Saturday, February 14, 2015

Melihat Kincir Angin di Zaanse Schans

Awalnya saya menjadwalkan untuk menghabiskan 2 hari 1 malam di ibukota Belanda, Amsterdam. But the most unpleasant thing happened and I lost a whole day in Amsterdam. Sehingga waktu yang tersisa tinggal 11,5 jam. Dikurangi untuk urusan di airportspare waktu dari airport ke kota, dan menunggu di Centraal sebelum naik kereta ke Berlin, berarti saya hanya punya waktu 9-10 jam di Amsterdam. Unbelievably short amount of time for such a beautiful city. Tapi itulah yang terjadi dan saya harus memanfaatkan waktu tersebut sebaik mungkin.

Berdasarkan rencana awal, jadwal saya di Amsterdam terbagi menjadi 3, yakni di dalam kota Amsterdam, Zaanse Schans, dan Volendam. Karena waktu yang jadi sangat singkat, saya terpaksa mencoret Volendam demi bisa melihat kincir angin (windmill) di Zaanse Schans yang merupakan icon dari Belanda—selain tulip.
Windmills in Zaanse Schans, Amsterdam, Netherlands
Zaanse Schans

Selain waktu yang sempit, pencoretan Volendam dari itinerary dikarenakan lokasi Zaanse Schans dan Volendam yang berlawanan arah dari Amsterdam. Kalau dilihat di peta, Zaanse Schans ada di barat laut Amsterdam, sementara Volendam di timur laut. Ditambah bahwa transportasi umum dan murah antara Zaanse Schans dan Volendam harus melewati Amsterdam Centraal dulu yang terletak di pusat kota. Oh well, maybe next time then, Volendam. I'll pay you a visit along with Rotterdam, Den Haag, Delft, and Groningen. Makanya kirimin Letter of Acceptance dong biar bisa kesana lagi *kedipin universitas-universitas disana*.

Friday, February 13, 2015

Membuat Reservasi Tiket Pesawat (Dummy Booking) Gratis

UPDATE 1 DESEMBER 2015
Setelah dapat info dari komentar yang masuk, ternyata web Emirates juga sudah menghilangkan opsi pembayaran di kantor. Dengan demikian dengan berat hati dapat disimpulkan bahwa untuk dapat dummy booking, satu-satunya cara adalah dengan meminta reservasi ke travel agent offline.


UPDATE 15 SEPTEMBER 2015
Barusan saya coba pemesanan dummy tiket lewat web Emirates.com dan ternyata bisa dilakukan untuk mendapatkan itinerary penerbangan. Caranya tinggal buka webnya, lalu isi penerbangan dari mana, ke mana, dan tanggal berapa. Pilih flight yang diinginkan lalu isi data yang sesuai. Pada tahap pembayaran, pilih EMIRATES OFFICE. Catatan: cara ini hanya berlaku jika SEMUA penerbangan dioperasikan oleh Emirates.

Setelah itu bisa muncul deh itinerary yang bisa digunakan untuk apply visa. Ingat ya, reservasi ini hanya berlaku selama 3 hari saja.
Contoh itinerary

Tambahan: teman saya berhasil apply visa Schengen lewat kedutaan Jerman dengan melampirkan tiket dummy booking dari web Emirates ini. (Agustus 2015)

UPDATE 10 MEI 2015
Barusan saya dikontak oleh salah satu pembaca. Beliau mengatakan bahwa sekarang sudah nggak muncul pilihan pembayaran "In Person". Saya mencoba untuk kroscek dan menemukan bahwa pilihan "In Person" tidak muncul jika mencari penerbangan yang dimulai dari Jakarta (Indonesia).
Pilihan pembayaran untuk penerbangan dari Jakarta

Sementara itu, jika mencari penerbangan yang mulai dari negara lain (saya mencoba Kuala Lumpur), pilihan "In Person" masih muncul.
Pilihan pembayaran untuk penerbangan dari luar Jakarta

Saya kurang tau apa yang menyebabkan terjadinya hal ini. Awalnya saya mikir kantor di Indonesia sudah tutup, namun begitu saya cek di sini ternyata masih terdaftar kantor AsiaTravel di Jakarta.

Dengan demikian kalau kalian butuh dummy booking tiket pesawat dengan keberangkatan dari Jakarta, berarti harus menghubungi offline travel agent terdekat.

* * * 

Salah satu dokumen yang dibutuhkan dalam mengajukan aplikasi visa adalah reservasi tiket pesawat. Beberapa kedutaan seperti China mengharuskan tiket pesawat sudah confirmed dan sudah dibayar, sementara ada juga kedutaan seperti Australia dan Belanda yang hanya membutuhkan reservasi tiket untuk menunjukkan tanggal masuk dan keluar negaranya tanpa perlu dibayar terlebih dahulu.

Masalah tiket pesawat ini tentu saja merupakan salah satu dilema buat yang mau pergi liburan ke negara yang jauh dan membutuhkan visa. Terkadang ada tiket promo yang harganya bikin mupeng, tapi takut visa ditolak padahal sudah beli tiket. Jika menunggu punya visa, harga tiket yang bikin mupeng itu bisa saja sudah hilang entah kemana. Saya sendiri selama ini selalu membeli tiket duluan berhubung selalu menggunakan AirAsia dan keluarganya yang kalau ada promo dan harganya murah harus langsung dibeli. Masalah visa dipikirkan belakangan, yang penting udah punya tiketnya dulu. Selangkah menuju destinasi impian.
Beli tiket pesawat atau buat visa terlebih dahulu?

Namun, liburan ke Eropa kemarin yang terbilang cukup dadakan—hanya 3 bulan untuk persiapan—membuat saya mempersiapkan segalanya tanpa tiket di tangan. Harga tiket ke Eropa yang jauh lebih mahal dari tiket-tiket liburan saya sebelumnya membuat saya harus berpikir matang dulu sebelum membeli tiket. Untungnya, kedutaan Belanda tidak mengharuskan aplikan visa untuk memiliki tiket yang sudah dibayar. Berarti saya hanya perlu membuat reservasi tiket atau dummy booking. Gimana caranya?

Sunday, February 8, 2015

Ngapain Bawa Jeruk ke Pyramid?

Sekitar pukul 12 siang, akhirnya saya tiba di depan loket pembelian tiket masuk Pyramid. Nggak kerasa saya menghabiskan hampir 3 jam untuk perjalanan dari hostel di pusat kota Cairo menuju Pyramid yang terletak di Giza. Pada kondisi normal, perjalanan tersebut seharusnya menghabiskan waktu tidak lebih dari 1 jam. Something went wrong. Setelah membayar 80 EGP (Egyptian Pounds, sekitar Rp 150.000) untuk tiket masuk ke Pyramid, saya berjalan menuju ruang pemeriksaan barang bawaan.

Di sana saya diminta meletakkan tas di mesin x-ray. Berbeda dengan pemeriksaan di bandara, disini tidak begitu ketat karena pengunjung tidak perlu mengeluarkan handphone dan dompet. Setelah meletakkan tas, saya bergerak melewati pemindai. Karena ada handphone, dompet, dan belt, tentu saja pemindai tersebut berbunyi dan saya diminta merentangkan tangan untuk pemeriksaan tubuh.

Seperti biasa, petugas memegang kantong depan dan belakang karena pada umumnya disitulah tempat orang-orang mengantongi handphone dan dompet. Namun saat itu dia meminta saya mengeluarkan benda yang berada di kantong depan sebelah kiri jaket saya. Saya meraba ada apa disitu, karena jujur saya juga lupa.
"Why do you bring this?" katanya sambil melihat sebuah jeruk yang saya keluarkan dari kantong.
"Someone gave it to me earlier," jawab saya.
Ngapain dibawa-bawa?

Sambil saya mengambil tas dan bergegas keluar ruangan, petugas tersebut berbicara dalam bahasa Arab ke petugas yang lain. Tidak lama kemudian mereka berdua tertawa. Kalau boleh menebak, mungkin yang petugas tersebut katakan ke temannya adalah, "Ngapain ini bocah bawa jeruk ke sini?!".

Bener juga. Ngapain ya saya bawa jeruk ke Pyramid?

* * *

Thursday, February 5, 2015

My Amazing Journey: The Planning

Europe Map (source)

Setelah akhirnya gue memantapkan untuk berangkat ke Eropa dan menunda ke Sydney, gue harus membuat rencana perjalanan disana dan yang paling penting menghitung kebutuhan dana sambil terus mengecek uang yang ada dan yang kira-kira bakal diterima. Luckily, bulan Juni gue sempet bikin itinerary simpel waktu ngerencanain liburan ke Eropa bareng adek gue. Jadilah gue cari dokumen itu dan pas nemu gue nyengir-nyengir aja ngeliat namanya. "eropa jan 2015 semoga jadi aamiin".

Karena nama dokumen adalah doa