaj gelisah mana supirnya slow bgt bikin gw gregetan pengen neriak wei.. pesawat gw udah mau take off. haha alhasil pas nyampe check in counter pesawat udah take off 10 mins yg lalu.. ketinggalan pesawat pertama dan semoga yg terakhir kalinya selamanya amin..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Heru,
      Thanks for sharing! Wah iyaa, bandara KLIA itu emang jauh banget, 45 menit sampe 1 jam dari kota KL. Sayang banget akhirnya ketinggalan karena baru jalan dari kota 2 jam sebelum take-off :(
      Semoga berikutnya kita nggak pernah ketinggalan pesawat lagi ya, aamiin!

      Delete
  9. halo salam kenal Refky. Gw juga pernah pas mau balik Jakarta dari DMK, tp transit KL dulu demi naik KLM yang lagi promo. Sialnya Malindo dari DMK ke KUL direschedule jadi KLM KUL-CGK ngga akan kekejar, mana harus pindah dari KLIA2 ke KLIA. Alhasil marah2 di counter check in Malindo di DMK dan dia nawarin tiket gratis untuk penerbangan KUL-CGK, tapi sayangnya udah terlanjur beli tiket Garuda KUL-CGK, aaah nasib emang ga ada yang tau

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Erlangga, salam kenal juga :)
      Jadi setelah Malindo-nya reschedule, kamu langsung beli tiket GA ya? Kalo saya jadi kamu, bakal protes dulu ke Malindo supaya mereka mau ngasih tiket gratisnya. Hahaha nggak mau rugi banget ya saya..

      Delete
  10. Salam kenal Mas,

    Saya pernah ketinggalan pesawat sekali dan itu beyond repair, mengakibatkan liburan saya ke Brunei dan Kinabalu gagal total, heheheheu :'(

    Ceritanya ada flight pukul 20.50, saya berangkat ke Stasiun Gambir sejak 17.00, apesnya bus bandara tak tersedia karena terjebak macet, kala itu long weekend menjelang libur akhir Maret 2016... akhirnya saya naik travel liar yang menawarkan ke Bandara yang ada di Gambir.

    Di jalan sih optimis banget, jam 19.00 sudah di ujung tol sedyatmo. Ndilalah itu pas mau belok nurunin penumpang di terminal 1, jalannya macet totaaaal, sampe 20.00 saya masih stuck di situ-situ saja. Bodohnya kok ndak cari ojek atau apalah dari awal sejak di ujung tol sedyatmo....

    Jadilah tiba di T3 sudah 20.30, melihat status masih boarding, saya coba kejar dan yah... gak dapet, sudah ditolak dari bagian verifikasi :'(

    Akhirnya cuma duduk lesu di ruang tunggu, udah mau mewek juga... apa udah ya? wakakakak.

    Akhirnya malah balik ke kantor, tiba sudah lewat tengah malam dan sampai pukul 10.00 cari akomodasi ini itu itin ini itu dan tiket pesawat murah buat ganti liburan jadi flashpacking di Kuala Lumpur... setelah itu tidur dan lupa kalau itu hari Jumat, lewat dah Jumatannya :| Duh liburan yang tak barokah nih wkwkwk, untung gak telat lagi tiket penggantinya....

    Still... yah... masih mangkel-mangkel gimanaa gitu kalau keinget haha... :'3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Rizki, salam kenal juga ya!

      Wah kebayang banget sih rasanya karena saya juga sama persis kayak kamu. Begitu counter check-innya udah gelap bawaannya udah lemes aja terus pengen guling-gulingan di bandara. Tapi namanya udah niat liburan, kamu juga ujungnya beli tiket baru ya? Semoga ada rezeki pengganti uang yang melayang tak terduga gitu deh, aamiin.

      Iyaa beginian mah bikin sakit kepala kalo diinget-inget, tapi jadi pelajaran banget sih supaya lebih prepare semuanya..

      Delete
    2. Wahahaha posting dan dibalesnya kapan, baru taun depannya saya ke sini lagi XD

      Iya akhirnya memutuskan muter-muter di KL saja, sama sekali gak ke Brunei dan Kinabalu, yang pada akhirnya saya benar-benar ke Brunei setelah Idul Adha, September 2016, setengah tahun setelah planning awal

      Itu Tetep berangkat ke KL, Gak rela soalnya tiket pulangnya angus juga, kebetulan waktu itu pulang dari Brunei bakal transit di KL dan akan jadi pertama kali naik Malaysia Airlines hahaha.

      And turns out agak mengecewakan juga karena armada Malaysia Airlines yang saya naiki yang gak punya AVOD. Wakakakak. Serasa naik AirAsia dan beli makan, soalnya bagasi ndak saya pake, cuma nenteng ransel ke kabin

      Ngomongin ketinggalan pesawat, saya ketinggalan lagi untuk kedua kali, bulan Maret juga, setahun setelah yang pertama, hahahah

      Bedanya ini ketinggalan pesawat saat pulang dari KL ke Surabaya. Ceritanya setelah trip dari Jepang, mau pulang kampung dulu

      Ketinggalannya karena bangun kesiangan dan gangguan kereta KLIA Transit. Waktu itu stay di Salak Tinggi padahal, deket banget dari KLIA. Apa daya kereta gangguan dan dikejar pake taksi pun gak bakal keburu, pesawat on time, udah boarding time pula, dan dia ada di gate Q. Saya realistis aja daripada makan uang, tenaga, dan waktu karena itu jauh dan belum memperhitungkan antri imigrasi, mending batal ke bandara

      Dan seperti pengalamaan ketinggalan yang pertama, akhirnya jalan gontai balik ke penginapan, extended stay semalam, beli tiket ke Jakarta esok harinya karena harga malam itu kurang ajar mahalnya, dan tidurrrr! Kali ini gak pake mewek lagi biarpun pengen sih aslinya (halah)

      Duh plis jangan ketinggalan lagi untuk yang ketiga wakakakak

      Delete
  11. Halo Eky..salam kenal, seru bgt ya baca blog kamu ini,palagi yg bagian ketnggalan pesawat..hahahah..senang bgt diatas penderitaan org..hihi..aku juga pernah ketinggalan flight krn hubby pake acara pipis2 dulu ke toilet dan lama.. Kita emg take it for granted sih sm hal2 spt ini, merasa yakin krn udh dibandara.. Btw, aku bilang ke suamiku klo aku sutradara pgn nih buat film ttg eky yg ketinggalan pesawat..hahaha, pasti seru deh.. Keep on writing ya Eky, utk menghibur aku yg seorang traveler mom rempong jd ga bisa traveling sebebas kamu..huhu

    ReplyDelete
  12. hy eky salam kenal... hahaha saya fokus banget baca blog kamu pas ketinggalan pesawat yg padahal tinggal 5 langkah masuk gate. apes banget ye. hahaha. saya juga pernah sih. kebanyakan ketinggalan flight domestik. kalo luar negeri sih saya pernah melakukan hal yg lebih bodoh. waktu itu flight mau ke KL pake KLM. krn saya transit dulu dari sumatera ke jkt, penerbangan domestik dulu kan. saya lupa bawa passport. dan dgn bodohnya saya tenang2 aja pas terbang ke jkt tanpa ada kepikiran bahwa passport lupa di bawa. setelah landing dan mau check in buat flight KLM saya baru sadar ternyata passportnya TIDAK TERBAWA. hahahaha.... hangus lah tiket nya saat itu juga, udah gak bisa di cancel. :-p

    ReplyDelete
  13. Makasih banyak min atas informasinya. Saya padahal nungguin nih ada cerita nyeremin atau lucu ga pas di check sama petugas imigrasi? Soalnya saya pengalaman banget di gelandang cuma gara gara pakaian saya kaos hitam celana sport hitam :"D di sangka saya dateng mau ngapain kali ya. Hadeeh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untungnya belum pernah aneh-aneh sama petugas imigrasi :D

      Delete
  14. Pernah dua kali ketinggalan pesawat, mana yang pertama kali itu adalah kali pertama ke luar negeri hanya karena telat 4 menit saja. Beli tiket lagi seharga 4 kali lipat lebih mahal (naik pesawat yang sama juga padahal, si pesawat delay beberapa jam). Harusnya klo pesawat delay, masih bisa check in ya...hehehehe trus yang kedua di KL, karena bingung antara LCCT dan KLIA...hahahaha

    ReplyDelete