Saturday, January 9, 2016

Once Upon a Time in Mumbai

Sebenernya saya pengen nulis cerita My Amazing Journey secara berurutan. Tapi jika melihat pace menulis saya yang udah setahun masih belum kelar cerita tentang Eropa, saya memutuskan untuk skip cerita Perancis, Italia, Mesir, dan Dubai supaya bisa cerita peristiwa yang terjadi tepat satu tahun lalu yakni 9 Januari 2015. Seperti biasa, kejadian "unik" macem gini akan saya ceritakan dengan sangat detail. Here goes…

Jumat, 9 Januari 2015
Setelah terbang dengan pesawat jumbo A380-nya Emirates dari Dubai selama kurang lebih 2,5 jam, akhirnya saya mendarat di Mumbai, India sekitar jam 2 dini hari waktu setempat. Saya sengaja pilih pesawat yang mendarat dini hari karena dua alasan, yakni memaksimalkan waktu jalan-jalan di Dubai dan bisa naik A380 lagi setelah 2 tahun sebelumnya naik A380-nya Malaysia Airlines.

Seluruh penerbangan internasional terbang dan mendarat di terminal 2 Chhatrapati Shivaji International Airport. Terminal yang baru beroperasi tahun 2014 ini punya feel modern, megah, dan besar. Karena airport yang besar dan gate pesawat saya yang jauh, saya harus berjalan 10-15 menit sebelum tiba di bagian imigrasi. Saya yang sudah mengisi arrival card di pesawat ternyata harus tetap antri karena waktu itu lagi musim ebola. Jadi sebelum ke imigrasi seluruh penumpang diminta mengisi lembaran bebas ebola. Formalitas banget sih, kayaknya kalo ada yang positif ebola tapi nggak ngaku juga bakal tetep lolos. Setelah ngumpulin kertas tentang ebola itu, baru bisa lanjut ke imigrasi. Btw waktu itu bagian ini chaos banget karena nggak ada yang ngurusin dengan bener, jadi penumpang juga bingung sebenernya perlu ngisi ini atau nggak.
Interior Menuju Imigrasi Terminal 2 Bandara Internasional Mumbai

Berhubung udah urus visa di kedutaan India di Jakarta, saya bisa langsung antri imigrasi. Waktu itu saya nggak merhatiin letak counter visa on arrival, tapi bandara Mumbai ini termasuk salah satu titik masuk yang bisa digunakan pemegang paspor Indonesia untuk mendapatkan visa on arrival. Saya tetep nyaranin untuk buat visa di kedutaan aja sih kalo tinggal di Jakarta dan sekitarnya karena lebih murah (Rp500.000 vs USD 60) dan nggak ribet juga ngurusnya (jadi dalam 2 hari). Imigrasi sendiri berjalan sangat lancar dan dalam kurang dari 2 menit saya udah dapet cap kedatangan di atas visa saya.

Sunday, January 3, 2016

2015: A Year of Accomplishments

Tahun 2015 berakhir 3 hari lalu. Untuk menutup tahun dengan banyak milestone dalam hidup saya tersebut, saya menjadi secret santa tanggal 24 Desember kemarin dengan bagi-bagi tiket serta voucher nginep gratis. Karena terlalu baiknya saya, tanggal 31-nya saya kembali bagi-bagi tiket dan voucher hotel gratis. Well, bagian dari kerjaan sih sebenernya :p Apakah kalian ada yang tau apa yang saya omongin? Ada yang ikutan? Atau bahkan apakah ada yang menang?

Setelah 2 tahun berturut-turun keluyuran saat New Year's Eve, akhirnya saya tahun baruan di rumah. Niatnya mau bikin post retrospective malem itu, tapi tepar banget dan akhirnya memutuskan untuk tidur serta melewatkan pergantian tahun.

For me, 2015 was full of accomplishments — in terms of life, academic, and travel. Sayang nggak ada accomplishments di bagian love.