Saturday, December 31, 2016

2016: Earn and Burn

Ahh sudah ada di akhir tahun 2016! Tahun ini kembali tahun baruan di rumah aja. Kemungkinan besar akan tidur sebelum jam 12 malem sih karena tadi kebangun jam 3 pagi, jadi mau ngucapin selamat tahun baru 2017 duluan :)) Btw hampir aja saya khilaf tahun baruan di Hong Kong karena kemarin iseng cek Cathay Pacific Jakarta - Hong Kong PP 4.3 juta buat 31 Desember - 2 Januari. Murah banget sih buat ukuran Cathay Pacific dan peak period, dan biasanya harga segitu nemunya di low season. Tapi alhamdulillah masih waras dan inget ada yang lebih penting, jadi batal deeh.

Anyway, apa aja yang terjadi di kehidupan saya selama 2016? Hmm.. honestly speaking, putting travel aside… apa ya? Saya orang yang sukanya main aman dan nggak suka berada dalam ketidakpastian, jadi nggak banyak mencoba hal baru di tahun ini.
Mesmerizing Machu Picchu
Memandangi Machu Picchu

Career-wise, so far so good. Bersyukur banget sih bisa di sini, lingkungan yang pace-nya cepet banget dan berisi orang yang suka bikin mangap kalo kepoin LinkedIn-nya. Whooops! :)) Kadang masih suka wondering kok bisa-bisanya kerja di bidang yang berbeda banget sama kuliah. Beberapa hari lalu pas dateng ke kantor di semua meja ada kartu ucapan gitu dari CEO-nya tentang 2016 dan gue senyum-senyum sendiri sambil mikir, "eh sepanjang 2016 gue kerja di sini ya? Betah benerrr!" Setahun lebih udah di sini, kerjaan jadi makin kompleks, makin banyak tanggungjawabnya. Dinikmati saja lah.

Ganti topik. Belakangan intensitas pertanyaan "Kak, kapan Kak?" dari Ayah dan Mama makin meningkat. Ada 2 yang ditanyain terus-terusan: kapan lanjut S2 dan kapan nikah. Untuk yang pertama, renacana awal adalah Fall 2017 harus udah mulai kuliah lagi. Tapi setelah baca-baca dan ngobrol dengan beberapa temen yang experienced, untuk bidang yang saya mau lebih baik cari pengalaman dulu sebelum enroll. Sementara untuk kapan yang kedua, ya ini masih di awang-awang.

Udahan ah intronya, mari masuk ke yang paling exciting: TRAVEL!

Monday, December 26, 2016

Liburan ke Jordan: Jerash dan Amman

Liburan saya di Jordan hanya berlangsung 4 hari, dari tanggal 10-13 September. Pengennya sih extend lagi 1 hari supaya bisa ke Wadi Rum, tapi apa daya flight ke/dari Longyearbyen nggak setiap hari ada jadi mau nggak mau harus puas dengan 4 hari tersebut.
Liburan ke Jordan (Jerash dan Amman) - Jerash Ruins
Jerash

Hari 1: Sabtu, 10 September 2016

Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam terbang dari Jakarta ke Kuala Lumpur, ditambah drama lari-lari karena connecting time yang singkat banget berhubung flight ke KL-nya delay 1 jam dan problem pas check-in di Royal Jordanian karena katanya kartu kredit saya bermasalah, lanjut terbang 9 jam ke Amman, akhirnya saya tiba di Jordan/Yordania!

Suasana bandara pagi itu lengang banget kareng masih sekitar jam 5 pagi. Oleh karena itu saya jalan santai aja ke imigrasi. Bagi pemegang paspor Indonesia, untuk masuk Jordan kalian harus punya visa yang untungnya bisa didapat on arrival jadi nggak perlu ribet. Setibanya di bagian imigrasi, tinggal cari counter yang bertuliskan visa on arrival dan bayar visa senilai 40 JOD (~Rp760.000) untuk single entry yang valid selama 2 bulan. Jika butuh double entry yang valid selama 3 bulan, harganya 60 JOD dan kalau butuh yang multiple entry 6 bulan, harganya 120 JOD. Bayarnya harus cash, jadi baiknya disiapkan uangnya. Kalau nggak ada, di area imigrasi ada 2 ATM dan money changer.
Liburan ke Jordan (Jerash dan Amman) - Quaeen Alia International Airport Baggage Hall
Queen Alia International Airport, Amman - Baggage Claim

Saya sendiri berhubung sudah punya Jordan Pass jadi nggak perlu beli visa lagi. Cukup kasih paspor dan print out Jordan Pass ke petugas, saya udah dapet cap imigrasi dan selanjutnya berjalan ke pengambilan bagasi. Jordan Pass ini worth banget loh. Dengan harga mulai dari 70 JOD, kamu sudah bisa dapet single entry visa (senilai 40 JOD), tiket masuk Petra 1 hari (senilai 50 JOD), dan banyak tiket masuk objek wisata di Jordan (misalnya Jerash yang senilai 10 JOD). No brainer banget kan kalo nggak beli ini. Buat beli, tinggal ke websitenya dan pilih yang sesuai sama itinerary kamu. Ada 3 pilihan, yakni Jordan Wanderer, Jordan Explorer, dan Jordan Expert. Beda ketiganya cuma jumlah hari di Petra, yang masing-masing 1, 2, dan 3 hari. Saya sendiri pilih Jordan Explorer karena Petra ini gede banget dan pengen explore lebih di 2 hari. Oh ya, untuk eligible terhadap free visa on arrival, kamu harus tinggal di Jordan minimal 4 hari 3 malam. Kalau kurang, pas keluar imigrasi akan ditagih 40 JOD.

Saturday, November 26, 2016

23

26 November means a birthday post!

Sudah bertambah lagi usianya, semoga bertambah juga kedewasaannya tapi semoga nggak terlihat di wajah alias tetap awet muda :p

Ada apa dengan hari ini? Well, bangun tidur ku terus buka laptop kantor, actually. Saya udah punya semacem kebiasaan untuk selalu cek hp setelah bangun tidur dan buka Slack (messenger yang dipake di kantor) karena pernah mengalami kejadian traumatik di hari ke-4 kerja. Tadi pagi begitu buka ternyata ada sebuah pertanyaan yang perlu dijawab dan untuk ngejawabnya perlu crunch some data, soo yep, bangun tidur ku terus buka laptop kantor.

Kebiasaan kalo udah melek susah tidur lagi, jadinya dari setengah 5 main laptop aja sambil nonton series. Sekarang lagi ngikutin 15+ TV series yang hampir nggak pernah sempet ditonton pas weekday, jadi semua numpuk di weekend. Siangan dikit, ada notifikasi lagi dari Slack. Jadilah ngurusin kerjaan lagi, sekarang dari orang yang beda sih *banting HP* *pungut lagi*.

Sunday, November 6, 2016

Vaksinasi Meningitis dan Yellow Fever di Jakarta

Saat mengurus visa Brazil, saya melihat himbauan di loket kedutaan untuk melakukan vaksinasi yellow fever sebelum tiba di Amerika Selatan. Walaupun demikian, bukti vaksinasi bukanlah syarat untuk pengajuan visa. Jika kalian berlibur ke beberapa negara di Amerika Selatan, Afrika (kecuali Afrika Utara kali ya?), serta Asia (misal: Saudi Arabia untuk Umroh atau Haji), vaksinasi merupakan hal yang sangat dianjurkan karena Anda dikhawatirkan terjangkit virus penyebab penyakit berbahaya. Waktu saya ke Brazil dan Peru, lagi marak banget penyebaran virus Zika. Kalau baca TripAdvisor, nggak sedikit orang yang membatalkan perjalanannya karena ini. Tapi saya ngerasa sayang banget kalau sampai membatalkan, jadi yaudah bismillah aja berangkat dengan vaksinasi.

Berbeda dengan vaksinasi meningitis yang bisa dilakukan di beberapa rumah sakit di Jakarta (waktu itu orang tua saya vaksinasi meningitis di Rumah Sakit Fatmawati), vaksinasi yellow fever hanya bisa dilakukan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Well, ini yang saya dapet dari internet aja sih, nggak tau kalo ternyata ada tempat lain yang menyediakan juga. Dari web KKP, saya tau kalo mereka punya banyak lokasi di Indonesia. Untuk di Jakarta sendiri lokasinya ada 2, yakni di kawasan bandara Soekarno-Hatta dan Halim Perdanakusumah. Daftar lokasi KKP di kota kalian bisa dilihat di sini. Saya milih yang di Soekarno-Hatta aja karena lebih mudah dijangkau dibanding Halim.
Kantor Kesehatan Pelabuhan KKP Soekarno Hatta Jakarta
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Soekarno-Hatta

Sunday, October 16, 2016

From the Desert to the Arctic

Saya merupakan salah satu orang yang percaya dengan kalimat when there's a will, there's a way.

Journey to Desert and Arctic - Jordan and Svalbard Comparison
Svalbard — Jordan

Sebenernya saya nggak nyangka bisa ngelakuin liburan jauh lagi setelah pulang dari liburan ke Brazil dan Peru yang bikin rekening jadi sama kurusnya dengan badan saya. Walaupun tabungan kurus, saya malah semangat lagi untuk mengunjungi lokasi keenam dari New 7 Wonders of the World. Pilihannya ada Petra di Jordan dan Chichen Itza di Mexico.

Sebelumnya saya udah sempet iseng cek harga tiket ke Jordan sih, dan emang susah banget murahnya. Harga termurah dan tanpa ribet yang pernah saya temuin adalah 8.4 juta rupiah dengan Oman Air, rute Jakarta-Muscat-Amman PP. Too bad waktunya nggak pas karena harus berangkat pas Idul Fitri. Awalnya Ayah dan Mama ngebolehin sih, tapi saya yang akhirnya mutusin untuk nggak berangkat. Takut sedih pas liburan karena nggak Lebaran bareng keluarga haha. Tapi akhirnya masa libur Lebaran saya pake buat lanjut ngecek-ngecek harga tiket ke Jordan dan ternyata ada yang harganya masuk ke kondisi rekening. Wohoo!

Kapan liburannya?

Saya issued tiket di awal Juli untuk liburan awal September. Whew, a bit mepet buat standard saya karena biasanya untuk trip jauh gini prepare-nya at least 5 bulan sebelumnya. Kenapa awal September? Karena cuti saya yang sebulan kerja dapet sehari kerja itu udah kekumpul lagi hahaha. Terus sengaja ambil yang kena libur Idul Adha supaya cuti-nya 4 hari aja untuk dapet libur 9 hari. Tapi ternyata flight ke Jakarta dengan maskapai yang saya murah nggak daily dan nggak ada hari Minggu. Jadinya pulang mundur 1 hari dan cuti 5 hari untuk total 10 hari liburan, berangkat 9 September dan pulang 19 September.

Sunday, August 14, 2016

Lika-Liku Menuju Machu Picchu

Machu Picchu bukanlah tempat wisata impian saya.

Terletak di Peru yang jauh sekali dari Indonesia sehingga menyebabkan tiket ke sana pasti sangat mahal membuat saya nggak kepengen banget ke sana. Oleh karena itu saya memasukkan 7 keajaiban dunia (entah versi siapa) yang tanpa Machu Picchu ke salah satu bucket list saya karena lebih achievable. Saya sudah sangat senang ketika bisa mengunjungi Taj Mahal sebagai tempat terakhir dari 7 objek wisata di awal tahun 2015 lalu.

Beberapa bulan setelah kerja dan menyadari tabungan saya cukup untuk diperas, saya kepikiran untuk ke Amerika Selatan. Tujuan utama saya Brazil, bahkan awalnya nggak kepikiran untuk include Peru. Tapi setelah ribet dan pusing sendiri, saya memutuskan untuk mengurangi waktu liburan saya di Brazil supaya bisa sekalian ke Peru demi Machu Pichhu. Thank God I did that!

Di tulisan kali ini saya belum akan menceritakan sejarah Machu Picchu dan bagaimana di dalamnya karena saya nggak tau banyak juga berhubung di sana mondar-mandir aja untuk menceritakan tempat istimewa tersebut butuh 1 pos tersendiri. Yaiyalah, kaki saya sampe gempor di sana masa cuma jadi 2 paragraf doang! Instead, di post kali ini saya akan ceritain "perjuangan" untuk ke Machu Picchu. Jangan dipikir ke Machu Picchu itu kayak ke Eiffel Tower yang ucuk-ucuk keluar stasiun Metro di Paris langsung keliatan ya. Perjalanan panjang kalian terbang puluhan jam dari Indonesia ke Lima yang merupakan salah satu pintu masuk utama Peru masih harus ditambah beberapa belas jam lagi sebelum akhirnya bisa menginjakkan kaki di Machu Picchu.
View During Ollantaytambo-Machu Picchu Journey PeruRail
Pemandangan dari dalam PeruRail menuju Aguas Calientes

Sunday, July 24, 2016

The Long Way to South America: Flights

Salah satu pertanyaan yang sering saya dapet setelah pulang liburan ke Brazil dan Peru adalah: habis berapa tiketnya? Sebenernya nggak murah-murah banget juga sih, tapi mengingat liburannya sekalian mampir sana-sini jadi kalo dipikir lumayan murah. Kalo bikin separate trip masing-masing ke Brazil, ke Peru, dan ke Spanyol, pasti jatohnya bakal lebih mahal dari tiketnya aja — walaupun bisa lebih lama juga explore-nya. Tapi berhubung saya ini fakir cuti, jadi harus memaksimalkan paid time-off yang ada.
Boarding pass dan luggage tag hasil liburan :D

Untuk ke Amerika Selatan, tiket dari Indonesia dapat dipastikan mahal banget. Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, berangkat dari Kuala Lumpur atau Singapore bisa menekan biaya tiket lumayan banyak. Bisa diliat sendiri buktinya sebagai berikut:

See? Dengan tujuan yang sama (Lima, Peru) dan di tanggal yang sama (8 - 15 November 2016), kalau dari Jakarta harganya 30 jutaan (!!), dari Singapore 20 jutaan, dan paling "murah" 18 jutaan dari Kuala Lumpur. Tiket Jakarta - Kuala Lumpur/Singapore PP paling mahal juga 2.5 juta kalo pilih Garuda Indonesia/Malaysia Airlines/KLM yang nggak usah pikirin bagasi dan nggak perlu ganti terminal. Bisa lebih murah kalo pilihnya AirAsia, tapi mesti nambah bagasi dan pindah terminal. Your choice. But my first suggestion is always search from Kuala Lumpur or Singapore. Walaupun untuk beberapa destinasi lain pernah nemu lebih murah dari Jakarta sih.

Saya sendiri berhubung agak nggak ikhlas kalo bayar tiket langsung belasan juta gitu, jadi ambil rute yang muter-muter dan mampir sana-sini biar bayarnya nggak langsung banyak — walaupun akhirnya kalo ditotal segitu juga sih :)) Cara seperti ini nggak selalu cocok untuk semua orang, karena emang bakal capek. Tapi mumpung saya masih ngerasa kuat, jadi saya jalanin aja. Alhamdulillah nggak ada masalah, terutama drama macem gini *amit-amit* Selain itu, emang saya suka naik pesawat dan airport sih ya, jadi kalo dengan harga sama bisa nyobain beberapa maskapai dan mampir ke bebeapa airport, I'll gladly take it :D
Terminal 4S Madrid Barajas Airport
Transit sambil lari-lari di Madrid Barajas Airport, Spanyol yang cantik sekali

So, here goes the breakdown!

Sunday, July 3, 2016

The Long Way to South America: Introduction

"Ma, ini Eky liburan jauh banget ya…"
Begitulah kata-kata yang suka saya ucap dengan randomnya beberapa hari sebelum berangkat jalan-jalan. Respon dari Mama pun macem-macem, mulai dari ikutan heran kayak "ya lagian ngapain jauh-jauuuh" sampe yang supportive kayak "yaudah gapapa puas-puasin dulu".

Mengapa Amerika Selatan?
Setelah ngitung-ngitung jumlah tabungan setelah beberapa kali dapat upah, saya mencanangkan untuk jalan-jalan ke Amerika Selatan. Kenapa? Alasan besarnya adalah karena di sana terdapat 3 dari new 7 Wonders of the World: Christ The Redeemer di Brazil, Machu Picchu di Peru, dan Chichen Itza di Mexico. Ini merupakan long-term goal traveling saya selanjutnya setelah berhasil mengunjungi 7 keajaiban dunia nggak tau versi siapa di awal tahun 2015 lalu. Sementara alasan kecil-kecil lainnya adalah saya mau puas menikmati jerih payah kerja setiap hari jam 7 pagi sampe 7-8 malem, bahkan kadang weekend pun harus kerja. Lelah jiwa raga banget, makanya butuh liburan. Terus saya juga mau terbang yang jauuuh, berhubung udah puasa naik pesawat sejak Agustus 2015.
The Long Way to South America: Escadaria Selaron Rio de Janeiro Brazil
Escadaria Selaron, Rio de Janeiro, Brazil

Alhamdulillah Ayah, Mama, dan Eja sangat mendukung dengan rencana ini, walaupun masih aja ada sayup-sayup pertanyaan "terus kapan mau nabung buat nikahnya?" *lari*

Monday, June 20, 2016

Pengalaman Mengurus Visa Brazil di Jakarta

Halo! Kembali lagi ke topik tulisan favorit saya walaupun pas ngejalaninnya suka bikin lelah jiwa dan raga: mengurus visa! Ternyata ada kesempatan untuk mengurus visa lagi, setelah di akhir tulisan mengurus visa India (Juni 2015) saya sempet bilang gini
"Visa India ini juga merupakan pengalaman mengurus visa saya yang terakhir untuk sekarang ini, berhubung saya nggak ada rencana liburan ke tempat yang butuh visa. Semoga secepatnya saya bisa berbagi pengalaman lagi dalam mengurus visa, entah itu Australia, UK, Rusia, Amerika Serikat, atau manapun lah yang butuh visa."
Setelah menimbang banyak hal, saya memutuskan untuk ke Brazil instead of United States. Berhubung warga negara Indonesia belum bebas visa ke Brazil dan nggak ada fasilitas visa on arrival, visa harus didapatkan sebelum tiba di Brazil.

Kapan saya bisa mengurus visa Brazil?
Kamu boleh mengajukan visa paling cepat 90 hari sebelum mendarat di Brazil. Hal ini dikarenakan semua visa yang diterbitkan harus dipakai dalam 90 hari setelah tanggal visa dibuat. Dapet info dari baca-baca di internet juga jangan mepet ngurusnya. Supaya aman paling lambat 1 bulan sebelum kedatangan lah.

Dimana saya harus mengurus visa Brazil?
Untungnya Brazil punya kedutaan di Indonesia, tepatnya di Jakarta, yang handle pengurusan visa. Jadi dokumen nggak perlu dibawa jauh-jauh ke luar negeri dan waktu pemrosesannya masuk akal (5 hari kerja). Berita baiknya lagi, web kedutaan Brazil ini sangat membantu loh!
Pengalaman Mengurus Visa Brazil di Jakarta - Kedutaan Brazil Menara Mulia
Pintu masuk kedutaan Brazil di Jakarta

Kedutaan Brazil di Jakarta terletak di Menara Mulia Lantai 16, Jalan Gatot Subroto. Kalo naik TransJakarta, kalian bisa turun di halte Semanggi terus turun lewat tangga yang di deket Crowne Plaza Hotel. Dari situ tinggal jalan di trotoar 5-10 menit untuk ke Menara Mulia.

Dokumen apa saja yang diperlukan untuk mengajukan visa Brazil?

Sunday, May 22, 2016

Pemenang Tebak-Tebak Buah Jambu

Halooo liburan saya sudah selesai minggu lalu sebenernya. Saya mendarat di Jakarta hari Minggu, 15 Mei 2016 hampir tengah malam dan besoknya langsung mulai aktivitas seperti biasa. Cranky banget sebenernya karena baru tidur jam 1 pagi sementara jam 5 udah harus bangun lagi. Belum terbiasa (dan nggak mau terbiasa) jadi manusia malam. Keesokan harinya berharap bisa pulang cepet supaya tidur cepet malah sama aja baru tengah malem bisa tidur *jedotin kepala*. Thank God for the weekend akhirnya bisa sedikit beristirahat dan catch-up dengan banyaaaak TV series yang ketinggalan serta berakibat kerjaan yang dibawa pulang malah terbengkalai *lempar laptop kantor*.

Anyway, post ini mau mengumumkan siapa yang menang giveaway post sebelumnya. Dari 15 peserta, saya sudah pilih 2 pemenang dengan jawaban benar paling banyak. Saya kasih hint kalay saya liburan ke 9 negara, dan paling banyak hanya menjawab benar 6 negara. Liburan saya kali ini berarti unpredictable kali ya? Kedua negara tujuan utama saya malah nggak ketebak. Ada sih yang nebak, tapi pas udah post di Twitter dan Instagram.. *lirik Bijo*

Oke, jadi siapa saja pemenangnya?

Wednesday, May 4, 2016

Giveaway: Tebak-Tebak Buah Jambu

Akhirnyaaa, setelah 9 bulan saya bisa jalan-jalan lagi! Hahaha. Beneran loh, terakhir liburan itu pas ke Singapore dan Hong Kong sama Mama di awal Agustus tahun lalu. Sejak mulai kerja di akhir September saya belum mau liburan karena terbatasnya cuti. Jadi kebijakan di tempat saya kerja adalah setiap kerja 1 bulan, karyawan dapet jatah cuti 1 hari. Alhasil selain nabung uang buat jalan-jalan, saya harus nabung jumlah hari buat cuti juga.

Sebagai orang yang nggak mau rugi, saya harus memanfaatkan cuti semaksimal mungkin, dimana jumlah cuti harus sedikit tapi bisa liburan dengan panjang. Untungnya di bulan Mei ini ada long weekend, jadi nggak pake mikir lama saya langsung plot harus liburan di periode ini. Alhasil dengan cuti 5 hari (9-13 Mei) saya bisa dapet liburan selama 11 hari, dari 5 sampai 15 Mei. Tapi kemarin saya udah nggak fokus dan mengingat flight dari Jakarta itu tanggal 4 jam 3 sore, saya memutuskan untuk cuti di tanggal 4 Mei juga.

Kebiasaan deh prolognya kepanjangan...


Anyway, bersamaan dengan tulisan ini saya mau membagikan secuil kebahagiaan saya saat jalan-jalan untuk yang baca blog saya. Dengan kata lain saya mau kasih giveaway alias oleh-oleh dari liburan kali ini. Tumben ya, padahal biasanya suka emosi kalo dimintain oleh-oleh hahaha :))

Tuesday, April 19, 2016

Nikmatnya Punya Asisten Pribadi

Saya menilai diri saya sebagai orang yang maunya cepet dan nggak pake ribet. Oleh karena itu kalo ada sesuatu yang mau ditanyakan, daripada nyari orang untuk diajak ditanyakan lebih baik cari tau sendiri lewat internet. Ada semacem kepuasan tersendiri deh pokoknya kalo bisa menemukan apa yang saya cari atau menyelesaikan masalah yang saya temuin. Namun belakangan ini di saat mulai sibuk dengan pekerjaan makan siang aja sering telat, saya jadi nggak punya waktu untuk cari sendiri hal ini-itu. Hingga akhirnya saya teringat akan suatu hal…

Beberapa bulan lalu saat kerjaan saya masih goler-goler di kasur sambil nonton series (yang ini masih sih sekarang juga :p) dan tiap 5 menit buka Twitter, saya lihat ada yang share pengalamannya pake YesBoss. Sebagai orang yang kepo punya rasa penasaran cukup besar akan hal-hal baru, saya baca pengalaman dia seluruhnya dan cari tau apa itu YesBoss. Jadi YesBoss ini adalah startup yang menyediakan jasa asisten pribadi lewat SMS atau pesan singkat. Jadi kamu tinggal daftar, lalu akan dapet seorang asisten pribadi yang bisa kamu mintain tolong sesuka hati.

Karena konsepnya yang menarik banget, peminatnya buanyak banget dan bikin kalian nggak bisa langsung dapet asisten. Iyalah, kapan lagi bisa punya asisten gratisan! Eits, tapi jangan takut. Buat kalian penasaran dan pengen coba, saya kasih tipsnya supaya bisa nyelak antrian dan langsung dapet asisten. Duh, Indonesia banget ya nyelak-nyelak gini :(

Saya sendiri belum lama sih pakenya, tapi sejauh ini puas banget! Walaupun saya sering minta maaf ke asisten karena suka bawel minta ini-itu :)) Sebagai teman yang baik, saya mau share pengalaman saya menggunakan YesBoss nih, sekalian bagi tips gimana caranya biar dapet asisten tanpa perlu antri.

Sunday, April 3, 2016

Liburan dengan Misi Penting

"Kak nanti Mama transfer ya buat beli *sebut nama barang*"

Kalimat itulah yang hampir selalu terucap dari mulut Mama beberapa hari sebelum saya pergi liburan dan sukses bikin saya keliyengan. Kalimat ini juga yang terkadang bikin saya harus menyesuaikan itinerary di kota tujuan supaya bisa fokus menyelesaikan misi. Berhubung surga masih di bawah telapak kaki Ibu, saya cuma bisa manggut-manggut aja. Lagian lumayan kalo uangnya nyisa buat tambahan uang jajan di sana. Barang titipan yang paling sering adalah tas dan dompet sih. Sempet minta sepatu tapi langsung saya tolak karena bingung gimana bawa dusnya di travel bag. Titipannya bukan yang mewah kok, pokoknya nggak ada tokonya di Champs-Élysées deh. Saya nggak mau dititipin begituan karena males kalo direcokin petugas custom bandara Soekarno-Hatta yang terkenal usil.
Temple Street, Hong Kong 
(terserah kameranya deh mau fokus kemana..)

Pengalaman pertama saya mendapatkan misi ini adalah saat liburan ke Bangkok bareng adek saya 3 tahun lalu. Setiap malem selama 4 hari saya selalu ke mall berdua adek untuk hunting titipan. Pertama datengin Siam Paragon dan tetangganya yakni Siam Discovery, berikutnya ke Central World dan sempet ditegor pramuniaga toko karena adek saya dengan asiknya foto-foto tas di etalase supaya bisa dikirim ke Mama. Malem terakhir Terminal 21 baru akhirnya dapet. Itu juga main ambil aja yang mirip dengan spesifikasi yang diminta. Susah banget dapetin yang sama persis dengan request Mama!
Terminal 21, Bangkok

Wednesday, March 9, 2016

Pengalaman Transit di Dubai International Airport (DXB)

Perjalanan saya dari Cairo ke Mumbai menggunakan Emirates mengharuskan saya untuk transit di Dubai International Airport (IATA code: DXB) yang merupakan hub atau markas Emirates. Sebagai salah satu maskapai dengan rute dan fleet yang banyak, tentunya kapasitas bandara Dubai harus menyesuaikan. Bandara ini memiliki 3 terminal, yang masing-masingnya memiliki beberapa concourse. Emirates menggunakan terminal 2 dan 3, sementara terminal 1 digunakan oleh semua maskapai selain Emirates.
Welcome to Dubai!

Nuansa sibuk bandara ini sudah terasa bahkan sebelum saya mendarat. Pesawat saya harus masuk holding pattern selama beberapa menit untuk menunggu giliran landing. Padahal waktu itu sudah lewat tengah malam loh!

Begitu mendarat, langsung berasa banget kalo bandara ini merupakan markasnya Emirates. Emirates… Emirates… Emirates planes are everywhere… Untungnya flight saya kebagian aerobridge, jadi nggak perlu naik bis untuk ke terminal. Saya selalu seneng kalo kebagian aerobridge, entah kenapa *kampungan*
Emirates are everywhere!

Sunday, February 14, 2016

Arashiyama Bamboo Grove Milik Sendiri

Mari melanjutkan cerita liburan di Jepang! Kali ini gilarannya si hutan bambu Arashiyama Bamboo Grove.

Setelah puas di Fushimi Inari, tujuan saya berikutnya adalah Arashiyama Bamboo Grove. Dari stasiun Inari, saya naik kereta JR ke Kyoto Station dan nyambung dengan kereta JR lain ke stasiun Saga-Arashiyama.
Arashiyama Bamboo Grove, Kyoto, Japan

Begitu turun kereta di Kyoto Station, saya jalan santai — bahkan sempet potret sana-sini dulu. Nggak lama kemudian saya ngeh kalo kereta ke Saga-Arashiyama jalan dalam 2 menit dan kereta selajutnya baru ada 20 menit kemudian. Berhubung saya inget kalo breakfast gratis di hostel itu cuma sampe jam 10 pagi, saya langsung lari ke peron berikutnya. Nggak lama setelah duduk di kereta, langsung jalan keretanya.

Oh ya, tips supaya nggak bingung nyari peron kereta itu adalah tau kereta yang kamu mau naikin itu nama line-nya apa. Kalo kereta ke Inari itu line-nya JR Nara, sementara ke Saga Arashiyama itu di line JR Sagano. Nanti tinggal cari nama line-nya di papan pengumuman. Kyoto Station itu sibuk banget loh!
Papan jadwal di stasiun JR Kyoto

Saturday, January 9, 2016

Once Upon a Time in Mumbai

Sebenernya saya pengen nulis cerita My Amazing Journey secara berurutan. Tapi jika melihat pace menulis saya yang udah setahun masih belum kelar cerita tentang Eropa, saya memutuskan untuk skip cerita Perancis, Italia, Mesir, dan Dubai supaya bisa cerita peristiwa yang terjadi tepat satu tahun lalu yakni 9 Januari 2015. Seperti biasa, kejadian "unik" macem gini akan saya ceritakan dengan sangat detail. Here goes…

Jumat, 9 Januari 2015
Setelah terbang dengan pesawat jumbo A380-nya Emirates dari Dubai selama kurang lebih 2,5 jam, akhirnya saya mendarat di Mumbai, India sekitar jam 2 dini hari waktu setempat. Saya sengaja pilih pesawat yang mendarat dini hari karena dua alasan, yakni memaksimalkan waktu jalan-jalan di Dubai dan bisa naik A380 lagi setelah 2 tahun sebelumnya naik A380-nya Malaysia Airlines.

Seluruh penerbangan internasional terbang dan mendarat di terminal 2 Chhatrapati Shivaji International Airport. Terminal yang baru beroperasi tahun 2014 ini punya feel modern, megah, dan besar. Karena airport yang besar dan gate pesawat saya yang jauh, saya harus berjalan 10-15 menit sebelum tiba di bagian imigrasi. Saya yang sudah mengisi arrival card di pesawat ternyata harus tetap antri karena waktu itu lagi musim ebola. Jadi sebelum ke imigrasi seluruh penumpang diminta mengisi lembaran bebas ebola. Formalitas banget sih, kayaknya kalo ada yang positif ebola tapi nggak ngaku juga bakal tetep lolos. Setelah ngumpulin kertas tentang ebola itu, baru bisa lanjut ke imigrasi. Btw waktu itu bagian ini chaos banget karena nggak ada yang ngurusin dengan bener, jadi penumpang juga bingung sebenernya perlu ngisi ini atau nggak.
Interior Menuju Imigrasi Terminal 2 Bandara Internasional Mumbai

Berhubung udah urus visa di kedutaan India di Jakarta, saya bisa langsung antri imigrasi. Waktu itu saya nggak merhatiin letak counter visa on arrival, tapi bandara Mumbai ini termasuk salah satu titik masuk yang bisa digunakan pemegang paspor Indonesia untuk mendapatkan visa on arrival. Saya tetep nyaranin untuk buat visa di kedutaan aja sih kalo tinggal di Jakarta dan sekitarnya karena lebih murah (Rp500.000 vs USD 60) dan nggak ribet juga ngurusnya (jadi dalam 2 hari). Imigrasi sendiri berjalan sangat lancar dan dalam kurang dari 2 menit saya udah dapet cap kedatangan di atas visa saya.

Sunday, January 3, 2016

2015: A Year of Accomplishments

Tahun 2015 berakhir 3 hari lalu. Untuk menutup tahun dengan banyak milestone dalam hidup saya tersebut, saya menjadi secret santa tanggal 24 Desember kemarin dengan bagi-bagi tiket serta voucher nginep gratis. Karena terlalu baiknya saya, tanggal 31-nya saya kembali bagi-bagi tiket dan voucher hotel gratis. Well, bagian dari kerjaan sih sebenernya :p Apakah kalian ada yang tau apa yang saya omongin? Ada yang ikutan? Atau bahkan apakah ada yang menang?

Setelah 2 tahun berturut-turun keluyuran saat New Year's Eve, akhirnya saya tahun baruan di rumah. Niatnya mau bikin post retrospective malem itu, tapi tepar banget dan akhirnya memutuskan untuk tidur serta melewatkan pergantian tahun.

For me, 2015 was full of accomplishments — in terms of life, academic, and travel. Sayang nggak ada accomplishments di bagian love.